Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Khotbah Kristen Protestan

 

Pengertian Khotbah Kristen Protestan

Khotbah merupakan bagian yang paling esensial dalam setiap ibadah karena melaluinya akan membuahkan dua sikap manusia terhadap firman Allah yaitu kehidupan kekal bagi yang menerimanya artinya apa yang disampaikan itu jatuh di tanah yang subur dan menghasilkan buah dalam kehidupan nyata dan kematian kekal bagi yang menolak. Firman Allah yang disampaikan melalui khotbah menjadi nafas “kehidupan ataupun kematian” bagi yang mendengarnya. 

Tidak hanya itu khotbah juga berperan penting dalam pengembangan sebuah gereja dengan pengertian bahwa melalui khotbah jemaat akan diberitahu akan asas-asas dasar kehidupan Kristen, cara hidup Kristen, betapa mengerikannya dosa, doktrin-doktrin Kristen dan pribadi Yesus Kristus sendiri. Wernest Petty memberi pengertian bahwa khotbah merupakan suatu cara menyampaikan kabar baik kepada banyak orang tentang keselamatan dan menyakinkan kepada mereka bahwa keselamatan itu hanya ada di dalam Kristus dan Ia adalah satu-satunya jalan yang membawa kita kepada Allah. 

Dengan melihat pada apa yang disampaikan Oleh Petty kita bisa berefleksi kembali apa isi khotbah kita hari-hari ini? Sudahkah kabar baik itu disampaikan secara utuh dan terperinci ataukah kita masih terjebak pada injil kemakmuran, kita masih terjebak pada apa yang di sukai oleh para pendengar kita bahkan mimbar seperti tabu untuk membicarakan tentang dosa, bebebapa orang malah berfokus pada mukjizat, roh-roh gaib, okultisme, berkat dll melihat hal ini Catharina Marshall menulis “Alkitab mengajarkan tentang mukjizat, berkat, Roh Kudus dan keselamatan dalam Kristus Yesus. Ketika anda berkhotbah jangan hanya menekankan pada mukjizat, bagaimana cara menjadi kaya, saya tidak berkata bahwa tidak boleh dikhotbahkan tetapi jangan menjadi penekanan utama, anda harus memikirkan masa depan, bukan hanya masa sekarang untuk itu mencapai tujuan khotbah yang sesungguhnya yaitu memberitakan kabar baik tentang keselamatan dalam Kristus Yesus”.

Persoalan yang sering terjadi dan menjadi daya Tarik serta pencarian adalah hal-hal yang sekarang, berpusat pada apa yang dialami hari ini, lupa akan esensi atau hal yang paling utama dan itu berbahaya. Ketika Injil keselamatan dalam Kristus tidaklah mendapat perhatian utama dari sebuah khotbah atau gereja maka bisa dikatakan “sedang pingsan menuju kematian” 

Bahkan kerap kali khotbah yang disampaikan kepada jemaat tentang Kristus hanya sebatas pribadi yang pernah hadir di dalam sejarah manusia, figur yang menjadi panutan banyak orang dan yang paling eksrim kerap kali kita akan menjumpai pengkhotbah yang tidak mengkhotbahkan firman tetapi malah menyaksikan akan pengalaman-pengalaman rohaninya maka menurut “Badan sinode GKJ dan GKI SeJateng mengatakan bahwa khotbah yang memperdengarkan tentang Kristus yang telah mati di salib bagi semua orang adalah khotbah yang paling efisien dan menyatakan kepada jemaat bahwa keselamatan yang mereka miliki hanya di dalam Kristus, keyakinan tersebut menyebabkan jemaat melihat peristiwa-peristiwa kehidupan baik yang mengembirakan ataupun yang menyusahkan, dalam kondisi berkelimpahan atau berkekurangan, kondisi sehat ataupun sakit akan melihat kehadiran Allah dalam setiap bingkai kehidupan mereka. 

Dari pernyataan diatas kita bisa melihat bahwa dalam berkhotbah hendaknya menyatakan kepada jemaat bahwa keselamatan itu hanya ada di dalam Kristus dan itu perlu diulang-ulangi dan menjadi bahasan sentral dalam setiap khotbah dengan begitu iman jemaat semakin dibangun dari hari ke hari serta mereka mampu untuk melihat setiap rangkaian kehidupan dengan sukacita Bersama Kristus.

