Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Latar Belakang Kitab Roma

 

Latar Belakang Kitab Roma

Seorang pernah berkata kepada saya bahwa “ia senang berkhotbah dan ia senang membicarakan firman Tuhan kepada orang lain”, wao saya hanya terdiam dan berusaha untuk mengkonfirmasi pernyataan yang luhur dan mulia ini, dengan bertanya berapa banyak waktu yang anda pakai untuk mempersiapkan bahan khotbah tersebut dan berapa banyak waktu yang anda pakai untuk mempelajari sejarah atau latar belakang kitab tersebut? – suasana tiba-tiba menjadi sunyi.

Ketika ingin mempelajari kitab suci kita perlu memberikan perbedaan yang jelas dengan buku-buku bacaan yang kita baca setiap harinya, yang ditulis oleh tangan manusia. Kitab suci adalah pernyataan Allah, Allah membuka diriNya untuk diketahui oleh manusia yang berdosa, Allah mengijinkan manusia untuk menyelami diriNya, sifatNya, kerinduanNya, kemauanNya dan serangkaian hal-hal kudus lainnya.

Ketika kita ingin mempelajari sebuah teks alkitab atau menafsirkan teks alkitab ada langka-langka yang perlu kita beri perhatian khusus dan serius, karena kerap kali “ penafsir menjadi musuh terburuk bagi pembacaan alkitab yang benar dan ini berbahaya”

Teman-teman sebelum kita masuk ke dalam latar belakang bahasan kitab Roma yang sesungguhnya, ijinkan saya untuk memberi beberapa pra-suposisi yang bisa kita gunakan ketika kita ingin mempelajari sebuah teks alkitab yang saya kutip dari tulisan Dr Bob Uthley dalam bukunya “Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma”.

v  Percaya alkitab adalah satu-satunya pernyataan diri dari satu-satunya Allah yang benar. Karena itu, penafsirannya harus menggunakan sudut pandang maksud dan tujuan dari sang penulis ilahi (Roh Kudus) yang menggunakan seorang manusia sebagai penulis dan dalam latar belajang sejarah tertentu.

v  Percaya alkitab ditulis untuk orang-orang biasa – untuk semua orang! Tuhan menyediakan dirinya untuk berbicara secara jelas kepada kita dalam suatu konteks sejarah dan budaya tertentu. Tuhan tidak menyembunyikan kebenaran – Ia ingin kita mengerti! Oleh karena itu, alkitab harus ditafsirkan dengan sudut pandang zaman pada saat penulisannya, bukan zaman kita saat ini. Alkitab tidak berarti suatu bagi kita berbeda dengan kepada mereka yang membaca dan mendengarnya pertama kali. Hal ini dapatlah secara mudah dimengerti oleh akal kita, dan menggunakan Teknik-teknik dan bentuk-bentuk komunikasi.

v  Percaya alkitab memiliki berita dan tujuan yang menyatu. Tidak saling bertentangan satu dengan yang lain, walaupun di dalamnya juga terdapat bagian-bagian yang sukar dan bersifat paradoks. Dengan demikian penafsir dari alkitab adalah alkitab itu sendiri dengan kata lain Alkitab menafsirkan dirinya sendiri.

v  Percaya bahwa setiap bagian (selain nubuatan) hanya memiliki satu arti berdasarkan maksud dan tujuan dari si penulis yang diilhami Tuhan sendiri. meskipun kita tidak akan mungkin bisa sepenuhnya meyakini bahwa kita mengetahui maksud penulis kitab itu, banyak indicator menunjuk kearah hal tersebut:

a.    Genre (tipe literatur) yang dipilih untuk mengemukakan berita.

b.    Latar belakang sejarah dan kejadian tertentu yang mendorong penulisan.

c.     Konteks tulisan dari keseluruhan buku, juga tiap satuan tulisan yang ada.

d.    Rancangan naskah (garis besar) dari satuan tulisan dalam kaitannya dengan keseluruhan berita.

e.    Ciri-ciri tata bahasa tertentu yang menonjol yang digunakan untuk mengkomunikasikan berita.

f.     Kata-kata yang dipilih untuk menyajikan berita.

g.    Bagian-bagian yang bersifat parallel.

