Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan - Saat Teduh Tentang Pengharapan Orang Percaya


Renungan Saat Teduh Tentang Pengharapan Orang Percaya
 

Pengharapan orang percaya sungguh mantap dan terjamin sebab bertumpu pada janji-janji Allah yang tidak berubah. Pengharapan mereka bukanlah angan-angan belaka melainkan mengharapkan dengan yakin bahwa apa yang telah Allah janjikan akan diwujudkan tepat pada waktunya Allah. Rick Cowan

Allah adalah tempat kalian berharap. Semoga ia mengisi hatimu dengan segala sukacita dan sejahtera karena kalian percaya kepadaNya, supaya dengan kuasa Roh Allah kalian makin berharap kepada Allah. Roma 15:13

Doa serta penguatan dari seorang rasul Paulus kepada orang-orang percaya non Yahudi dengan beberapa point yang begitu indah bahwa Hanya kepada Allah saja seharusnya manusia berharap dan tidak ada yang lain, dengan harapan lain kiranya Allah menyegarkan dan memberi sukacita dalam  hati mereka mengingat hati adalah pengendali pusat pikiran

Penulis Amsal memberi tahu kita bahwa “hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat dan Roh Kudus terus menguatkan mereka untuk semakin berharap kepada pribadi yang tidak pernah memberi harapan palsu. Dia pribadi yang tidak PHP jangan sesekali disandingkan dengan mantan-mantanmu yang sudah memberi HP, hehehe.

Pengharapan seharusnya menjadi salah satu sikap pengendali kehidupan orang percaya namun kerap kali pengharapan disalah terjemahkan yang umumnya ketika kita mendengar kata pengharapan maka yang terbelesit di pikiran kita adalah serangkaian keinginan-keinginan pemuas diri.

Pengharapan semacam ini membuat seseorang mengharapkan keadaan tertentu guna sesuai dengan kesenangan atau hal-hal yang menguntungkannya. Dan ini tidak ada dasar yang kontrik untuk jenis pengharapan semacam ini yang hanya berupa keinginan agar sesuatu terjadi dan ini bukan pengharapan yang alkitabiah.

Kesalahpengertian ini membuat orang-orang Kristen menjadikan Allah sebagai pribadi pemuas belaka, Allah dianggap dan dibutuhkan saat mereka mengingini Sesuatu dan itu bahaya karena Pengharapan diterjemahkan dengan keinginan.

Yang semestinya pengharapan orang Kristen adalah pengharapan yang bertumpu pada janji-janji Allah dalam firmanNya dan pengharapan yang Ia beri merupakan pengharapan yang tidak berandai-andai dan tidak di bangun atas dasar keinginan manusia tapi di bangun di atas dasar diriNya sendiri, penulis kitab Ibrani memberi tahu kita bahwa “Harapan kita itu seperti jangkar yang tertanam sangat dalam dan merupakan pengangan yang kuat dan aman bagi hidup kita. Harapan itu menembus gorden ruang Mahasuci di rumah Tuhan di surga” BIS.  Begitu kuatnya kehidupan seseorang yang berharap pada Allah.

Orang yang belum percaya kepada Kristus tidaklah memiliki pengharapan semacam ini, kitab Amsal memberi tahu kita bahwa pengharapan mereka (dikatakan sebagai orang fasik) akan sia-sia dan tidak ada artinya, pengharapan mereka itu hampa dan cepat berlalu baik pengharapan akan uang, keberhasilan, pekerjaan baik ataupun sistem kepercayaan yang mereka ciptakan sedemikian rupa bagi diri mereka hal ini di karenakan mereka tidak memiliki dasar pijakan yang kuat dan yang mantap.

Pengharapan dan Iman orang percaya merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan bagai dua sisi mata uang. Pengharapan pada janji-janji Allah menolong serta menjadi dasar pijakan kita untuk memandang pada hal-hal yang sudah ia janjikan sedangkan iman memampukan kita untuk menyakini janji-janji itu bahwa suatu saat pengharapan kita di dalam Dia tidak akan sia-sia dengan kata lain kita hidup dengan satu kepastian teguh bahwa hal-hal yang kita harapkan memang akan terjadi.

Inilah harapan orang percaya yang tidak bisa dipungkiri karena bertumpu pada janji-janji Allah bagi umatnya, Petrus mendorong orang-orang percaya untuk selalu “bersiap sedia pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab” untuk menjelaskan akan alasan-alasan pengharapan mereka kepada orang lain dengan sikap hormat dan santun ( I Pet 3:15). Ok mari kita perhatikan alasan-alasan pengharapan orang percaya, cek cek cek.