Van Vendhusein di dalam buku kerajaan yang terselubung mengatakan bahwa “ khotbah terbaik dan yang menjadi kebutuhan jemaat adalah mengkhotbahkan tentang Kristus karena melaluinya keselamatan yang dari Allah menerobos seluruh dunia, mengkhotbahkan tentang Kristus berarti memberikan keyakinan baru kepada jemaat bahwa setiap orang yang percaya memiliki keyakinan keselamatan di dalam Kristus dan hal itu di jamin OlehNya. Hanya ada satu pribadi yang mampu untuk memberikan keyakinan baru, kepercayaan yang baru dan kehidupan yang baru serta yang memberi jaminan yang tidak dapat disangkal oleh diriNya yaitu Kristus, Dialah yang mestinya bertahta di atas setiap khotbah-khotbah Kristen, Dialah yang sudah berjuang melawan kematian dan Ia menang diriNya pula yang mati bagi kita ketika kita masih dalam keadaan berdosa, seharusnya hal ini sudah cukup menjadi topik yang paling menarik yang akan terus dibicarakan sepanjang gereja ada. 

Menurut John Wesley keyakinan keselamatan ialah kesaksian Roh Kudus kepada roh kita yang menyakinkan bahwa kita adalah anak Allah, bahwa kita dikasihi oleh Yesus Kristus dan bahwa Yesus Kristus telah menyerahkan hidupNya untuk kita serta semua dosa kita telah diampuni dan diperdamaikan dengan Allah. Ketika manusia tidak mampu untuk menyelamatkan dirinya dari hukuman kekal (kematian kekal), Allah di dalam kemahakuasaanNya menyerahkan anakNya untuk mati bagi kita dan untuk memulihkan hubungan kita dengan Allah dan memperdamaikan kita denganNya. Menyadari bahwa karya Kristus telah sempurna dan telah menyelesaikan dosa menolong kita untuk dengan percaya diri menyakini keselamatan kita.

Ada banyak orang yang masih hidup di dalam keragu-raguan dengan pertanyaan yang sering terbelisit “apakah aku sudah diselamatkan, jika aku sudah diselamatkan kenapa aku masih berbuat dosa?” tidak adanya keyakinan bahwa mereka telah benar-benar diselamatkan oleh Allah, Paulus menulis Sebab oleh kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri (Efesus 2:8-9). 

Mengkhotbahkan tentang keyakinan keselamatan dan keselamatan itu sendiri merupakan tugas gereja dan setiap orang yang dipanggil oleh Allah untuk menguraikan firmanNya kepada jemaat-jemaat, mengingat bahaya jika jemaat tidak yakin akan anugerah yang mereka terima maka mereka akan dengan mudah diserang oleh keragu-raguan dan ketakutan di dalam jiwa mereka yang akan berdampak pada perjalanan hidup mereka beriringan Bersama Kristus. Hal seperti ini diungkapkan oleh Martin Luther yaitu bahwa “Bila seseorang gagal memiliki keyakinan keselamatan dalam Kristus berarti ia meragukan keterandalan dan kesungguhan Allah serta kemurahan Allah yang telah mengampuni dosa-dosa kita melalui karya kematian Kristus di salib. Keyakinan keselamatan di dalam Kristus akan menolong hidup seseorang tenang dan tak mudah digoyahkan oleh ajaran manapun dengan begitu mereka (jemaat) akan terus melaju dan hidup dalam keyakinan yang penuh kepada Kristus.

Di dalam rentang sejarah kehidupan manusia kita bisa melihat bagaimana keterandalan Allah, bagaimana Ia menyertai serta memelihara bangsa Israel selama perjalanan di padang gurun dan bagaimana Ia menunjukkan kesungguhanNya di dalam memelihara leluhur-leluhur mereka. Dengan melihat ini seharusnya cukup bagi kita untuk menyakini keterandalan Allah bahwa karya keselamatanNya bukanlah sebuah ilusi belaka. 

PH Pouw menuliskan bahwa “ Perhatikanlah baik-baik apa yang difimankan Tuhan dan waspadalah kemana tujuan khotbah anda, saudara harus terus memperdengarkan kepada umat akan karya keselamatan itu dalam Kristus dan berkhotbahlah dengan menyakinkan akan setiap pendengar bahwa hanya Yesuslah yang dapat menyelamatkan mereka tidak ada yang lain, dengan begitu mereka akan mengikuti dia sebagai juruselamat dalam hidup mereka. Point kecil yang bisa dipelajari dari pendapat Pouw adalah, setiap pengkhotbah harus memperhatikan dengan saksama akan isi khotbahnya, sasaran yang hendak ia tuju, apakah itu tertuju dan terfokus pada Yesus sang penyelamat itu atau kepada hal-hal yang tidak membuat jemaat bertumbuh kearah Kristus. Inti injil dan kekristenan adalah keselamatan di dalam Kristus dan keinsafan terhadap dosa. 