Sebelum kita Mempelajari dan melakukan pendekatan terhadap bagian-bagian alkitab yang hendak kita tafsirkan atau pelajari alangkah baiknya jika kita memperhatikan detail bidang-bidang diatas, yang mana akan sangat menolong kita untuk memahami rancangan Allah dibalik penulisan setiap kitab.

Sering kali kita menggunakan metode-metode pembacaan alkitab yang tidak tepat sehingga berdampak pada tafsiran yang beragam dan terkadang di luar konteks. Berikut beberapa metode yang tidak tepat namun seringkali digunakan (saya masih mengutip tulisan ini dari Dr Bob Uthley).

Ø  Mengabaikan konteks tulisan dari buku alkitab dan menggunakan tiap kalimat, anak kalimat atau bahkan kata-kata secara individual sebagai suatu pernyataan kebenaran yang tidak berhubungan dengan maksud penulis atau konteks yang lebih luas (sering disebut proof-texting).

Ø  Mengabaikan latar belakang sejarah dari suatu buku, dengan menggantikannya dengan suatu pengandaian latar belakang sejarah yang kurang atau tidak didukung oleh naskah itu sendiri.

Ø  Mengabaikan latar belakang sejarah dari buku dan membacanya seperti sebuah surat kabar lokal yang ditulis terutama untuk orang-orang kristen modern.

Ø  Mengabaikan latar belakang sejarah dari buku dengan mengalegorikan naskah dengan berita teologis atau filosofis yang taka da hubungannya sama sekali dengan si pendengar pertama dan maksud asli di penulis.

Ø  Mengabaikan berita asli dengan menggantikannya dengan sistem teologi seseorang, doktrin favorit, atau isu-isu kontemporer yang tidak berhubungan dengan berita yang dinyatakan dan dimaksudkan oleh si penulis asli. Gejala ini sering mengikuti pembacaan mula-mula dari alkitab sebagai cara menetapkan otoritas pembicara. Hal ini sering kali disebut sebagai “tanggapan pembaca atau penafsiran; arti naskah bagiku”.

Ingatlah bahwa hal-hal di atas hanya sebagai pendukung atau alat yang menolong kita untuk dapat menguraikan kebenaran firman Tuhan, penafsir tidak boleh mentuhankan akan alat yang ia pakai untuk menafsirkan kebenaran ilahi sebaliknya kebergantungan penuh pada kuasa Roh Kudus sebagai pribadi yang mengilhami penulis waktu itu dan tentunya kepada kita sebagai pembaca dan penafsir hari ini.

Kebergantungan pada Roh Kudus dan doa menolong kita untuk cukup memahami firman Tuhan seutuhnya. Dalam hal ini James W. Sire di dalam buku Scripture Twisting menuliskan bahwa:

Penerangan datang dalam pikiran dari anak-anak Allah – bukan hanya kepada orang-orang rohani tingkat tinggi saja. Tidak ada kelompok “guru” dalam kekristenan yang alkitabiah, tidak ada orang bijak, tidak ada orang yang merupakan penafsir yang sempurna. Dengan demikian, sementara Roh Kudus mengaruniakan karunia-karunia hikmat, pengetahuan dan membedakan roh, Ia tidak menugaskan orang-orang Kristen yang diperlengkapi ini menjadi satu-satunya penafsir yang sah dari firman Allah. Hal ini terserah kepada anakNya untuk belajar, menimbang dan memahami sesuai petunjuk alkitab yang berdiri sebagai penguasa bahkan bagi mereka yang dikaruniai Allah kemampuan yang khusus. Secara ringkas asumsi yang saya buat bagi keseluruhan buku adalah bahwa alkitab adalah pernyataan yang benar dari Allah kepada semua umat manusia, yang merupakan penguasa tertinggi dari segala hal yang dikatakanNya dan juga secara keseluruhan bukan suatu misteri, hingga bisa cukup dipahami oleh orang biasa dalam tiap budaya.

