Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

38 Ilustrasi Khotbah - Cerita Rohani Kristen Dan Pesan Singkatnya

 

17 Ilustrasi Khotbah - Cerita Rohani Kristen Dan Pesan Singkatnya

Dalam rentang kehidupan manusia kerap kali Allah mengijinkan kita untuk belajar dari orang-orang biasa yang dipakai olehNya, cerita-cerita rakyat yang dapat kita tarik nilai moral dan kebenaran-kebenarannya yang terselubung di dalamnya. Karena itu kehidupan Kristen adalah kehidupan yang belajar dan belajar. Seorang Kristen yang tidak belajar dapat dipastikan tidak pertumbuhan di dalamnya. Berikut kisah-kisah yang dapat mewarnai perjalanan rohani anda dan saya, cek cek cek.

Kisah Dwight L. Moody

Ia tidak pernah mendapat Pendidikan sekolah. Surat-suratnya yang banyak diantaranya masih tersimpan penuh dengan kesalahan tata bahasa. Bentuk tubuhnya tidak terlalu mengesankan. Suarannya bernada tinggi dan sangau. Tetapi rintangan-rintangan ini tidak menghalang-halangi Allah memakainya untuk menggoncangkan dua benua.

Seorang wartawan diutus oleh surat kabarnya untuk menulis tentang kampanye pekabaran injil yang diselenggarakan oleh Moody di Inggris dan untuk mencari tahu apa gerangan rahasianya sehingga ia memiliki kuasa untuk membawa begitu banyak orang kepada Kristus, baik dari golongan bangsawan maupun golongan rakyat jelata.

Biografi D. L Moody - Cerita Inspiratif Kristen Tentang Kesetiaan

Cerita Inspiratif Kristen Singkat - 7 Rahasia Pelayanan D. L. Moody

Setelah mengadakan pengamatan yang saksama, ia melaporkan; “saya tidak dapat melihat sesuatu apapun dalam diri Moody yang dapat menjelaskan pekerjaannya yang mengangumkan itu”. Pada waktu Moody membaca laporan itu, ia tertawa kecil dan berkata “justru itulah rahasia kebangunan rohani yang telah terjadi. Kuasa Allah telah bekerja di dalamnya. Pekerjaan itu pekerjaan Allah, bukan pekerjaan saya.

Pesan Singkat: Cara kerja Allah tidak dapat terpahami oleh manusia, Ia memakai mereka-mereka yang berserah diri dan menginjinkanNya bekerja lebih banyak dari apa yang dapat mereka pikirkan dan banyangkan. J.S Stewart menulis “adalah bahwa Allah selalu membangun kerajaanNya justru di atas kehinaan dan kelemahan manusia dan Ia tidak saja dapat menggunakan kita sekalipun kita orang biasa dan tidak berdaya dengan kelemahan yang menjadikan kita tak berguna, melainkan justru karena kelemahan-kelemahan itu… tidak ada sesuatu apapun yang dapat mengalahkan suatu jemaat atau jiwa yang diambil, bukan kekuatannya melainkan kelemahannya dan mempersembahkan kelemahan itu kepada Allah sebagai senjataNya”.

Kisah Ted Williams

Ketika Ted Williams berumur 40 tahun dan akan mengakhiri karirnya dengan tim Boston Red Sox, pada waktu itu ia sedang menderita sakit syaraf terjepit di lehernya. Keadaannya begitu buruk, belakangan ia menjelaskan bahwa “aku hampir tidak dapat memutar kepalaku untuk melihat si pelempar bola… untuk pertama kali dalam karirnya ia memukul kurang dari persentasi 300, mengena hanya persentase 254 dengan memasukkan gol sebanyak 10. Ia adalah pemain olahraga yang digaji tertinggi tahun itu, yaitu sebesar Rp 125.000.000.

Tahun berikutnya Red Sox menyodorkan kontrak yang sama padanya. Katanya “ketika aku menerimanya, aku mengirimkannya kembali dengan satu catatan, aku katakana kepada mereka bahwa aku tidak akan menandatanginya sebelum mereka menurunkan bayaranku sampai jumlah yang patut ku terima”. Aku kira besarnya hanya 25 persen.

Aku merasa bahwa aku selalu diperlakukan dengan jujur oleh Red Sox dalam urusan kontrak. Aku tidak pernah mempunyai masalah dengan mereka tentang uang. Sekarang mereka menawarkan kepadaku suatu kontrak yang tidak patut kuterima dan aku hanya menginginkan apa yang patut kuterima. Williams memotong gajinya sendiri sebesar Rp 31.250.000.

Pesan Singkat: Kejujuran nilainya sangat mahal dan kerap kali tidak menguntungkan kita tapi itulah jalan yang dipilih sebagai bentuk ketaatan pada Allah dan moral. Uang dapat dicari tetapi watak dan karakter siapakah yang memilikinya. Cerita Ted Williams menempakkan karakter dan watak di atas segalanya, ia tidak membiarkan watak dan karakternya diperdudak oleh mamon (uang) tetapi sebaliknya.

Apakah cerita di atas merupakan sebuah kejujuran atau kebodohan? Saya kira anda memiliki jawabannya - Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas (Ams 22:1).

Kisah Segelas Susu

Adalah anak lelaki miskin yang kelaparan dan tak punya uang. Dia nekad mengetuk pintu sebuah rumah untuk minta makanan. Namun keberaniannya lenyap saat pintu dibuka oleh seorang gadis muda. Dia urung minta makanan, dan hanya minta segelas air. Tapi sang gadis tahu, anak ini pasti lapar.

Maka, ia membawakan segelas besar susu. “Berapa harga segelas susu ini?” tanya anak lelaki itu. “Ibu mengajarkan kepada saya, jangan minta bayaran atas perbuatan baik kami,” jawab si gadis. “Aku berterima kasih dari hati yang paling dalam… ” balas anak lelaki setelah menenggak habis susu tersebut.

Belasan tahun berlalu…

Gadis itu tumbuh menjadi wanita dewasa, tapi didiagnosa punya sakit kronis. Dokter di kota kecilnya angkat tangan. Gadis malang itu pun dibawa ke kota besar, di mana terdapat dokter spesialis. Dokter Howard Kelly dipanggil untuk memeriksa. Saat mendengar nama kota asal wanita itu, terbersit pancaran aneh di mata sang dokter.

Bergegas ia turun dari kantornya menuju kamar wanita tersebut. Dia langsung mengenali wanita itu. Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya wanita itu berhasil disembuhkan. Wanita itu pun menerima amplop tagihan Rumah Sakit. Wajahnya pucat ketakutan, karena dia tak akan mampu bayar, meski dicicil seumur hidup sekalipun.

Dengan tangan gemetar, ia membuka amplop itu, dan menemukan catatan di pojok atas tagihan… “Telah dibayar lunas dengan segelas susu …” Tertanda, dr. Howard Kelly. (dr. Howard Kelly adalah anak kelaparan yang pernah ditolong wanita tersebut. Cerita disadur dr buku pengalaman dr. Howard dalam perjalanannya melalui Northern Pennsylvania, AS).

Pesan Singkat: Dimana ada kasih disitu ada kehidupan. Kita belajar kembali bahwa tak seorangpun yang dapat menunjukkan kasih seutuhnya tanpa Kristus. Kerap kali kasih dan kebaikan yang dilakukan secara sengaja sangat berdampak besar. So tunjukkanlah kasihmu.

Sebuah Cangkir

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu iketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang  tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop! Stop! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata “belum!” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang.

Stop! Stop! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas! Panas! Teriakku dengan keras. Stop! Cukup! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum!”

Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop! Stop! Aku berteriak.

Wanita itu berkata “belum!” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong! Hentikan penyiksaan ini!  Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.

Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku erkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

Pesan Singkat: Cerita diatas mengingatkan kita kembali kepada proses Allah dalam kehidupan setiap orang yang ingin dipakainya, kita bisa membaca kisah Yusuf, kisah Abraham dan tokoh-tokoh lainnya dalam kitab Suci. Allah tidak segan-segan mengembleng dan memurnikan mereka.

Bila Allah hendak menggembleng seseorang, membakar semangatnya dan menjadikannya terlatih, bila Allah hendak membentuk seseorang untuk melakukan peranan yang mulia; Bila Allah dengan segenap hati, ingin menjadikan dia gagah berani, sehingga seluruh dunia heran dan kagum sekali, perhatikan caraNya, perhatikan jalanNya!

Bagaiamana Ia dengan tidak segan-segan menyempurnakan orang yang dipilihNya. Bagaimana Ia menempa dan melukai dan membongkarnya habis-habisan dan mengubahNya, bagai penjunan membentuk tanah liat, menurut maksud yang hanya dapat dimengerti olehNya; sementara hati yang terluka itu menangis, menjerit, dan tangannya terulur memohon pertolonganNya!

Lihatlah bagaimana Allah menekuk, namun tidak pernah mematahkan. Bila yang baik pada seseorang hendak dikembangkan, bagaimana Allah memakai orang pilihanNya dan menyiapkan diri sesuai dengan tujuan ilahi. Setiap perbuatan Allah memperlengkapi dia agar dapat memancarkan kemuliaanNya. TUHAN TAHU BENAR APA YANG DIPERBUATNYA. (disadur dari buku bahan PA Navigator)

Kisah 12 Wanita

Ada sebuah kisah tentang sebuah kapal uap Inggris yang kandas di pantai berkarang bertahun-tahun yang lalu. Dua belas wanita berlayar dengan perahu keselamatan di perairan membadai yang gelap dan laupun yang mengamuk itu langsung menghayutkan mereka dari kapal mereka yang kandas itu. Tanpa dayung, mereka tergantung pada angin serta gelombang lautan. Mereka melewatkan malam yang penuh dengan ketakutan itu dan diombang-ambingkan oleh gelombang yang terus mengamuk.

Mungkin mereka akan kehilangan pengharapan seandainya bukan berkat stamina rohani salah seorang dari mereka, yang dikenal karena karyanya dalam mengubah nyanyian kudus. Dengan tenang, ia berdoa dengan suara keras untuk memohon perlindungan ilahi. Lalu, sambil mendesak teman-temannya untuk percaya pada Tuhan, ia membesarkan hati mereka dengan menyanyikan himne-himne penghiburan.

Sepanjang malam suaranya terdengar di lautan. Keesokan harinya sebuah kapal kecil datang mencari orang-orang yang selamat. Pria dalam kapal itu pasti melewatkan wanita ini karena kabut kalau saja ia tidak mendengar suara wanita yang menyanyikan nyanyian Elia.

Tenteramlah di dalam Tuhan, nantikanlah Dia dengan sabar! Segera mereka menuju ke arah suara yang kuat itu, pria itu segera melihat perahu keselamatan yang sedang hanyut itu. sementara banyak yang hilang malam itu, kedua belas wanita yag percaya itu berhasil diselamatkan.