Kebangkitan Kristus Dan Janji Kedatangannya Kembali

Sebelum kita masuk ke bahasan selanjutnya, marilah kita berandai-andai (meskipun sudah terjadi, namun tidak ada salahnya) bagaimana jika Kristus tidak bangkit, apa yang akan terjadi? Dalam hal ini rasul Paulus memberi tahu kita dalam 1 Kor 15:14-21 bahwa akan sia-sialah pemberitaan kita tentangNya, kepercayaan kita tentangNya dan kita akan dianggap berdusta terhadap Allah yang lebih menakutkan lagi kita akan terus hidup dalam dosa, dosa dan dosa,

Ini merupakan skenario terburuk yang pernah ada, namun syukur kepada Allah - Ia tidak memberi pengharapan yang palsu kepada umatnya dan Ia tidak mempermalukan akan orang-orang pilihannya yang sudah menubuatkan hal ini ratusan tahun lalu. Haleluya

Semua janji-janji Allah terikat dalam diri orang Nazaret itu, Yesus Kristus. Paulus di dalam 2 Kor 1:20 meneguhkan pengharapan kita akan kebangkitan Kristus dengan menulis “Sebab Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan “Amin” untuk memuliakan Allah. KebangkitanNya dari kematianlah yang menggerakkan janji-janji ini, kebangkitanNya dari kematian menegaskan kepada kita dan kepada dunia bahwa Dialah anak Allah yang telah mengalahkan maut dan dosa. KebangkitanNya dari kematian membuktikan kepada kita bahwa Ia bisa menggenapi dan akan menggenapi janji-janji Allah yang telah dinubuatkan dan dituliskan dalam kitab suci.

Kebangkitan Kristus membuat semua janjiNya kredibel (Dia dapat dipercaya) salah satu janjiNya kepada kita yang masih terus kita nantikan adalah ketika Ia berkata “aku pergi ke surga untuk menyediakan tempat bagimu dan Aku akan datang kembali menjemputmu supaya di tempat dimana Aku berada kamupun berada” (Yoh 14:2-4).

Ia bangkit dan telah pergi ke tempat itu, saat ini kita menantikanNya kembali untuk menjemput dan membawa kita ke tempat dimana Ia berada (dan akan tergenapilah apa yang Ia katakan dimana Ia berada, kitapun berada).

Kedatangan Kristus kembalilah yang mengantarkan setiap penggenapan janji Allah kepada kita. Jika Ia tidak berjanji untuk kembali menjemput kita maka harapan kita akan sia-sia dan tak mengetahui arah yang sedang kita tuju dan jika Ia tidak bangkit dari kematianNya maka janji-janjiNya tidak dapat dipercaya.

Tetapi karena Ia telah mengalahkan maut kita diberi semangat hidup yang baru, kita diberi harapan yang baru serta kita diberi kekuatan yang baru dan dengan rasa percaya diri memproklamirkan kepada dunia bahwa pengharapan kita kepadaNya merupakan pengharapan yang pasti.

Inilah pengharapan yang sama yang juga dialami oleh murid-muridNya dan yang mengubahkan mereka dari saat-saat tertekan dan putus asa karena kematian sang Guru (Yesus Kristus) menjadi pemberita-pemberita injil yang tangguh dan yang berani setelah kebangkitanNya.

Kebangkitan Kita Dari Kematian

Kebangkitan Kristus tidak hanya memberi pengharapan kepada kita akan kedatanganNya kelak tetapi juga menolong serta memampukan kita untuk mengharapkan akan kebangkitan kita sendiri, hal ini menjadi dasar penguatan serta harapan setiap pengikut-pengikutnya yang setia menantikanNya.

Dalam 1 Kor 15: 20 Paulus menulis bahwa “Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Ketika Ia bangkit dari orang mati, Ia menjadi yang pertama (yang sulung) sebagai jalan pembuka untuk kebangkitan kita kelak.

Ini merupakan jaminan bahwa kita juga dapat mengharapkan tentang kebangkitan kita sendiri. Tanpa pengharapan semacam ini alkitab memberi tahu kita bahwa “Jikalau kita dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.

Lalu apa yang salah jika kita hanya menaruh pengharapan pada kebangkitan Kristus dan tidak mengharapkan akan kebangkitan kita kelak, Rasul Paulus memberi tahu kita bahwa kita adalah orang yang paling malang.

Kebangkitan Kristus seharusnya memberi rasa percaya diri kepada kita untuk mengklaim dan mengharapkan kebangkitan kita sendiri seperti apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus “Aku menaruh pengharapan kepada Allah, sama seperti mereka juga, bahwa akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar” (Kis 24:15).

Sebagai orang percaya kita menantikan akan kedatangan  Kristus dan kebangkitan kita dari kematian dengan penuh harapan yang pasti karena hal ini telah dikonfirmasi oleh kebangkitan anakNya.

Pengharapan yang kita miliki dalam Kristus adalah pengharapan yang seharusnya merembet dan menembus ke setiap bidang kehidupan kita, dimanapun dan kapanpun kita berada. Tidaklah tepat atau tidaklah alkitabiah ketika kita menyatakan bahwa seseorang adalah murid Kristus dan memiliki konsep pengharapan yang benar akan kedatanganNya kembali tetapi hidupnya tidak ditandai dengan ketaatan pada perintah-peritahNya.

Akhir kata ungkapan Yohanes mengingatkan kita “Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diriNya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatanganNya.

Posting Komentar untuk " Renungan - Saat Teduh Tentang Pengharapan Orang Percaya"