Tentang bagaimana kita membaca firman Tuhan, Kierkegaard dalam bukunya Bernard Ramm yang berjudul, Protestant Biblical Interpretation, berpendapat bahwa;

Mempelajari kesejarahan dan leksikal dan ketata-bahasaan dari alkitab adalah sebuah keharusan, namun hal ini hanya merupakan tahapan awal dari pembacaan alkitab sebenarnya. Untuk membaca alkitab sebagai firman Tuhan, seseorang harus membaca dengan hatinya dalam mulutnya, dengan kesadaran, dengan suatu pengharapan yang besar, dalam suatu percakapan dengan Tuhan. Membaca alkitab dengan tanpa berpikir, secara sembarang atau secara akademis, atau secara professional, bukan membaca alkitab sebagai firman Tuhan. Orang yang membacanya seperti membaca sebuah surat cinta, orang tersebut membacanya sebagai firman Allah.

Latar Belakang Kitab Roma

Kitab Roma adalah kitab Dokrinal yang ditulis yang secara teologis, sistematis dan logis oleh seorang yang telah ditangkap dan diubahkan oleh Kristus – kitab yang memiliki bobot doktrin yang sangat amat tinggi dan sangat berpengaruh di dalam sejarah kehidupan kekristenan. Kitab yang ditempatkan pertama dalam tulisan-tulisan rasul Paulus lainnya, kitab yang merupakan kitab teologi yang terpenting di dalam seluruh kitab Perjanjian Baru.

Di dalam catatan sejarah kitab ini memiliki pengaruh yang amat kuat di dalam kehidupan rohani beberapa tokoh yang dipakai oleh Allah secara luar biasa diantara;

*      Agustinus bertobat pada tahun 380 Masehi setelah membaca “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya (Rm 13:13-14).

*      Reformasi Protestan mengenai keselamatan berubah secara radikal pada saat ia memahami kebenaran Allah dan membandingkan Maz 31:1 dengan Roma 1:17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis:”Orang benar akan hidup oleh iman.”

*      John Wesley menerima kepastian keselamatan karena mendengar kata pendahuluan dari buku komentar Martin Luthter tentang kitab Roma yang dibaca di sebuah gereja kecil di Jalan Aldersgate (tahun 1738 M)

*      John Calvis menuliskan bahwa “Ketika seseorang memahami surat ini, terbukalah jalan baginya untuk mengerti semua atau seluruh isi kitab Suci”.

Penulis Kitab Roma

Didalam kitab Roma sendiri telah memberi kita kesaksian bahwa Paulus-lah penulis dari kitab ini - Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah (Rm 1:1). Pada bagian ini Paulus memperkenalkan identitasnya sebagai “Hamba Kristus Yesus”, tugas dan panggilannya yaitu sebagai seorang “Rasul” dengan misi yang jelas yaitu untuk “memberitakan Injil Allah”.

Surat ini tidak ditulis oleh tangan Paulus sendiri tetapi ia memakai orang lain atau juru tulis (beberapa sumber menyatakan bahwa ditulis oleh sekretarisnya) untuk menuliskan surat ini, kita bisa mengetahuinya dari - Salam dalam Tuhan kepada kamu dari Tertius, yaitu aku, yang menulis surat ini (Rm 16:22).

Beberapa bukti ekternal lainnya yang menyatakan bahwa Paulus adalah penulis kitab Roma adalah – pernyataan Marcion yang menyatakan bahwa Paulus adalah penulis asli kitab ini. Kitab Roma juga dikutip oleh beberapa orang percaya ortodoks seperti Clement dari Roma, Ignatius, Justin Martyr, Polycarpus, Hipolytus dan Irenius, daftar kitab-kitab Muratoria juga memasukkan kitab ini sebagai milik Rasul Paulus.

Waktu Penulisan Kitab Roma

Kemungkinan tanggal penulisan kitab Roma adalah tahun 56-58 M. menurut beberapa ahli kitab Roma adalah kitab yang dapat dilacak tanggal penulisannya secara akurat. Pandangan lainnya menyatakan bahwa Surat Roma ditulis setelah surat 1 dan 2 Korintus, karena pada waktu itu pengumpulan uang sedang disusun ketika surat-surat tersebut ditulis dan sekarang sudah siap dan akan dibawah kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem. Penyebutan Kengkrea, kota pelabuhan Korintus (16:1) dan perincian lainnya membuat banyak sarjana memilih Korintus sebagai kota asal Paulus menuliskan surat ini.