Pesan Singkat: Allah memakai ragam cara untuk membuat orang-orang mengenalNya, namun kerap kali Dia tidak bekerja sendirian tetapi Ia melibatkan umatnya atau orang-orang yang berserah kepadaNya untuk bekerja denganNya. Ia sengaja menempatkan mereka di tengah-tengah orang-orang yang belum mengenalNya agar mereka dapat bersaksi tentang “siapa dan seperti apakah Allah itu”.

Yang perlu kita lakukan adalah berusaha untuk pekah terhadap situasi dan keadaan sekitar, seperti apa yang dilakukan oleh salah seorang dari dua belas wanita itu menunjukkan hubungan pribadinya dengan Allah, tentang apa yang sudah ia bangun di dalam masa-masa kesendiriannya. Hingga tepat pada waktunya Allah memunculkan dia untuk menjadi terang dan penghibur di malam yang gelap dan mencekam itu, lebih dari itu teman-temannya datang kepada Allah melaluinya. Amin  

Kisah Jonny

Ada seorang bocah laki-laki sedang berkunjung ke kakek dan neneknya dipertanian mereka. Dia mendapat sebuah katapel untuk bermain-main di hutan. Dia berlatih dan berlatih tetapi tidak pernah berhasil mengenai sasaran. Dengan kesal dia kembali pulang untuk makan malam.

Pada waktu pulang, dilihatnya bebek peliharaan neneknya. Masih dalam keadaan kesal, dibidiknya bebek itu dikepala, matilah si bebek. Dia terperanjat dan sedih.

Dengan panik, disembunyikannya bangkai bebek didalam timbunan kayu, dilihatnya ada kakak perempuannya mengawasi. Sally melihat semuanya, tetapi tidak berkata apapun.

Setelah makan, nenek berkata, "Sally, cuci piring."Tetapi Sally berkata, "Nenek, Johnny berkata bahwa dia ingin membantu didapur, bukankah demikian Johnny?"

Dan Sally berbisik, "Ingat bebek?"Jadi Johnny mencuci piring. Kemudian kakek menawarkan bila anak-anak mau pergi memancing, dan nenek berkata, "Maafkan, tetapi aku perlu Sally untuk membantu menyiapkan makanan."

Tetapi Sally tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, karena Johnny memberitahu kalau ingin membantu." Kembali dia berbisik, "Ingat bebek?" Jadi Sally pergi memancing dan Johnny tinggal dirumah. Setelah beberapa hari Johnny mengerjakan tugas-tugasnya dan juga tugas-tugas Sally, akhirnya dia tidak dapat bertahan lagi. Ditemuinya nenek dan mengaku telah membunuh bebek neneknya dan meminta ampun.

Doa Dan Harapan James Smith Di Hari Ulang Tahunnya

Nenek berlutut dan merangkulnya, katanya, "Sayangku, aku tahu. Tidakkah kau lihat, aku berdiri dijendela dan melihat semuanya. Karena aku mencintaimu, aku memaafkan. Hanya aku heran berapa lama engkau akan membiarkan Sally memanfaatkanmu."

Pesan Singkat: Cerita di atas mengajarkan kepada kita tentang mengampuni dan memaafkan. Sang nenek memilih untuk memaafkan Jonny karena ia begitu mengasihi anak itu. Kasihnya kepada Jonny lebih besar dari apa yang telah dilakukannya.

Bukankah Kristus juga telah melakukan hal yang sama terhadap kita? Bahkan lebih besar dari apa yang dilakukan oleh sang nenek dan yang dapat kita bayangkan “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm 5:8).

Kisah Francis De L. Booth Tucker Di India

Francis de L. Booth Tucker, merupakan seorang pegawai muda yang berbakat, menjabat suatu kedudukan penting sebagai pegawai negeri di India. Kenaikan pesat menantinya tetapi ia telah bertemu dengan Kristus dan menyerah kepada panggilanNya. Karena tidak puas dengan hidupnya yang berpusat pada diri sendiri, ia rindu akan berbuat lebih banyak bagi orang-orang disekitarnya yang miskin secara moral dan rohani.

Ia mendengar tentang Bala Keselamatan yang baru didirikan dengan pengaruhnya yang hebat pada golongan miskin di Inggris. Ia lalu meninggalkan jabatannya dan ia menyatukan diri dengan Gerakan yang baru itu. ia berangkat ke Inggris dan setelah satu masa latihan ia kembali ke India sebagai utusan Bala Keselamatan.

Tetapi berapapun besarnya usaha pengorbanannya, ia kelihatannya tidak dapat menjembatani jurang yang ada antara dia dan rakyat India yang miskin. Ia gagal dalam mencapai tujuan sebenarnya yang telah menyebabkan dia melepaskan harapannya yang gemilang untuk masa depan.

Setelah banyak berdoa, ia memutuskan untuk memakai pakaian pribumi, membawa batok pengemis seperti yang dilakukan oleh orang-orang suci mereka dan makan apa saja yang diberikan orang miskin kepadanya. Dengan seorang teman ia berangkat dalam usaha baru itu, berjalan tanpa kasut sepanjang jalan-jalan panas di musim panas.

Orang-orang disana yang tidak pernah memakai sepatu sudah biasa pada panas, tetapi tidak berapa lama Booth Tucker dan temannya melihat banyak lepuh pada kaki mereka yang menjadikan tiap langkah suatu siksaan. Setelah tiba pada suatu desa dalam panas terik siang hari, mereka mengharapkan sedikit-dikitnya minuman dan sesuatu untuk dapat dimakan, tetapi mereka tidak di bolehkan masuk.

Karena kehilangan semangat, mereka rebah di bawah pohon dan tertidur. Sementara mereka tidur, beberapa penduduk mengerumuni mereka. Seseorang heran karena melihat lepuh pada kaki kedua orang itu, berkata “betapa relanya mereka menderita demikian untuk membawa berita mereka kepada kita. mereka pasti orang baik, sedangkan kita malah memperlakukan mereka dengan jahat.

Pada waktu Booth Tucker dan temannya terbangun mereka berdua diundang masuk ke desa. Kaki mereka lalu dibalut, makanan dan minuman lalu disediakan bagi mereka. Setelah itu kesempatan yang dicita-citakan tiba untuk menyampaikan Injil kepada suku suku itu. mereka memulai suatu gerakkan yang menarik 25.000 ke dalam kerajaan Allah saat itu.

Pesang Singkat: Kerap kali Allah memurnikan dan membawa seseorang yang dipakainya ke dalam pelayanan yang sangat mengerikan. Allah ingin ia melepaskan akan semua yang ada di dalam dirinya (skillnya, pendidikannya, kepintarannya dan hal lain yang menjadi nilai berharga dalam dirinya) dan tersisa Allah sendiri dalam hidupnya. Yang membuka hati seseorang bukanlah keunggulan kita yang tidak dapat disangsikan, melainkan kelemahan yang nyata. Waktu kita lemah Ia kuat, kelemahan dan ketidak berdayaan kita menjadi senjata Allah.  

Kita Berdoa Dan Kitalah Yang Diubahkan

Seorang gadis yang baru saja memutuskan hubungannya dengan kekasihnya merasakan kesedihan yang hebat. Ia bahkan tidak lagi memiliki selera untuk makan. Bahkan selera untuk tersenyum pun tidak ada. Suatu hari temannya menyarankan agar gadis ini berdoa. Gadis ini lalu tertawa dan berkata “memangnya doa bisa membawanya kembali padaku?”. 

Namun karena terlalu lama terdiam dan kebingungan harus melakukan apa, gadis ini lalu berdoa. Keesokan harinya sang teman menanyakan kepada gadis tersebut “Bagaimana keadaanmu teman? Sudahkah dia memberimu kabar? Dan sudahkah kau berdoa?”. Gadis ini menjawab “Tidak. dia belum memberiku kabar, dan aku sudah berdoa”. “

Lalu kau kesal karena doa mu tidak berhasil membawanya kembali padamu?”. Gadis ini tersenyum dan berkata “Doaku semalam memang tidak berhasil membawanya kembali padaku, namun doaku berhasil membuatku tidak menginginkannya lagi! Aku merasakan ketenangan sekarang. Terimakasih banyak teman. Kini aku akan terus berdoa tentang apapun masalah yang kuhadapi supaya ketenangan dan kelegaan itu selalu ada padaku”.

Pesan singkat: Kita perlu belajar bahwa tidak selamanya doa-doa kita dijawab oleh Tuhan, namun kerap kali kita berdoa dan kita sendirilah yang diubahkan (Paul J. Meyer).

Kisah Sadhu Sundar Singh

Sadhu Sundar Singh dilahirkan dalam sebuah keluarga India dari kasta yang tinggi. Ketika ia menjadi seorang Kristen dan memberitahu orang tuanya tentang keputusannya untuk mengikut Kristus, mereka berkata “kamu sudah melanggar kasta. Kamu sudah tidak bisa tinggal disini lagi”. Mereka langsung mengusir dia dari rumah mereka.

Waktu itu musim hujan dan hujan mengguyur deras saat ia meninggalkan rumahnya, hanya meninggalkan jubah Indianya yang tipis. Ia duduk di bawah sebuah pohon sepanjang malam, basah kuyup sampai ke kulinya. Ia berkata bahwa ia merasa kebahagiaannya begitu meluap, bagaimanapun juga, sehingga ia melupakan ketidaknyamanan fisik apapun. Ia memiliki kebebasan untuk berjalan ke seluruh wilayah untuk mengabarkan kisah injil.

Ia menjadi terkenal sebagai rasul India. Suatu kali, ia pergi ke Tibet, dimana ia ditangkap, dimasukkan ke sebuah lubang dan dicap dengan besi. Luka-luka itu membekas seumur hidupnya. sewaktu ia berbicara di Inggris ia berkata “ saya akan melakukan lagi apa yang telah saya lakukan dan saya sangat menyadari harganya”. Beberapa saat setelah kepulangannya, ia lenyap dan diperkirakan mati sebagai martir. Ia pindah dari “kasta tinggi” di India ke “kasta miskin” untuk Injil.

Pesan Singkat: Ada harga yang harus dibayar untuk kemajuan Injil, tidak ada jalan pintas. Injil tidak menawarkan akan kenyamanan tetapi “Kata-Nya kepada mereka semua: ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya (Luk 9:23-24).

Didikan Seorang Ayah

Pengusaha dan pembicara publik Wilson Harrell mengenang guru terbaiknya demikian; waktu saya berumur sebelas tahun, ayah saya menjadikan saya pembeli kapas di mesin pemisah kapasnya. Saya tahu tentang kapas, tetapi saya sangat menyadari bahwa ayah saya mempercayakan kepada seorang anak berusia sebelas tahun tanggung jawab yang luar biasa.