Meninjau Sejarah Khotbah 

Khotbah berasal dari benua Timur, yakni di daerah-daerah sekitar Mesopotamia hal ini bisa dilihat dari kitab-kitab kuno di dunia Timur dan  juga di Israel hal ini terlukis dengan nyata dalam kitab suci. Ketika Yehuda memohon kelepasan bagi adiknya Benyamin maka Yehuda sudah mengatur baik-baik percakapannya, indah susunannya dan sopan pula kata-katanya hal ini dimaksudkan supaya hati pendengarnya dapat digerakkan (Kej 44:16-34). Dalam hal ini John A Broadus berkata bahwa Yehuda adalah nenek moyang para pengkhotbah. 


Khotbah Menurut Perjanjian Lama

Kitab Ulangan berisi kitab kumpulan khotbah bagi bangsa Israel yang diwarnai oleh tokoh Musa sebagai perumus hukum kehidupan rohani bangsa Israel. Misalnya hukum taurat yang terdapat dalam kitab Keluaran, hukum itu disesuaikan dengan situasi yang ditemui bangsa Israel dalam kehidupan mereka sehari-hari. Para nabi tidaklah menyampaikan pandangan mereka sendiri tetapi menyampaikan firman Tuhan (Pikiran Allah) seperti yang tertulis “ko amar Yahweh” (demikianlah firman Tuhan). 

Ini merupakan sapaan firman Tuhan yang memanggil mereka untuk menyampaikan kehendakNya. Terdapat 2 pola yang digunakan oleh nabi-nabi yaitu: memberitakan hukuman atas dosa karena ketegaran bangsa Israel dan berita atau kabar keselamatan yang dari Allah. Para nabi belum memakai teks untuk khotbah mereka melainkan menyampaikan firman Tuhan secara langsung. Mereka berusaha untuk melakukannya dengan baik sehingga banyak orang Israel diyakinkan bahwa Yahweh-lah  Allah mereka selain itu tidak ada yang lain yang kuasaNya sama dengan Allah mereka, seperti yang dikatakan oleh Eka Darmaputra bahwa khotbah yang baik adalah khotbah yang jelas, mendorong (merangsang) orang untuk mengambil keputusan secara bebas, tepat dan sadar. 

Khotbah memakai nats dimulai di Sinagoge Yahudi, yang mana pada hari sabat orang-orang Yahudi akan berkumpul di Sinagoge dan akan dibacakan nats-nats itu dan sebagai bukti tentang kebiasaan berkhotbah kala itu Weingreen mengajukan Ulangan 5:16 yang memperpanjang titah ke 5 dari dasa titah (hukum taurat). 


Khotbah Dalam Perjanjian Baru

Beberapa bentuk Khotbah Dalam Perjanjian Baru dapat dilihat dari, khotbah Petrus dan Paulus dalam Kisah Para Rasul yang mana mencerminkan khotbah yang lazim pada akhir abad pertama (zaman Lukas sendiri). Dalam hal ini Darmawijaya berkata bahwa “Khotbah Petrus dan Paulus menegaskan bahwa pemenuhan janji kenabian itu kini terjadi di dalam diri Yesus Kristus, yang setelah naik ke surga dalam kemuliaanNya mengutus Roh-Nya untuk menjadi penghibur umat manusia, bagaiamana Allah mengerjakan akan karya-karyaNya dan menunjukkan kasih setiaNya dalam menyelamatkan umatNya”. Jika memperhatikan secara saksama akan pendapat ini rupanya khotbah Petrus maupun Paulus memiliki satu focus utama pada pribadi Kristus  yang menyelamat umatNya. 

Menurut Tiberias di dalam buku tafsir Perjanjian Baru memberikan pendapat bagaimana khotbah di dalam Perjanjian Baru yang mana dalam hal ini banyak didominasi oleh Paulus dan Petrus, dalam hal ini ia berkomentar bahwa “Khotbah-khotbah Petrus dan Paulus bukanlah khotbah yang lansung akan tetapi merupakan corak literer khotbah pada zaman itu, yaitu pokok-pokok tertentu yang selalu di ulang-ulangi di setiap tempat dalam khotbah missioner mereka. Jadi dapat dikatakan bahwa khotbah pada masa itu selalu mempunyai tema. Misalnya khotbah Petrus sesudah penyembuhan seorang lumpuh di gerbang indah (Kis 3:12), orang-orang yang sedang berkumpul menyaksikan hal ini dan ini menjadi kesempatan bagi Petrus dan Yohanes untuk memberitakan khotbah misionernya kepada khalayak itu. Ia memulai khotbahnya dari janji-janji dalam Perjanjian Lama hingga penggenapannya di dalam diri Yesus yang bangkit itu, kemudian diakhiri dengan ajakan untuk bertobat dan meninggalkan akan dosa-dosa mereka”. 