Penerima Surat

Tentang bagaimana kekristenan pertama kali masuk Roma, tidak ada yang mengetahui dengan pasti tentang hal ini. Kita hanya bisa menaruh prasangka bahwa;

-       Mungkin didirikan oleh orang-oranng yang sedang mengunjungi Yerusalem pada hari Pentakosta dan bertobat lalu pulang untuk memulai gereja (bdg dengan Kis 2:10).

-       Mungkin juga pendirinya adalah murid-murid yang melarikan diri dari penganiayaan di Yerusalem setelah kematian Stefanus.

Rasul Paulus sendiri tidak pernah berkunjung ke Roma ketika ia menuliskan surat ini dari Korintus sekitar dua puluh enam tahun kemudian sejak hari pentakosta. Tetapi ia mengenal beberapa orang yang ada disana, seperti yang kita lihat dalam pasal 16. Orang kristen pada masa itu adalah orang kristen yang berpindah-pindah, apakah itu sebagai penganiayaan ataupun sebagai tugas pemberitaan injil.

Orang-orang yang tinggal di Roma adalah orang-orang dari keturunan bangsa Yahudi maupun bangsa bukan Yahudi. Dan akhirnya Paulus mengunjungi Roma sekitar tahun 60 M, tetapi tidak dengan cara yang ia harapkan – ia datang ke Roma sebagai seorang tahanan karena Yesus Kristus.

Tujuan Surat

Adapun beberapa tujuan rasul Paulus menuliskan akan surat ini kepada orang-orang di Roma, diantaranya;

-       Memperkenalkan dirinya dengan jemaat-jemaat Roma yang tidak didirikan olehnya (Rm 1:11).

-       Meminta doa jemaat Roma berhubung dengan konfrontasinya orang Yahudi di Yerusalem (15:30-31).

-       Paulus selalu memimpikan untuk dapat berkesempatan mengunjugi dan menyampaikan Injil di Roma. Kerinduan hatinya untuk memberitakan Injil di Roma terukir sangat dalam di hatinya, surat ini menunjukkan kerinduan yang besar Paulus kepada jemaat di Roma – Paulus ingin menunjukkan betapa besar kasih Allah bagi orang-orang di Roma, seperti yang telah ia terima dari Allah.

-       Upaya untuk menggalang bantuan untuk perjalanan penginjilan ke Spanyol. Paulus melihat bahwa pekerjaan kerasulannya di daerah Mediterania bagian timur sudah selesai. (bdg 12:20-23,28).

-       Paulus dituduh sebagai penyebar ajaran baru yang berbahaya dan menambahkan secara sembarangan pengajaran dari Yesus. Buku ini adalah cara Paulus untuk secara sistematis mempertahankan dirinya dengan menunjukkan bagaimana injil yang diajarkannya adalah benar dari Allah.

Kata Kunci Kitab Roma

Kebenaran Tuhan

Thema Kitab Roma

Menggambarkan injil mulai dari penghukuman kepada pembenaran kepada pengudusan kepada pemuliaan (1-8). Menyajikan rencana Tuhan bagi Bangsa Yahudi dan semua bangsa yang lain (9-11) dan nasehat praktis bagi orang-orang percaya (12-16).

Garis Besar Kitab Roma

A. Pendahuluan (1:1-17)

1. Salam (1:1-7)

a. Penulis (1-5)

b. Arah Tujuan (6-7a)

c. Ucapan Selamat (7b)

2. Kejadian dan kesempatan (1:8-15) 3. Tema (1:16-17)

B. Kebutuhan akan Kebenaran illahi (1:18-3:20)

1. Kemerosotan Dunia Kekafiran (1:18-32)

2. Kmunafikan orang Yahudi atau pengikut faham moral kefasikan (2:1-16)

3. Penghkiman terhadap orang Yahudi (2:17-3:8)

4. Pnghukuman Dunia (3:9-20)

C. Apakah Kebenaran Illahi itu (3:21-8:39)

1. Kebenaran Haya oleh Iman (3:21-31)

2. Dasar Kebenaran: Janji Tuhan (4:1-25)

a. Kehidupan Abraham yang benar (4:1-5)

b. Daud (4:6-8)

c. Hubungan Abraham dengan Sunat (4:9-12)

d. Janji Tuhan kepada Abraham (4:13-25)