Waktu saya memotong satu bal kapas, saya menarik segumpal, memeriksa sampel itu, mengidentifikasi kualitasnya dan menetapkan harganya. Saya tidak akan pernah lupa pada petani pertama yang saya hadapi. Ia memandangi saya, memanggil ayah saya dan berkata “Elias aku bekerja terlalu keras untuk seorang anak sebelas tahun menentukan apa yang akan kugunakan untuk hidup di tahun depan.

Ayah saya adalah seorang yang sedikit bicara. Nilainya yang dipakainya, jawabnya dan ia berlalu. Selama bertahun-tahun ayah saya tidak pernah mengubah penilaian saya di depan umum. Bagaimanapun juga, sewaktu kami sendirian, ia memeriksa pekerjaan saya. Kalau saya menilai terlallu rendah (dan membayar terlalu sedikit), saya harus pergi memberitahu si petani kepada siapa saya salah dan membayar kekurangannya. Kalau saya menilai terlalu tinggi, ayah saya tidak mengucapkan sepatah katapun, ia hanya memandangi saya.

Saya tidak yakin ayah saya mengetahui segala-galanya tentang kepengusahaan, tetapi ia memiliki bagaimana caranya membuat seorang anak menjadi seorang pria. Ia memberi saya tanggung jawab kemudian mendukung tangan saya. Ia juga mengajar saya bahwa kejujuran membangun suatu bisnis dan bahwa kesediaan untuk mengakui, mengoreksi kesalah adalah cara yang pasti untuk membuat pelanggan kembali.

Pesan Singkat: Rumah merupakan tempat dimana kita belajar tentang banyak hal entah itu tentang kejujuran, memberi, ketaatan, kasih, integritas dll, dan umumnya kita perlu sosok untuk mengajar dan mendelegasikan hal-hal baik itu secara nyata dan alami kepada kita.

Salah satu sosok itu adalah ayah ia merupakan figure dimana kita dapat belajar banyak hal untuk itulah kitab suci menuliskan bahwa “Dan sekarang sedikit nasihat kepada para orang tua. Jangan terus-menerus menggusari dan mencari-cari kesalahan anak-anak Saudara, sehingga membuat mereka marah dan jengkel. Tetapi didiklah mereka dengan tata tertib yang penuh kasih dan yang menyukakan hati Allah, dengan saran-saran dan nasihat-nasihat berdasarkan Firman Allah (Ef 6:4).

Kisah Stephe Akwari

Ada sebuah kita menarik yang terjadi pada tahun 1968, yaitu saat lomba lari marathon Olimpiade di Mexico City. Kala itu semua acara sudah usai dan sebagian besar penonton sudah bubar. Yang tertinggal hanya para petugas dan beberapa wartawan yang sedang membereskan peralatannya.

Tiba-tida dari sebelah selatan muncul Stephe Akwari, pelari marathon dari Tanzania. Ia berlari dengan kaki pincang karena mengalami kecelakaan saat berlomba. 

Dengan langkah terseok-seok ia berusaha melintasi garis finish. Bud Greenspan, seorang kamerawan sempat memperhatikan dirinya. Terkesan dengan keuletannya, ia bertanya, “Mengapa anda harus menyelesaikan tugas melelahkan ini? Bukankah pertandingan sudah usai?”. Dengan terengah-engah ia menjawab, “Tanzania mengirim saya bukan untuk mengikuti marathon. Tanzania mengirim saya untuk menyelesaikan pertandingan.”

Pesan Singkat: Keuletan Stephen Akwari memberi inspirasi kepada kita agar berusaha memahami arti sebuah tugas. Banyak orang menganggap tugas sebagai beban yang menyusahkan. Kita seringkali gagal untuk bersukacita dalam pekerjaan kita akibat salah pengertian. Arti sebuah tugas adalah bahwa kita masih diberi kesempatan untuk menunjukkan potensi kita, karena itu kita harus membenahi cara berpikir kita dalam menghadapai sebuah tugas.

Tugas adalah anugerah Tuhan bagi kita dimana kita bias membuat hidup kita menjadi lebih baik. Karena itu selagi masih ada kesempatan, kerjakanlah segala tugas itu dengan sungguh-sungguh. Hingga akhirnya seperti apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus” Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman (2 Tim 4:7).

Kisah Sang Pembeli Dan Pemilik Toko

Pada suatu hari di sebuah kota kecil di Jepang, datanglah seorang Ibu berpakaian sederhana ke sebuah toko kue mewah di kota itu. Dia datang untuk membeli kue manju (kue yang terbuat dari kacang hijau berisi selai).

Pelayan-pelayan toko itu sangat terkejut melihat Ibu itu, karena pakaiannya yang sangat sederhana menunjukkan bahwa dia orang miskin.

Sementara toko itu adalah tempat berbelanja orang-orang kaya. Karena itu seorang pelayan dengan terburu-buru membungkus kue yang dipesan Ibu itu, dengan maksud supaya si Ibu bisa segera meninggalkan toko.

Tapi belum sempat dia menyerahkan kue itu, seorang Bapak setengah baya melangkah keluar dari ruang dalam toko itu, Bapak itu adalah sang pemilik toko.

“Tunggu, biarkan saya yang menyerahkannya”. Pemilik toko itu kemudian menyerahkan bungkusan kue kepada sang Ibu, sambil sang Ibu menyerahkan uang pembayaran.

Pemilik toko itu membungkuk hormat, “Terima kasih atas kunjungan anda.” Setelah sang Ibu berlalu, pemilik toko itu berbalik dan menemukan pelayan-pelayan tokonya sedang memandangnya kebingungan. Karena dia memang sudah hampir tidak pernah lagi melayani pelanggan sendiri.

“Saya harus melayaninya sendiri,” katanya, “Ibu tadi adalah seorang pembeli istimew”. Pelayan-pelayan toko itu masih saling bertatapan kebingungan, tapi tak ada seorangpun yang berani bertanya. Selama ini yang membeli kue di toko kita adalah orang-orang kaya. Mereka bisa membeli berapa saja dan kapan saja, sekalipun harga kue di toko kita agak mahal.

Tapi Ibu tadi pasti harus mengorbankan sebagian penghasilannya yang tidak seberapa untuk bisa menikmati kue manju dari toko kita. Karena itulah dia harus dilayani dengan hormat!”

Pesan Singkat: Kita terkadang terdorong untuk menilai seseorang dari apa yang ia pakai, apa yang ia punya dll. Hal ini tidak saja terjadi pada kehidupan orang-orang dunia tetapi terjadi juga di gereja. Mestinya kehidupan gereja tidak memandang seperti cara dunia memandang seseorang.

Tuhan tidak pernah memandang tampilan, kekayaan atau gelar yang kita miliki “Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati (1 Sam 16:7).

Kisah Uskup John Selwyn

John Selwyn yang menjadi uskup Pasifik Selatan, dikenal karena kemampuan bertinjunya sewaktu kuliah di Universitas. Pada suatu kesempatan setelah menjadi uskup, ia harus mengucapkan kata-kata peringatan keras dan teguran kepada seseorang yang pindah ke agama lain. Orang itu mengepalkan tinjunya dan menghantam wajah sang uskup keras-keras.

Sebagai respons Selwyn hanya melipat tangannya dan menatap wajah orang itu. dengan lengannya yang kuat dan kepalannya yang besar ia dapat dengan mudah merubuhkan orang itu, namun ia malah menunggu pukulan berikutnya dengan tenang. Itu tidak tertahankan bagi penyerangnya. Malu, ia melarikan diri ke dalam hutan.

Bertahun-tahun kemudian sang uskup sakit parah, jadi ia pulang. Suatu hari, orang yang telah memukulnya datang kepada penggantinya untuk minta dibaptis menjadi pengikut Kristus. Yakin akan keputusan pertobatannya, si uskup baru bertanya “nama baru” apa yang ingin disandangnya sebagai seorang Kristen. Panggil saya John Selwyn, jawab orang itu, karena dialah yang telah mengajar saya seperti apakah Kristus itu.

Pesan Singkat: Dari sebuah ketaatan kecil pada panggilannya mendefenisikan akan panggilan hidupnya yang sesungguhnya dan seutuhnya. Tidaklah mudah jika kita diperhadapkan pada situasi yang sedemikian seperti hal di atas, jika kita memikirkan hal itu dari sudut pandang dunia tetapi bagi Kristus tidaklah demikian adanya.

Uskup Selwyn telah belajar dan menghidupi apa yang pernah Yesus alami oleh Kristus sewaktu masih di dunia, Dia pernah ditolak di daerahNya hingga Ia disiksa dan berakhir di kayu salib. Ketaatan pada panggilah dan keserupaan emosi dan ego dalam Kristus menolong kita untuk tetap mengasihi orang-orang yang berbuat jahat kepada kita.

Kisah Burt Lancester

Burt Lancester muda hidup miskin dan luntang-lantung di New York, Suatu siang, ia merasa sangat lapar. Ketika melamun di pinggir jalan, matanya melihat selembar uang $20 tergeletak di pinggir selokan. Uang sejumlah itu sangat berarti besar baginya, langsung terbayang hamburger yang lezat, setelah itu ia bergegas pulang.

Namun baru beberapa langkah ia bertemu seorang nenek yang terlihat kebigungan dan bertanya kepadanya apakah ia melihat uang yang jatuh di sekitar jalan tersebut. Nenek itu menegaskan kalau uang yang hilang adalah 1 lembar $20. Mulai terjadi perang dingin dalam hati Burt, sepintas ia merenung dengan pikirannya yang masih tertuju pada burger lezat, namun dorongan batinnya yang lebih kuat menaruh belas kasihan pada nenek renta itu.

Akhirnya ia mengambil keputusan bulat dengan berkata, "Saya tau, nek..." sambil mengeluarkan uang dari sakunya dan di kembalikan kepada nenek. Wajah nenek menjadi cerah, setelah ucapkan terima kasih, nenek itu berbalik dengan langkah yang enteng. Dalam hal ini Burt menang atau kalah? Ternyata semuanya terjawab dari karier Burt Lancester yang gemilang.
Ia menjadi actor film koboi legendaris.
Pemain film yang sangat sukses, terkenal, bersih, serta baik hati. Saat itu ia memang "kehilangan" uang $ 20, tapi kekayaannya melebihi angka $ 200 juta.

Pesan Singkat: Apakah ada hubungan antara keberhasilan Burt saat ini dengan sikap jujurnya?Secara logika tak ada hubungan langsung, tetapi ada hubungan yang sangat nyata, antara Sikap Seorang Pemenang dengan Pecundang.
Seorang Pemenang tak akan mengumpulkan kekayaan dengan cara merugikan orang lain, namun
seorang pecundang tak akan memperdulikan kehidupan orang lain, tidak memperdulikan pentingnya relasi yang baik, yang dia pikirkan hanyalah bagaimana dirinya sendiri.