Salah satu factor pendorong terkumpulnya surat-surat Perjanjian Baru ialah kepentingan berkhotbah di abad pertama dan kedua, juga untuk bahan-bahan khotbah untuk jemaat-jemaat. C.H Dodd setelah mengamati akan khotbah pada masa-masa awal bagaimana rasul-rasul bersaksi tentang Kristus ia berkata bahwa “ Yesus telah menggenapi janji-janji Perjanjian Lama; Allah berkarya dalam kehidupan, kematian dan kebangkitanNya; Yesus sekarang telah diangkat ke surga; Roh Kudus telah diberikan kepada jemaat; Yesus akan segera kembali dalam kemuliaanNya dan orang-orang yang mendengar berita tentangNya harus meresponi akan panggilanNya itu, maka mereka akan diselamatkanNya. 

Maka surat-surat dalam Perjanjian Baru selalu berisi nasehat yang menegur jemaat. Ada hubungan paraklese dan paranese ada hubungan antara penghibur dan penasehat (panggilan hidup) menuju kehidupan yang benar. Apa yang dikhotbahkan dalam Perjanjian Baru adalah tindakan Allah yang menyelamatkan umatNnya melalui Yesus Kristus. Ketika kita memeriksa subjek berkhotbah dengan lebih saksama, maka akan didapati metode menyampaikan khotbah yang ada dalam Perjanjian Baru dalam bahasa aslinya yaitu;

Kerruso berarti “memberitakan sebagai pewarta” ini menunjuk kepada pemberitaan secara umum. Kata ini menunjukkan seorang pewarta yang mengumumkan sesuatu dan seorang utusan yang mewakili negaranya. Mengkhotbahkan injil meliputi dua ide karena orang yang berkhotbah berfungsi ganda, baik sebagai pewarta maupun utusan Kristus (2 Kor 5:20).

Euanggellizo berarti “ memberitakan kabar baik; mengkhotbahkan kabar baik” dari kata inilah muncul kata penginjil, pemberita injil dan injil. Karena berita itu berkaitan erat dengan khotbah itu sendiri, kata ini menguraikan baik metode maupun berita; berkhotbah (bercerita) menyampaikan kabar baik tentang karya keselamatan di dalam Kristus Yesus, ini adalah inti dari berita khotbah (Mat 11:5; Luk 3:18).

Dialegomai berarti “mengadakan dialog atau percakapan. Kata ini menyarankan pertukaran pendapat, suatu kesempatan untuk bersoal jawab dan bersaksi terhadap berita yang disampaikan. Ini merupakan lawan dari monolog (dimana pembicara hanya dilakukan oleh seorang saja). Di juga terdapat situasi mengajar dan belajar. Kata ini termasuk dalam pokok berkhotbah karena berkaitan dengan menghimbau orang untuk menerima injil dan diselamatkan (Mar 9:34; Kis 17:2).


Akhir kata, Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau, 1 Timotius 4:16. 


Referensi

Niko Syukur Dister, Teologi Sistematika II (Yogyakarta, Kanisius, 2004).

W. Ernest Pettry, Berkhotbah dan Mengajar (Malang, Gandum Mas, 2008)

Ben Witherington, Apa Yang Telah Mereka Lakukan Pada Yesus (Malang, Gandum Mas, 2011)

Darmawijaya, Kisah Para Rasul (Yogyakarta, Kanisius, 2006)

Dianne Bergant, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru ( Yogyakarta, Kanisius, 2002)

John Drane, Memahami Perjanjian Baru, Pengantar Historis- Teologi (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2005)

Lukman Tambunan, Peranan Retorika Dalam Penyampaian Firman (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2010)

H.H Rowley, Ibadat Israel Kuno (Jakarta, BPK Gunung Mulia,2004)

E.P Ginting, Khotbah dan Pengkhotbah (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2008)

Ernest W. Pretty, Berkhotbah dan Mengajar (Malang, Gandum Mas, 2000)

Catharina Marshall, Roh Kudus Penolong Kita (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2002)

John Stott, Tantangan Dalam Berkhotbah (Jakarta, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2013)

D.W Lee, Khotbah Ekspositori Yang Membangun Pendengar (Yogyakarta, Kanisius, 2002)

Khotbah Jangkep Panduan Merayakan Liturgi Gereja (Jateng: Badan Sinode GKJ dan GKI, 2017)

M.H Bolkestein, Kerajaan Yang Terselubung (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2004)

Richard M. Daulay, Mengenal Gereja Methodis Indonesia (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2004)

Alister M. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2006)

PH. Pouw, Homeletik Ilmu Berkhotbah (Jogjakarta, Kanisius, 2013)






Posting Komentar untuk "Pengertian Khotbah Kristen Protestan"