3. Pencapaian Kebenaran (5:1-21)

a. Aspek subyektif: Kasih karunia, kesukaan yang tak tertandingi (5:1-5)

b. Dasar yang obyektif: Kasih Allah yang luar biasa (5:6-11)

c. Tipologi Adam/Kristus: Pelanggaran Adam, Ketetapan Allah (5:12-21)

4. Kebenran Illahi harus terbit dalam kebenaran pribadi (6:1-7:25)

a. Dibebaskan dari dosa (6:1-14) (1) Penolakan yang semestinya (6:1-2) (2) Arti baptisan (6:3-14)

b. Budak Setan atau Hamba Tuhan: silahkan pilih! (6:15-23) 

c. Perkawinan manusia dengan Hukum Taurat (7:1-6)

d. Hukum Taurat adalah baik, namun dosa menghalangi kebaikan (7:7-14)

e. Pergumulan abadi tentang kebaikan dan kejahatan dalam diri orang percaya (7:15-25)

5. Hasil yang nampak dari kebenaran Illahi (8:1-39)

a. Hidup dalam Roh (8:1-17)

b. Penebusan dari ciptaan Allah (8:18-25)

c. Pertolongan yang tetap dari Roh Kudus (8:26-30)

d. Kemenangan dalam pnghakiman dari pembenaran oleh iman (8:31-39)

D. Maksud Illahi bagi seluruh Umat Manusia (9:1-11:32)

1. Pemilihan Israel (9:1-11:32)

a. Pewaris iman yang sesungguhnya. (9:1-13)

b. Kedaulatan Tuhan (9:14-26)

c. Rencana umum Allah mencakup orang kafir (9:27-33)

2. Keselamatan Israel (10:1-21)

a. Kebenaran Tuhan vs Kebenaran Manusia (10:1-13)

b. Kemurahan Tuhan memerlukan utusan, seruan untuk penginjilan ke dunia. (10:14-18)

c. Ke tetap tidak percaya-an Israel pada Allah (10:19-21)

3. Kegagalan Israel (11:1-36)

a. Sisa-sisa orang Yahudi (11:1-10)

b. Kecemburuan orang Yahudi (11:11-24)

c. Kebutaan sementara orang Israel (11:25-32)

d. Luapan pujian Paulus (11:33-36)

E. Hasil dari anugerah Kebenaran Illahi (12:1-15:13)

1. Seruan untuk pengudusan (12:1-2)

2. Penggunaan karunia-karunia (12:3-8)

3. Hubungan antar orang percaya (12:9-21)

4. Hubungan dengan Negara (13:1-7)

5. Hubungan dengan sesama (13:8-10)

6. Hubungan dengan Tuhan (13;11-14)

7. Hubungan dengan sesama anggota gereja (14:1-12)

8. Pengaruh kita terhadap orang lain (14:13-23)

9. Hubungan dengan keserupaan dengan Kristus (15:1-13)

F. Kesimpulan (15:14-33)

1. Rencana-rencana pribadi Paulus (15:14-29)

2. Permohonan doa (15:30-33)

G. Catatan-catatan (16:1-27)

1. Ucapan Selamat (16:1-24)

2. Doa Berkat (16:25-27)

Ayat-Ayat Terkenal Dalam Kitab Roma

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Rm 8:32).

Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa (Rm 5:8).

Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa (Rm 5:12).

Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rm 6:23).

Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus (Rm 3:23-24).

Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Rm 12:1-2).

Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan (Rm 4:20-21).


Beberapa Bahan Rujukan:

Bob Utley. Surat Paulus Kepada: Jemaat Di Roma, Bible Lessons International, Marshall, Texas. 2010

1

2

3


Posting Komentar untuk "Latar Belakang Kitab Roma "