Lagi-lagi ini tentang watak dan karakter, membangun usaha, bisnis dan reputasi tidak semudah membangun watak dan karakter. Perlu belajar dan belajar dari siapapun, dimanapun dan lebih dari itu guru sejati kita adalah Kristus yang dapat kita pelajari hidupnya dan sikapnya dalam kitab suci. Dan kita perlu belajar membangun watak dan karakter ini seumur hidup.

Kisah Stan F. George

Tahun 1969, setelah memutuskan bahwa ia “Lelah berkhotbah kepada orang-orang yang menyenangkan” pendeta Stan F. George mengundurkan diri dari mimbar. Ia memutuskan untuk menjangkau dan mengabarkan injil kepada para pengendara sepeda dan hippi, jenis orang-orang yang tidak pernah pergi ke gereja. Selama delapan belas tahun berikutnya, ia bersepeda motor sejauh 250.000 mil untuk Tuhan.

Selama waktu itu, ia mendiridikan “klub pengendara sepeda motor Kristen” nasional yang memiliki 15.000 anggota. Dalam usia delapan puluh dua tahun, ia melakukan perjalanan lintas negeri, mengendarai sepeda motor setianya dari San Clemente, California ke Halifax dan Nova Scotia.

Dalam perjalanan George dengan sepeda motor, ia menggunakan sejumlah Teknik untuk menarik minat pada pesannya, termasuk sulap, lelucon, dan kisah tentang berbagai petualangan anehnya. Ia berkomitmen untuk melakukan apapun yang harus dilakukannya agar pendengarnya tidak pernah bosan.

Pesan Singkat: Adakah kita menyakini bahwa Tuhan sedang memanggil kita untuk melakukan sesuatu bagiNya? Mungkin Tuhan ingin kita keluar dari zona kita dan berbuah banyak bagiNya di luar sana. Bakat, talenta dan hobby yang kita miliki mestinya menarik orang datang kepada Kristus.

Kisah Persahatan Albert Durer Dan Hans

Ada dua orang pria yang bersahabat. Mereka bernama Albert Durer dan Hans. Mereka ingin sekali masuk ke sekolah seni lukis dan pahat. Masalahnya, mereka tidak mempunyai uang. Kemudian Hans mempunyai ide untuk mengatasi masalah tersebut. Hans akan bekerja untuk membiayai kuliah Albert.  Nanti setelah Albert lulus dan menjadi pelukis, maka Albert yang akan membiayai kuliah Hans. Lalu Hans bekerja sebagai kuli bangunan. 

Lalu Albert masuk ke sekolah seni lukis dan pahat. Tahun demi tahun pun berlalu. Akhirnya Albert lulus dari sekolahnya. Dengan penuh semangat, ia pergi ke rumah Hans. Ketika tiba di rumah Hans, ia mengetuk pintu berulangkali, namun tidak ada jawabannya. Lalu Albert mengintip dari jendela.

Apa yang dilihatnya? Ternyata Hans sedang berlutut. Kedua belah tangan sahabatnya itu mengarah ke atas. Hans sedang berdoa sambil menangis: “Oh Tuhan, tanganku ini. Tanganku sudah menjadi kaku dan kasar. Tanganku sudah tidak bisa dipakai untuk melukis. Biarlah Albert saja yang menjadi pelukis.” 

Ternyata pekerjaan Hans sebagai seorang kuli bangunan telah membuat tangannya menjadi kaku dan kasar. Ia tidak mungkin menjadi pelukis lagi. Apa yang dilakukan Hans ini tentunya tidak bisa dilupakan Albert seumur hidupnya. Itulah sebabnya, Albert mengabadikan kasih dan pengorbanan sahabatnya ini dengan membuat suatu lukisan yang diberi nama “Tangan Berdoa” atau Praying Hand yang sangat terkenal itu. 

Pesan Singkat: Kita mungkin ing punya sahabat seperti Hans, atau mungkin juga kita ingin menjadi yang terbaik bagi sahabat kita. Persahabatan antara Albert dan Hans adalah salah satu dari sekian banyak contoh tentang persahabatan sehati. Namun bagaimanapun persahabatan tidak dapat kita miliki jika tidak memiliki dasar yang kokoh.

Itulah sebabnya dasar persahabatan sejati orang Kristen dibangun di atas dasar Kristus dan bukan pada yang lain. Kisah Daud dan Yonatan memberi tahu kepada kita tentang nilai persahabatan yang sesungguhnya “Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.

Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya. Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya (1 Sam 18:1-4).

Kisah David Brainerd

David Brainerd adalah seorang misionaris untuk suku-suku Indian di Amerika. Ia lahir pada tahun 1718 di Amerika Serikat. Sejak usia 8 tahun dia sudah kehilangan ayahnya dan pada usia 15 tahun ia kehilangan ibunya. Kisah mengenai masa kecilnya tidak banyak diceritakan. Namun dari sebagian hidupnya, dapat terlihat bahwa ia adalah seorang Kristen yang taat. Ia hidup sejaman dengan raksasa-raksasa rohani seperti Jonathan Edward, John Wesley, dan George Whitefield.

Dalam kesehariannya, Brainerd rutin melakukan kegiatan rohani seperti saat teduh, berdoa, membaca Firman Tuhan dan sebagainya. Bahkan ia pernah dalam setahun menyelesaikan pembacaan Alkitab sebanyak dua kali. Namun aktivitas rohani ini belum membuatnya benar-benar mengenal Allah. Brainerd mengenal hatinya. Ia bersandar kepada kewajiban yang ia lakukan ini. Ia masih menganggap bahwa kewajiban yang ia lakukan inilah untuk dia mendapatkan pengampunan dari Tuhan.

Namun seiring berjalannya waktu, iman Brainerd makin bertumbuh. Ia makin menyadari bahwa dengan usahanya sendiri, tidak mungkin ia dapat memperoleh keselamatan untuk dirinya sendiri. Keselamatan adalah di luar kemampuannya dan itu hanyalah pemberian dari Allah. Dari kesadaran ini membuat hidupnya berubah. Ia dapat melihat kasih karunia Allah yang besar kepada dirinya dan segala hidupnya ia pusatkan hanya untuk kemuliaan Allah.

Dalam pergumulannya, Brainerd memiliki kerinduan mengabarkan Injil ke suku-suku Indian terpencil di Amerika. Ia mulai mempersiapkan dirinya untuk terjun ke bidang penginjilan ini. Ia mengikuti rangkaian ujian dari lembaga misi yang mengutusnya. Akhirnya Brainerd ditugaskan mengabarkan Injil untuk suku-suku Indian di pelosok.

Walaupun sempat mengalami kendala karena bentrokan antara Suku Indian dan orang kulit putih, akhirnya Tuhan membuka pintu untuk Brainerd dapat melayani Suku Kaunameek, di New York.

Kendala lainnya dalam penginjilan yang dilakukan Brainerd adalah keterbatasan bahasa lokal untuk berkomunikasi dengan suku ini. Ia mulai merasa sangat kesulitan dan putus asa. Namun Tuhan menolongnya dengan mempertobatkan seorang dari suku itu untuk menjadi penterjemah bagi Brainerd. Masih begitu banyak lagi kesulitan yang ia hadapi. Bahkan kesehatannya mulai terus menurun. Namun dari banyak kesulitan yang ia alami, Brainerd dapat melihat pertolongan Allah yang luar biasa dalam dirinya.

Dengan mengendarai kuda, Brainerd mulai memberitakan Injil di suku-suku Indian di lokasi lain. Puncak pelayanan Brainerd terjadi di Crossweeksung. Setelah ia berkhotbah, banyak orang yang hadir dan mau membuka hatinya menerima Tuhan.

Karena kesehatan Brainerd yang terus menurun, akhirnya ia menyerahkan pelayanannya kepada saudaranya. Brainerd meninggal pada usia 29 tahun, usia yang terbilang muda. Ia tidak menyicipi lama buah dari pelayanannya, namun pelayanannya begitu menginspirasi. Ia adalah sosok pemuda yang giat dan tangguh.

Begitu banyak kesulitan dan bahaya yang ia alami selama penginjilan, namun ia terus berjuang untuk memenagkan jiwa bagi Tuhan. “Saya tidak memiliki konsep tentang sukacita dari dunia ini; saya tidak peduli di mana atau bagaimana saya hidup, atau penderitaan apa yang harus saya alami, asalkan saya dapat memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus,” demikian kalimat yang keluar dari mulut Brainerd saat ia sedang menjalankan misinya.

Pesan Singkat: Kita diselamatkan oleh Anugerah Allah, kita diutus ke ladang misi dan disertai oleh Allah, kesulitan-kesulitan dan tantangan yang dihadapi tidak lebih besar dari kuasa Allah. Sebagaimana janji Tuhan kepada Yosua “Seorang pun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau (Yos 1:5).

Hal yang samapun terjadi pada kita, jika kita sungguh-sungguh mempercayaiNya, seperti dikatakan bahwa” Seperti ada tertulis: Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik! (Rm 10:15).

Kisah John Wesley

Pada tahun 1736 pada usia 26 tahun, John Wesley berlayar dari Inggris ke Georgia untuk berkhotbah kepada orang-orang Indian. Dua tahun kemudian ia menulis di dalam buku hariannya; “aku pergi ke Amerika untuk mempertobatkan orang-orang Indian, tetapi oh, siapakah yang akan mempertobatkan aku?” pengakuan Wesley yang jujur akan kelemahan imannya membawanya pada pencarian spiritual yang semakin dalam.

Tidak lama sesudah itu, ia mengikuti sebuah pertemuan di Aldersgate Street, London, suatu even dimana hatinya “merasa hangat” saat ia membuat komitmen baru di dalam hidupnya bagi Kristus. Setelah itulah Wesley baru sukses di dalam memimpin ribuan orang untuk menerima Kristus melalui khotbahnya yang energik dan tak kenal Lelah itu.

Pesan Singkat: kerap kali hanya saat kita benar-benar mengakui kepada diri kita sendiri akan kegagalan diri kita, barulah kita dapat melihat apa yang harus kita lakukan untuk mengubah jalan-jalan kita dan menjadi pribadi yang semakin bertumbuh di dalam Kristus.

Hanya saat kita mengakui bahwa kita lemah barulah kita dapat menempatkan diri kita pada posisi untuk memperoleh kekuatan, seperti apa yang dikatakan oleh Paulus bahwa “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ” Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat (2 Kor 12:9-10).

Salah satu bahaya yang kerap kali menggoda kita adalah perasaan benar, kuat, dibenarkan yang mana hal ini membuat kita untuk tidak mencari cara untuk belajar bertumbuh dan berbuah.

Kisah Sergio Zyman

Sergio Zyman tahu tentang kegagalan. Pada tahun 1984, Coca-Cola memberinya tantangan untuk membalikkan penurunan jumlah penjualan Coke dibandingkan Pepsi. Strategi Zyman adalah menggantikan formula Coke dengan “New Coke” yang lebih manis, dan menyiarkan perubahan ini seluas mungkin dengan kampanye periklanan besar-besaran.

Kesalahan terbesarnya adalah karena ia tidak menjaga agar Coke klasik tetap tersedia di pasaran. Dalam waktu tujuh puluh Sembilan hari, formula yang orisinal telah kembali ke pasaran. New Coke disebut sebagai produk baru yang paling gagal diluncurkan semenjak Edsel.

Setahun kemudian Zyman minta berhenti dari Coca-Cola. Merasa terluka dan tidak diinginkan, Zyman tidak berbicara kepada siapapun dari perusahaan itu selama empat belas bulan, tetapi ia tidak patah semangat. Dengan bantuan seorang mitra, ia memulai sebuah perusahaan konsultan, Core Strategy Group. Dengan sebuah computer, telepon dan mesin faks, ia membangun klien-kliennya seperti Miller Brewing dan Microsoft.

Pesannya, berpikirlah secara tidak konvensional, ambil resiko. Pada akhirnya bahkan Coca-Cola-pun meminta nasehatnya. Ia berkata “di dalam mimpi saya yang paling liar, saya tidak pernah mengira bahwa perusahaan akan meminta saya kembali” aku Zyman. Tujuh tahun setelah kegagalannya, Zyman kembali ke Coca-Cola, egonya tetap utuh dan pekerjaannya semakin meluas.

Pesan Singkat: Ada kalanya dalam hidup ini kita “perlu” gagal, karena dari situlah kita bisa melihat pelajaran-pelajaran baru, belajar darinya dan terbang lebih tinggi. Kegagalan merupakan hal terindah yang pernah kita alami ketika kita sudah tiba di puncak.

Di dalam Kristus kita adalah orang-orang yang gagal, tidak ada yang benar dan kita tidak mampu untuk keluar dari kegagalan kita untuk itu kita perlu Dia. Tidak hanya sesaat namun selamanya. Kegagalan kita disempurnakan dan di bayar lunas oleh Kristus di salib.

Kisah Orv Krieger

Ketika Orv Krieger, seorang broker hotel, menerima telepon mengenai property yang akan dijual di Spokane, Washington ia memutuskan untuk terjun dan membelinya untuk dirinya sendiri daripada mendaftarkannya untuk dijual. Ia tahu bahwa Holiday Inn dengan kamar sebanyak 140 unit – beberapa menit dari bandara dan berlokasi di daerah perbukitan seluaas tiga belas hektar dan menghadap ke kota, adalah property yang sangat bagus.

Krieger segera mendapati bahwa penghasil uang yang utama adalah restoran Inn. Penghasilan bar rata-rata $10.000 per bulannya. Namun, prinsip-prinsip kristiani Krieger tidak sejalan dengan menjalankan bisnis yang disubsidi oleh penjualan alcohol.

Manajer hotel berpendapat bahwa jika para tamu tidak bisa minum di restoran Inn, mereka akan segera lari ke hotel lain. Ia di dukung oleh statistic yang menyakinkan, namun Krieger tetap menutup bar itu. Si manajerpun minta berhenti.

Krieger memodel ulang lobby hotel dan menggantikan area bar dengan kedai kopi yang nyaman dan penuh dengan daun-daunan hijau. Dalam lima tahun pertama bisnisnya, penjualan makanan naik hingga 20 persen dan booking kamar hotel naik 30 persen.

Keuntungan mungkin tidak sebesar yang sebenarnya dapat dihasilkannya, tetapi cukup besar untuk memuaskan Krieger. Katanya “keyakinan tidak berarti banyak, jika seseorang tidak siap untuk hidup berdasarkan keyakinan itu.

Pesan Singkat: Memang sering kali dalam menjalankan usaha ataupun apapun itu kita diperhadapkan pada hal-hal yang menggiurkan dan berpotensi untuk menguntungkan kita sebanyak-banyaknya, tapi coba kita lihat langkah yang diambil oleh Krieger, ia tidak segan-segan untuk menyingkirkan sesuatu yang mana ia mengkompromikan akan iman Kristiani dengan hal-hal yang baginya tidaklah benar.

Hal ini semacam Krieger di perhadapkan pada dua situasi dan keadaan dimana ia harus memilih untuk menyenangkan siapa, tamu-tamunya ataukah imannya? Kita bisa mengambil pelajaran berharga dari kisah ini. Kekuatan seseorang terletak pada mencari jalan yang sedang Allah tempuh dan mengambil jalan itu.

Kisah Brett Butler

Brett Butler dari Los Angeles Dodger percaya akan adanya mukjizat. Malahan, ia percaya bahwa ia adalah salah satunya. Setelah bertanding dalam pertandingan bisbol melawan Corolado pada bulan Mei 1996, Butler berpikir bahwa ia akan membuang tonsilnya.

Ia berencana untuk cuti bermain selama tiga minggu. Namun demikian ahli bedahya menemukan bahwa ia mengidap kanker. Berita tersebut sangatlah memukul Butler. Kenangnya, Saya bicara pada diri sendiri, Tuhanku, aku berumur tiga puluh delapan tahun dan aku akan mati. Ibunya meninggal akibat kanker setahun sebelumnya.

Setelah kejutan itu mereda, ia memilih untuk menanggapi dengan iman dan bukannya rasa takut. Ia menjalani dua pembedahan dan tiga puluh dua perawatan dengan radiasi, ia bertekad untuk kembali ke Dodgers sebelum musim pertandingan berlalu. Hanya sedikit orang yang berpikir bahwa ia bisa melakukannya.

Namun demikian, Butler berkata “saya ingin orang-orang tahu bahwa saya merasakan doa mereka dan sayapun merasakan kasih mereka. Saya percaya Tuhan menjawab doa-doa. Saya ingin mengakui hal itu. Dan inilah kesempatan untuk memperlihatkan . . . bahwa saya adalah murid Kristus.

Sekarang saya akan dapat mengukut kesuksesan saya dari rendahnya karir saya. Pada tanggal 6 September, Butler sekali lagi berada di lapang permainan dengan mengenakan seragam Los Angeles Dodgers-nya. Ia membantu timnya untuk memenangkan pertandingan.

Pesan Singkat: Dari Kisah Butler kita bisa belajar banyak tentang sikap seorang Kristen ketika diperhadapkan pada sebuah situasi yang tidak “mengenakan” respon yang ia berikan ketika difonis kanker menunjukkan kedalaman hubungan dia dengan Allah.

Saya teringat salah satu ayat dalam kitab suci yang berkata “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 Kor 10:13).

Setiap peristiwa dalam kehidupan kita bertujuan untuk membentuk kita menjadi pribadi yang Allah inginkan sejak semula.

Kisah Charles G. Finney

Suatu pagi, Charles G. Finney, seorang trainee muda, sedang duduk di sebuah kantor pengacara di negara bagian New York. Ia sendirian saja ketika merasa Tuhan berbicara kepadanya.

“Finney, apa yang akan kamu lakukan saat kamu menyelesaikan pelajaranmu?” katanya, memasang papan nama dan memulai praktek hukum.

“Lalu apa?” Ia menjawab, jadi kaya

“Lalu apa?” katanya, pensiun

“Lalu apa?” ia menjawab, mati

“Lalu apa?” dan ia menjawab kata-kata berikutnya dengan suara gemetar “Penghakiman”

Finney segera meninggalkan kantor itu dan berlari ke hutan yang terletak hampir 1 km jauhnya. Di sana ia berdoa sepanjang hari dan bersumpah bahwa ia tidak akan meninggalkan hutan itu sampai ia berdamai dengan Tuhan. Ia telah mempelajari hukum selama empat tahun, namun ia muncul dari hutan malam itu dengan tujuan yang mulia, yaitu hidup bagi kemuliaan Tuhan dan menikmatiNya selamanya.

Allah mulai memakainya dengan cara-cara yang ajaib, bukan sebagai pengacara namun sebagai pengkhotbah. Ia membawa ribuan orang untuk bertobat selama lima puluh tahun berikutnya.

Pesan Singkat: Allah kerap kali memakai sebuah situasi untuk menarik perhatian kita kepadaNya, apa yang dialami oleh Finney pagi itu merupakan sebuah hal yang misteri baginya. Mari kita melihat ketika Allah ingin memakai Musa dan mengutusnya kembali ke Mesir untuk membebaskan bangsa Israel, Ia menarik perhatian Musa dengan semak duri yang menyala, namun tidak terbakar, kita baca saja kisah selengkapnya;

Lalu Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa berkata: ”Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?” Ketika dilihat Tuhan, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: ”Musa, Musa!” dan ia menjawab: ”Ya, Allah (Kel 3:2-4)

Panggilan Allah bagi kita mungkin berbeda dengan kisah Finney dan Musa, namun satu hal yang menjadi pointnya adalah kepekaan kita terhadap suara Allah.

Kisah Todd Houston

Suatu hari, setelah berjam-jam lamanya bermain sky air, Todd Houston remaja sedang membereskan tali-tali sky-nya. Gigi perahu sky itu tidak sengaja tertendang dan kakinya terhujam ke dalam baling-balingnya. Dalam waktu sekejab kedua kakinya cedera berat.

Para dokter mengatakan bahwa hanya sedikit sekali peluang, ia dapat berjalan kembali. Perlahan-lahan Todd pulih dari luka-lukanya. Namun, penyakit tulang secara berangsur-anggsur menyerang kaki kanannya, dan pada tahun 1981, ia harus diamputasi.

Ia mengenang bahwa tepat sebelum pembedahan, arus ketenangan melanda dirinya. Ia teringat satu ayat alkitab yang ia pelajari saat masih kecil, “kebenaran mendahuluinya dan mempersiapkan jalan bagi langkahnya”.

Todd lalu menyelesaikan kuliah dengan gelar kehormatan. Dengan kaki palsu, ia dapat berjalan tetapi tidaklah banyak. Lalu pada tahun 1993, ia memberi prosthesis baru yang di sebut Flex-Foot. Dengan kerja keras ia dapat berlari 20 km sehari! Lalu, ia mendengar ada sebuah organisasi yang sedang mencari-cari penderita amputasi untuk mendaki gunung tertinggi di masing-masing lima puluh negara bagian.

Mendaki gunung itu berbahaya, bahkan dengan dua kaki yang sehat sekalipun. Namun, Todd berhati-hati dan tekun dan pada tanggal 17 Agustus 1994, ia telah memanjat kelima puluh titik tertinggi dan mencetak rekor dunia.

Pesan Singkat: Waooo luar biasa. Dalam pengalamannya Todd Houston telah menggunakan “bahan-bahan” untuk meraih apa yang ia bisa raih. Tekad seperti baja, kerja keras dan keuletan. Namun, tanpa kebenaran firman Tuhan mungkin cerita Todd tidak seperti yang kita baca hingga selesai. Firman Tuhanlah yang menolong serta memampukan dia untuk melihat akan peluang-peluang baru dan terus berbesar hati.

Tulisan Bill Hull dapat menolong kita lebih dalam “John Huss dibakar di tiang tetapi tidak gelisah, Policarpus dilempar ke kendang singat tetapi ia tidak gelisah, Yesus Kristus sang Mesias di gantung di kayu salib tetapi ia tidak dikalahkan oleh situasi yang mengelilinginya. Seseorang akan merasa gentar atau gelisah dalam sebuah ajang lomba atletik, sementara pada waktu yang sama orang lain bisa merasa damai sejahtera sekalipun di hadapan kematian.

Kisah George Burns

George Burns mungkin tidak mengenal sambutan publik yang lebih besar sepanjang setengah akhir masa hidupnya seperti setengah awalnya. Ia percaya sekali bahwa tidak pernah terlambat untuk maju terus.

Satu diantara sekian kejutan besar yang dialami oleh Burns adalah kematian salah seorang sahabat dekatnya, Jack Benny, yang telah menandatangi kontrak untuk memainkan peran utama dalam film “the Sunshine Boys” arahan Neil Simon.

Agen Burn menyarankan Burn untuk ambil bagian. Kata Burns, “Pada saat itu saya berumur delapan puluhan dan kurang lebih setengah pensiun. . . . sudah 35 tahun saya tidak bermain film. Orang-orang film takut dikarenakan usia saya akan melupakan naskah film dan hal itu akan memperlambat pembuatan film, namun Irving menyakinkan mereka untuk memberi saya peran itu.

Kira-kira seminggu sebelum memulai produksi, direktur mengadakan pembacaan naskah film bersama tokoh-tokoh. Burns muncul tanpa naskahnya. Baik sutradara maupun produser yakin bahwa ingatan Burns telah begitu buruknya sehingga ia lupa membawa naskahnya.

Ternyata Burns telah menghafal seluruh bagiannya – dan juga bagian semua tokoh yang lain. Ia memenangkan akademi award sebagai actor pembantu terbaik untuk perannya di dalam “The Sunshine Boys” dan setelah itu ia bermain lagi dalam lebih dari sepuluh film.

Pesan Singkat: Banyaknya umur tidak dapat membatasi seseorang untuk terus berkarya atau maju namun, kerap kali kitalah yang menyusupkan kata-kata “aku sudah tua, sudah tidak kuat, dan serangkaian kata pesimis lainnya” Burns memberi tahu kita bahwa keinginan untuk maju itu lebih besar dari banyak umurnya.

Ia tidak menyerahkan diri untuk dikuasai oleh “tidak bisa” malahan ia menakklukkan akan rasa pesimis itu. Satu kutipan Kristen yang menarik adalah “berdoalah seolah-olah hasilnya adalah milik Tuhan dan bekerja keraslah seolah-olah hasilnya adalah milikmu”.

Kisah Perusahaan Motorola

The Malcolm Balridge National Quality Award adalah penghargaan tertinggi yang bisa diraih oleh perusahaan Amerika. Untuk menang, sebuah perusahaan harus menyakinkan panel pita biru bahwa perusahaan itu menghasilkan produk-produk dengan kualitas terbaik di negeri itu.

Pada tahun 1988, enam puluh enam perusahaan bersaing untuk mendapatkan penghargaan itu. pemenangnya adalah Motorola – seluruh perusahaan, bukan hanya satu devisi saja.

Sebenarnya Motorola mulai berusaha mengejar penghargaan itu pada tahun 1981. Tim-tim dikirim ke organisasi-organisasi terkemuka di dunia untuk mempelajari bagaimana Motorola dapat meningkatkan kinerjanya. Karyawan-karyawan ditantang untuk secara drastic mengurangi jumlah barang cacat dalam pekerjaan mereka.

Para pekerja yang di bayar perjam dibuat bertanggung jawab untuk mengedentifikasikan kesalahan dan diberi imbalan dengan melalukan hal itu. Para Insinyur mampu mengurangi jumlah bagian-bagian dalam sebuah ponsel dari 1.378 hingga 523. Hasil dari semua kerja keras ini adalah produksi ponsel yang 99,9997 persen bebas cacat.

Dengan melibatkan seluruh perusahaan, semangat kerja meningkat secara luar biasa. Oleh karena Motorola mampu menghemat $250 juta dengan menghilangkan perbaikan-perbaikan dan penggantian yang mahal, pendapatan mereka meningkat 23 persen dan laba naik 44 persen – suatu rekor yang luar biasa. Semua ini berakibat pada gaji yang lebih besar dan manfaat-manfaat yang lebih baik.

Pesan Singkat: Ada kalanya sukses merupakan kerja keras seseorang namun, kerap kali sukses juga merupakan kerja tim. Yang mana saat semua orang dilibatkan dan mendapat perhatian dan stimulus yang sama untuk maju – maka di sana terletak kunci kemenangan mereka.

Begitupun di dalam dunia pelayanan kita tidak dapat bekerja atau melayani seorang diri, kita butuh orang lain agar pelayanan kita maksimal dan lebih dari itu kerja tim menolong satu dengan yang lain untuk menggunakan karunia-karunia rohani yang telah Tuhan beri. Karena karunia yang Tuhan beri adalah untuk kepentingan bersama maka cara pemberdayaannya adalah di dalam kelompok atau tim.

Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, – yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota – menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih (Ef 4:16).

Kisah Seorang Kakek Yang Melamar Pekerjaan

Pada usia enam puluh lima tahun, seorang pria veteran dari banyak peperangan dalam bisnis di dunia ini, berjalan memasuki kantor perusahaan besar yang menjual barang-barang optikal. Kepadanya diberi tahu “Pada saat ini tidak ada lowongan untuk seseorang dengan pengalaman seperti anda . . . . “ ia menginterupsi “saya bisa melakukan apa saja. Saya bisa menjual. Saya telah menjual selama hampir setengah abad”.

Presiden perusahaan itu menyerah dan berkata, Ada lowongan di Maryland. Kami mempekerjakan seorang pria paruh waktu yang hanya dapat menghasilkan bisnis seharga beberapa ratus dola saja bulan yang lalu. Mungkin ada bisa berbuat lebih baik. Laki-laki tua itu berkata “kapan saya harus berangkat?” ia berangkat dengan penerbangan pukul 8.40.

Beberapa hari kemudian order-order mulai masuk dari wiraniaga baru di Maryland. Order kecil-kecilan dan sekejab membanjir, lebih dari sepuluh ribu dolar nilainya dalam sehari, lima dolar lagi berikutnya dan sebagainya.

Firma itu tidak berbisnis pada skala sebesar itu. Tidak ada seorangpun yang menganggap serius. Kemudian telegram serta telepon mulai mengalir dari took-toko eceran. Di mana pengapalan mereka?

Dalam waktu setahun pria ini menjadi wakil presiden yang bertugas menangani staf penjualan. Ia menjadi seorang yang sangat disukai di perusaan itu.

Pesan Singkat: Janganlah mencoba melakukan sesuatu kecuali anda merasa yakin pada diri sendiri; tetapi jangan pernah menyerah hanya karena seseorang tidak merasa yakin kepada anda. Semangat dan etos kerja kita ditentukan atau diciptakan oleh kita sendiri bukan terletak pada orang lain. Kitalah motifator yang sesungguhnya atas diri kita.

Kisah Greg

Ketika Greg, berumur 12 tahun, ia bekerja sepanjang musim panas  di bisnis kecil-kecilan milik ayahnya yang bergerak dalam pembersihan batu batu. Ia ingat bahwa setiap kali ia tidak memenuhi standar perusahaan, ia harus bekerja lembur untuk memperbaikinya. Ayahnya tidaklah kejam ia hanya menuntut standar yang sama tingginya dari dirinya sendiri.

Ketika Greg berumur tujuh belas tahun, ia menikah dan pindah dari rumah orang tuanya ke sebuah proyek perumahan yang terkenal karena perdangangan obat bius dan kekerasan geng.

Beberapa dari teman-teman Greg masuk penjara dan yang lainnya tewas. Tidak seorangpun memberi kesempatan bagi perkewaninanya dengan Verlyn yang berumur lima belas tahun. Namun, demikian mereka saling percaya satu dengan yang lainnya dan bekerja keras untuk dapat sukses.

Greg bekerja di Southwest Super Foods, dimana ia dipromosikan dari bagger menjadi pegawai bagian stok. Ia bangga diserahi tanggung jawab menyusun kaleng-kaleng dan mengelap debu dari rak-rak serta menyapu lantai. Pada tahun 1980, ia telah menjadi manajer stok. Lalu, ia bergabung dengan rantai Husdon-Thompson Company.

Pada tahun 1983, perusahaannya yang baru mengirimnya untuk mengelola satu dari tokoh-tokoh mereka yang tidak menguntungkan – tokoh dimana ia memulai sebagai bagger enam belas tahun lalu.

Setahun kemudian, ia dan Verlyn mengambil resiko dan membeli tokoh itu. Ia berhasil menaikkan angka penjualan yang merosot, lalu mulai mencari-cari toko lain untuk dibeli. Pada tahun 1995, mereka memiliki delapan toko dengan total pemasukan $ 2 juta pertahun. Ia tidak pernah melupakan nasehat ayahnya  - baik bagi setiap orang yang ingin sukses; setiap pekerjaan itu seperti tanda tangan, dan anda akan beroleh nama baik selama pekerjaan anda berkualitas.

Pesan Singkat: Kisah ini mengajarkan kepada kita banyak hal, mengajarkan kepada kita tentang didikan orang tua, yang mendorong putranya untuk memiliki standar kerja yang baik, mungkin di awal hal ini terasa sangatlah menyakitkan atau tidak menyenangkan tapi cobalah perhatikan hasil akhirnya, teringat salah satu bagian dari kitab suci yang mengatakan

Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya (Ibr 12:11). Selain itu kita juga bisa belajar bahwa “ Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kol 3:23).

Kisah Mary Ludwig

Pada tahun 1769, Mary Ludwig putri seorang tukang susu berkebangsaan Belanda, dikirim ke Carlisle, Pennsylvania, untuk menjadi pembantu rumah tangga di rumah seorang dokter. Beberapa bulan kemudian, belum genap berusia enam belas tahun, ia menikahi seorang tukang cukur bernama John Hays. Ketika Hays mendaftarkan diri di artileri Pennsylvania, Mary mengikuti suaminya mencuci dan memasak bagi para serdadu.

Pada musim panas tahun 1778, bala tentara Amerika sedang mengejar pasukan Inggris dan mereka bertemu dengan peperangan Monmouth. Ketika itu hari panas dan lima puluh orang serdadu meninggal akibat kehausan selama peperangan. Tidak puas dengan hanya menanti di camp, Mary menerobos tembakan senapan dan Meriam untuk membawakan air dari sungai bagi pasukan Amerika yang kehausan. Tindakan yang berani ini membuat Mary di juluki “Molly Pitcher”

Saat peperangan itu berlanjut, Mary melihat suaminya jatuh terluka di samping meriamnya. Atasannya memerintahkan agar Meriam itu ditarik dari garis depan, tetapi Mary yang mengawasi suaminya berlatih menggantikkan tempatnya dan terus menembakkan Meriam hingga akhir pertempuran.

Pada akhirnya peperangan itu berakhir seri, namun Mary membuat kagum para serdadu lain, yang memanggilnya “Sersan Molly”. Legenda mengatakan bahwa Jenderal Washington sendiri memberinya gelar tidak resmi dan mengarang lagu-lagu tentang dia.

Pesan Singkat: Usaha keras melampaui yang diharapkan tidak pernah berlalu begitu saja. Hanya membutuhkan sedikit keberanian untuk melangkah dan mengambil konsekuensi dari sedikit keberanian itu. sedikit! Tidak perlu takut melangkah saja.

Kisah Eric Lindell

Eric Lindell selalu bertanding untuk menang, matanya selalu tertuju pada garis finis. Ia tidak mencari ketenaran, namun demikian, ia memperolehya. Ia berlari demi kasih kepada Tuhan dan keinginan yang mendalam untuk memberikan kemuliaan kepadaNya.

Sejak muda, ia berkeinginan untuk memberitakan Injil kepada orang-orang yang ada di Cina bagian timur laut. Namun demikian, olimpiade tahun 1908 yang diadakan di London, sangat mengesankan bagi pemuda Scot itu. Ia lalu menuruti dorongan seorang teman dan mengikuti kompetisi lari setempat. Ia mengalahkan pelari yang diunggulkan dan segera ia mendapat pengakuan publik.

Salah seorang di antara pelatih atletik terbaik dari Edinburgh University menawarkan jasanya kepada Lindell. Ia berdoa dan memutuskan untuk menggunakan talentanya itu sebagai cara untuk menghormati penciptanya, Tuhan.

 

Lindell ikut dalam olimpiade 1924 dengan dikenal sebagai “the flying Scot”. Sayangnya, ia mendengar bahwa lomba yang akan diikutinya, lomba lari 100 meter sprint akan diadakan pada hari minggu. Ia kecewa, namun ia tidak pernah meragukan keputusannya untuk tidak berlari. Praktek menghormati hari sabat adalah sesuatu yang sangat sacral baginya.

Ia lalu mengalihkan perhatiannya pada perlombaan lari 400 meter, namun tidak ada seorangpun yang berpikir ia dapat merebut medali. Pelari-pelari sprint jarang berprestasi dalam lari jarak menengah. Namun demikian, Lindell percaya kepada kitab suci; “Orang yang menghormati AKu, pasti Aku hormati.” Ia mencatat rekor Olimpiade dan juga rekor dunia.

Pesan Singkat: Saya tidak dapat memberi pesan yang lain selain satu kebenaran firman Tuhan yang saya ingat dan saya juga percaya ayat itu adalah salah satu janji Kristus langsung kepada umatnya “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat 6:33). Mestinya tidak ada satu inci dalam kehidupan ini yang mana Kristus tidak bertahta dan didahulukan.

Kisah Herman Krannert

Pada tahun 1923, Herman Krannert dipanggil ke Chicago untuk makan siang dengan presiden perusahaannya. Sementara mereka sedang makan, sang presiden berkata, “Herman, kami akan mempromosikan kamu . . . .  kamu akan menjadi anggota dewan direktur yang paling baru.”

Krannert terpana dan senang sehingga sang presiden berkata, “ sebagai anggota dewan direktur, kau akan menyuarakan tepat seperti apa yang saya perintahkan.” Krannert merasa kecewa, lalu marah. Akhirnya ia berkata “saya tidak akan pernah menjadi boneka siapapun di dewan direktur. Bukan itu saja, tetapi saya tidak akan pernah bekerja untuk perusahaan yang menuntut hal semacam itu. Saya minta berhenti.

Ketika ia pulang ke rumah malam itu, istrinya mendukung keputusannya, namun ia masih menganggur. Empat malam kemudian, ada bunyi ketukan di pintu rumahnya. Enam eksekutif senior dari perusahaannya datang dengan bersemangat. Mereka berkata “Herman kami mendengar apa yang terjadi tempo hari. Kami pikir itu hal yang paling hebat yang pernah kami dengar. Malah kami juga ikut berhenti.

Keenam orang itu lalu mengumumkan “kami akan bekerja untukmu” lalu ia berkatanya kepada mereka “bagaimana caranya kalian akan bekerja untukku?” Krannert ragu-ragu, “saya bahkan tidak punya pekerjaan.” Malam itu mereka bertujuh duduk di depan meja makan Krannert dan menciptakan Inland Container Corporation, yang kemudian menjadi perusahaan besar.

Pesan singkat: Jika kita diperhadapkan pada situasi di atas apa yang akan kita lakukan? Apa yang akan kita pilih menunjukkan watak dan prinsip hidup kita yang sebenarnya. Sebagai orang Kristen nilai-nilai yang benar dan yang sesuai kebenaran firman Tuhanlah yang mestinya menjadi pegangan kita, sebagaimana apa yang dikatakan oleh Paulus “Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia (Kis 24:16). Dengan melakukan yang benar kita juga akan menemukan jalan yang benar.

Kisah Tom Dooley

Tom Dooely adalah seorang dokter muda yang mengorganisir rumah-rumah sakit, mengumpulkan dana dan mencurahkan seluruh hidupnya untuk melayani orang-orang yang menderita di Asia Tenggara. Dalam sebuah surat ia menuliskan kata-kata ini “melalui Kristus saya bisa” kepada presiden Notre Dame, almamaternya. Katanya, mereka membuat saya kesal. Datar di bagian belakang, dengan plester, kantong-kantong pasir, dan botol-botol air panas.

Saya mencari-cari cara untuk memompa tempat tidur sedikit sehingga, saat mengulurkan tangan, saya bisa menjangkau mesin ketik saya . . . . setiap kali penyakit kankerku kambuh dan saat ini jelas sekali sedang kambuh, saya beralih ke dalam.

Saya tidak memikirkan rumah-rumah sakit saya di seluruh dunia atau ke 94 dokter-dokternya, pengumpulan dana dan sejenisnya. Saya lebih memikirkan tabib ilahi saya dan persediaan dana berupa kasih karuniaNya. Telah dipastikan bahwa kanker telah menyebar ke tulang belakang, biang keladi dari masalah dengan punggung selama dua bulan terakhir ini. Ada hal-hal yang menghantui saya.

Semua orang mengalaminya. Dan di dalam maupun di luar angin bertiup. Namun ketika saatnya tiba, seperti saat ini maka angin badai di sekitar saya tidak menjadi masalah. Tidak ada perkara duniawi yang dapat menyentuh saya. Damai sejahtera berkumpul di dalam hati saya. Apa yang tampaknya tak mungkin dimiliki, saya miliki. Apa yang tampaknya tidak terukur, bisa saya ukur. Apa yang tidak terucapkan, bisa saya ucapkan. Karena saya bisa berdoa. Saya bisa berkomunikasi. Bagaimana orang bisa bertahan . . . . jika mereka tidak memiliki Allah?

Pesan Singkat: Tulisan sederhana yang hidup, jika kita membacanya dengan saksama kita “bisa” merasakan akan kedekatan hubungan Tom Dooley dengan Allah. Perpektif-perpektifnya begitu dalam mengenai Allah, Allah yang sama pula yang memampukan dia untuk memandang apa yang sedang ia alami dari sudut pandang Ilahi. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Fil 4:13).

Kisah Henri Tillman Dan Kristi Yamaguchi

Dalam olimpiade 1984, petinju kelas berat Henri Tillman merencanakan strategi yang sangat saksama. Ia memutuskan bahwa ia akan bertarung secara defensif, sekedar menahan pukulan-pukulan lawannnya, hingga ia melihat ada satu celah untuk melancarkan pukulan. Setelah beberapa menit bertarung, Tillman baru menyadari bahwa lawannya juga merencanakan strategi yang sama.

Setelah bel berbunyi mengakhiri ronde pertama, Tillman mundur, menjatuhkan kedua tangannya dan secara mental berganti taktik. Ia menyadari bahwa rencananya yang semula mungkin tidak berjalan dengan baik, tetapi ia telah mempersiapkan rencana kedua. Ia beralih pada cara bertarung yang ofensif dan memenangkan pertarung itu yang akhirnya ia memenangkan medali emas.

Pemain ice-skiting Kristi Yamaguchi juga punya plan “B” untuk penampilannya di olimpiade. Tadinya ia merencanakan untuk melakukan lompatan paling sulit – tiga revolusi di udara dan pendaratan single-skate yang anggun yang dikenal sebagai triple salchow.

Sedikit tersandung di bagian awalnya membuat ia mengubah rencananya. Ia memotong triple salchow itu menjadi double, mendapatkan kembali keseimbangannya, mengikuti music lalu ia menyajikan lompatan triple yang lainnya – yang disebut lutz.

Pesan singkat: Berusaha untuk selalu memiliki plan “B” dalam hidup ini, namun bukan berarti ketika kita memiliki plan “A” kita menjalankannya dengan main-main atau tidak serius lalu menjalankan plan berikutnya – kita hanya boleh melakukan plan “B” jika keadaan sekitar tidak memungkinkan dan sudah di ambang batas usaha.

Jurus Sederhana Ivy Lee

Charles Schwab adalah satu diantara presiden-presiden pertama Betlehem Steel Company, pernah mengatakan kepada ahli efisiensi, Ivy Lee “jika anda bisa memberi kepada kami sesuatu untuk memotifasi kami untuk melakukan hal-hal yang harus kami lakukan, dengan senang hati saya akan membayar berapapun yang anda minta”

Baiklah, “jawab Lee, “saya bisa berikan pada anda sesuatu dalam waktu dua puluh menit yang akan memacu prestasi anda paling sedikit 50 persen.” Lalu ia menyerahkan pada Schwab selembar kertas dan berkata, “tuliskanlah enam tugas yang harus anda kerjakan besok dan beri nomor menurut urutan kepentingannya.”

Lalu Lee berkata,” sekarang taruh kertas itu dalam saku anda dan hal pertama yang anda lakukan besok pagi adalah menatap item-item itu satu persatu dan mulai mengerjakannya hingga selesai.

Lalu perlakukan item kedua dengan cara yang sama; lalu item ketiga dan seterusnya. Lakukan ini hingga waktu berhenti . . . . lakukan ini setiap hari kerja. Setelah anda yakin dengan nilai dari sistem ini, suruhlah anak buah anda mencobanya . . . . lalu kirimkan pada saya cek sebesar yang anda pikir saya pantas dapatkan.”

Beberapa minggu kemudian, Schwab mengirim pada Lee sehelai cek bernilai $25.000 dan menyebut nasihatnya sebagai pelajaran paling bermanfaat yang pernah ia pelajari. Dalam waktu lima tahun saja, rencana Lee sangat bertanggung jawab dalam mengubah Bethlehem Steel Company menjadi satu di antara produser besi independent di dunia.

Pesan Singkat: Pemimpin yang tidak belajar sebenarnya bukanlah pemimpin, demikian pula pemimpin yang tidak mencari nasehat orang lain. Karena acap kali kita mungkin berpikiran bahwa apa yang kita lakukan sudah benar dan tepat tetapi cobalah berhenti sejenak dan mengijinkan orang lain untuk ikut mengamati apa yang sedang anda kerjakan “mungkin” ia bisa memberi masukan yang baik bahkan lebih baik dari apa yang sudah kita rencakan.

Pepatah tua berkata bahwa “seorang diri peluang untuk keliru sangatlah besar, berdua peluang untuk keliru dapat dimanimalisir dan jika bertiga atau lebih peluang untuk keliru bisa dikatakan tidak ada. Memang kita perlu nasehat dan stimulus-stimulus yang baik dari orang lain. Apa enam tugas penting yang ingin anda lakukan besok? Selamat mencoba.

Kisah Florence Chadwick

Pada suatu hari yang berkabut bulan Juli 1952, Florence Chadwick turun ke air di lepas pulau Catalina, bermaksud untuk merenangi selat ke pantai California. Sebagai perenang jarak jauh yang berpengalaman, ia adalah orang pertama yang merenangi selat Inggris bolak-balik

Hari itu air dinginnya membekukan, dan kabut begitu tebal sehingga ia hampir tidak bisa melihat kapal-kapal yang menyertainya, untuk menjaga agar hiu-hiu tetap menjauh. Beberapa kali ia mendengar senapan ditembakkan ke arah hiu-hiu yang ia rasa ada di dalam air bersamanya.

Ia berenang lima belas jam lagi sebelum meminta diangkat dari air. Pelatihnya mendorongnya agar terus berenang, mengatakan kepadanya bahwa mereka sudah dekat dengan daratan. Namun demikian, saat Florence menatap ke depan, yang ia lihat hanyalah kabut. Ia minta berhenti kurang dari 1 km dari tujuannya.

Belakangan ia mengatakan, “saya bukan sedang mencari-cari alasan, tetapi saja seandainya saja saya dapat melihat daratan, saya mungkin berhasil.” Bukan rasa dingin, ketakutan ataupun capai yang membuatnya gagal di dalam usahanya untuk merenangi selat Catalina, melainkan kabut.

Pesan Singkat: sekalipun tujuan kita terlihat tidak jelas, usahakan untuk bertahanlah. Allah tidak membawa kita sejauh ini untuk gagal, Ia hanya ingin melihat seberapa kuatkah kita bertekun dengan apa yang sedang ia ingin kita kerjakan. Tetapi Yesus berkata: ”Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah (Luk 9:62).

Pesan Dari Katie Couri Dan Broadway

Pembawa acara “Today” Katie Couri pernah menasihati sekelompok orang yang baru saja mulai meniti karier mereka “Percaya kepada diri anda sendiri dan lakukan yang anda sukai.” Pekerjaan saya memberi akses bagi saya kepada beberapa orang paling sukses di dunia ini. Saya mendapat satu denominator yang sama diantara mereka.

Mereka semua mencitai pekerjaan mereka. Sinonim dalam kamus untuk kata kerja (work) adalah toil, drudgery dan travail (yang mana semuanya berarti kerja keras). Kata-kata itu seharusnya Antonim dan bukan sinonim. Jika anda menyukai apa yang anda lakukan, sukses akan mengikuti anda. Memperoleh bayaran tidak akan pernah memuaskan jika anda tidak menikmati pekerjaan anda.

Setiap pekerjaan menuntut tingkat pekerjaan tertentu. Itulah hidup. Seorang desainer panggung Broadway yang terkenal pernah berkomentar “saya suka ide-ide dan give-and-take yang kreatif bersama para sutradara dan produser. Tetapi saya menyukai pekerjaan mendesain.

Saya akan tetap membuat sketsa dan melukis sekalipun tidak ada seorangpun mau membeli ide-ide saya. Karena saya menghabiskan sebagian besar waktu saya untuk mendesain, saya menyukai pekerjaan saya itu. saya tidak bermimpi untuk melakukan hal yang lain.”

Pesan Singkat: Lakukan dalam hidup anda sesuatu yang akan tetap anda lakukan sekalipun tidak ada seorangpun yang mau membayar anda untuk itu – lakukanlah apa yang anda inginkan. Tidak lama kemudian, orang-orang akan membayar berapapun demi pelayanan anda. Jika ini terjadi di dunia pelayanan “akankah kita terus melayani jika pelayanan kita tidak diakui oleh orang lain? Selamat merenung…

Kisah Amy

Pada suatu hari yang panas tahun 1984, orang-orang di sebuah kota kecil di New Mexico mengawasi saat seorang pelari muda yang kuat mengoperkan obor Olimpiade ke pelari berikutnya – Amy yang berumur Sembilan tahun.

Dengan keadaannya yang cacat dan bungkuk, Amy telah lama rindu membawa obor itu dalam perjalananya dari Atena ke Los Angeles. Ketika ia memengang obor yang berat itu, ia harus memegangnya dengan kedua tangannya.

Ia tidak memiliki kekuatan maupun ketangkasan pelari yang sebelumnya. Orang banyak meneriakkan kata-kata pembangkit semangat, tetapi hanya sedikit yang menganggap ia dapat menyelesaikan jarak yang harus ditempuhnya. Mereka tidak tahu bahwa Amy sangat ingin menyelesaikan tantangannya ini. Ia menginginkannya lebih dari apapun di dunia ini.

Ia dan ibunya telah mengumpulkan uang untuk membayar tiket masuk seharga $3.000 dengan berjualan dan mengadakan garage sale di halaman depan rumah mereka. Amy berlatih selama setahun dengan palu seberat 5 kg, tetapi tidak pernah sekalipun pada tahun itu ia mampu menyelesaikan jarak. Namun demikian, ia tidak pernah berhenti berusaha.

Saat orang banyak bersorak-sorai, Amy berlari dengan lambat namun pasti. Yang mengherankan semua orang, kali ini ia berhasil menyelesaikan jarak yang harus ditempuhnya. Ia telah mengatasi cacat tubuhnya dan melakukan apa yang tampak mustahil.

Pesan Singkat: Tekad dalam diri Amy mengalahkan akan cacat tubuhnya. Ia tidak membiarkan cacat tubuhnya menjadi alasan untuk tidak berkembang, malah sebaliknya di dalam cacat tubuhnya ia dapat terbang lebih tinggi dan melakukan lebih banyak dari yang dapat dibayangkan oleh orang-orang.

Di dalam Tuhan, tidak ada yang mustahil segalanya mungkin bagi Dia. Kita hanya perlu berlatih untuk berserah diri kepadaNya dan mengijinkan Dia bekerja di dalam diri kita, lebih banyak dari yang bisa kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri.

Kisah Jack Hammack

Jake Hammack, seorang perenang remaja, tuli. Ia mendengar suara-suara sebagai bisikan hanya dengan pertolongan sebuah alat bantu dengar, yang harus ia copot sebelum turun ke kolam.

Beberapa bulan belakangan ini, ia mendapati bahwa “jika saya terus berlatih keras, saya akan memecahkan rekor waktu.” Hammack sekarang berenang dengan level Q – standar tertinggi di Southern California Swimming dalam lima even.

Pelatihnya mengatakan “ia adalah satu diantara para perenang tercepat dan semua itu adalah masalah kerja keras. Ternyata kekurangannya malah bermanfaat baginya. Ia maju terus. Perhatiannya tidak teralihkan.

Hammack sedikit kehilangan waktu dari lawan-lawannya pada awal pertandingan. “saya merasa terganggu jika tidak mengalahkan catatan waktu saya sendiri” katanya. Catatan waktu saat ini cukup baik untuk memenuhi standar kualifikasi dalam tujuh even untuk menuju ke World Deaf Games, selanjutnya akan dijawalkan ke Kopenhagen.

Gagasan tentang kompetisi seperti itu tidak membuat Hammack kecil hati “anak ini senang berlatih” kata pelatihnya.

Pesan Singkat: Latihan, Ketekunan merupakan aspek yang tidak dapat di sepelekan jika ingin sukses. Kekurangan-kekurangan dalam diri kita kerap kali merupakan hal yang paling menguntungkan bagi kita (perhatikan kisah Hammack, ternyata kekurangannya “menguntungkan dia”).

Rasul Paulus malah bermegah di dalam kekurangannya “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku (2 Kor 12:9).

Kisah Gene Stallings

Ketika Gene Stallings menjadi pelatih pemain belakang Dallas Cowboys, ia mendapat kesempatan untuk mendengar dua pemain All-Pro, Carlie Waters dan Cliff Harris, mengobrol setelah satu pertandingan melawan Washington Redskins. Kedua pria itu duduk di hadapan locker merasa setelah pertandingan yang keras dan kontes yang berakhir dengan skor ketat.

Mereka masih mengenakan seragam, duduk membungkuk karena kecapaian – terlalu “Lelah” bahkan untuk mandi dan meninggalkan stadion. Waters berkata kepada Harris “omong-omong Cliff, berapa skor final?” kedua pria ini telah bermain begitu cermat, memberikan yang terbaik pada tantangan yang ada di hadapan mereka sehingga mereka tidak henti-hentinya mengawasi skor di papan.

Pesan Singkat: Kita mungkin pernah mendengar pepatah “bukan masalah apakah kita kalah atau menang, tetapi bagaimana memainkan pertandingan itu, jauh lebih penting dari hasil akhirnya.” Kerja keras merupakan sukacita terbesar tidak peduli hasil akhirnya.

Beberapa Bagian Di Sadur Dari:

Sumber

Sumber 2

Sumber 3

Oswald Sander, Kedewasaan Rohani. Yayasan Kalam Hidup

Jerry White, Kejujuran, Moral Dan Hati Nurahi, BPK Gunung Mulia

Nikmati Matahari Terbenam Bersama Allah, Gospel Press

Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat Untuk Semua Orang, Gospel Press

Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat Untuk Kesuksesan, Gospel Press

Posting Komentar untuk "38 Ilustrasi Khotbah - Cerita Rohani Kristen Dan Pesan Singkatnya"