Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saat Teduh - Renungan Harian; 2 Korintus 5:14 (Charles H. Spurgeon)

Saat Teduh - Renungan Harian; 2 Korintus 5:14 (Charles H. Spurgeon)

Sebab kasih Kristus yang menguasai kami. [2 Korintus 5:14]

Seberapa berhutangkah engkau kepada Tuhanku? Sudah pernahkah Dia melakukan sesuatu untukmu? Sudahkah Dia mengampuni dosa-dosamu? Sudahkah Dia menyelubungimu dengan jubah kebenaran [Yesaya 61:10]? Sudahkah Dia menempatkan kakimu di atas bukit batu [Mazmur 40:2]?

Sudahkah Dia menetapkan langkahmu [Mazmur 40:2]? Sudahkah Dia menyiapkan surga untukmu? Sudahkah Dia mempersiapkan engkau untuk surga? Sudahkah Dia menuliskan namamu dalam kitab kehidupan [Wahyu 21:27]? Sudahkah Dia memberimu berkat yang tak terhitung?

Sudahkah Dia mengumpulkan untukmu suatu gudang belas kasihan, yaitu apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga [1 Korintus 2:9]? Maka lakukan sesuatu bagi Yesus yang pantas dengan kasih-Nya.

Jangan persembahkan sekedar limpahnya kata-kata kepada Juruselamat yang rela mati. Bagaimana perasaanmu ketika Tuanmu datang, jika engkau harus mengaku bahwa engkau tidak melakukan apapun untuk Dia, melainkan membiarkan kasihmu diam, bagaikan air kolam yang mandek, tidak mengalir baik ke umat miskin kepunyaan-Nya maupun ke pekerjaan-Nya.

Mana ada kasih yang seperti itu! Apa yang di benak orang-orang mengenai kasih yang tidak pernah ditunjukkan dalam perbuatan? Mengapa, mereka berkata, “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.” [Amsal 27:5] Siapa mau menerima kasih yang begitu lemah yang tidak menggerakkan engkau untuk menyangkal diri, bermurah hati, bersikap pahlawan, atau bertindak dengan giat!

Pikir bagaimana Dia telah mengasihimu, dan memberi diri-Nya kepadamu! Tahukah engkau kekuatan kasih itu? Maka biarlah itu seperti angin ribut yang deras kepada jiwamu untuk menyapu awan keduniawianmu, dan membersihkan kabut dosa.

“Oleh karena Kristus,” [2 Korintus 12:10] jadilah ini lidah api yang hinggap di atasmu: “oleh karena Kristus” jadilah ini kegirangan ilahi, inspirasi surga untuk mengangkatmu tinggi-tinggi ke atas bumi, semangat ilahi yang akan membuatmu berani seperti singa [Amsal 28:1, KJV] dan tangkas seperti rajawali [Ulangan 28:49, KJV] dalam pelayanan kepada Tuhanmu. Kasih akan memberi sayap kepada kaki pelayan, dan kekuatan kepada tangan yang bekerja keras.

Dengan bersandar kepada Tuhan dengan keteguhan yang tak tergoyahkan, tetapkan hati untuk memuliakan Dia dengan kebulatan tekad yang tak terbelokkan, dan seraya maju dengan semangat yang besar tanpa lelah, mari kita wujudkan kuasa kasih kepada Yesus. Kiranya batu magnet ilahi menarik kita ke arahnya menuju surga.

Secara literal: mari kita wujudkan desakan kasih (atau, kendali kasih) kepada Yesus. Renungan Pagi (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon). Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.

Refleksi Untuk Kita Semua

Kita adalah penerima belaskasih Allah – belaskasih yang sebenarnya tidak layak kita terima. Tidak ada sesuatu apapun yang membuat kita merasa layak untuk menerima belaskasih-Nya – firman-Nya memberi tahu kita bahwa “Allah menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada kita dengan mengutus Kristus supaya mati untuk kita pada waktu kita hidup di dalam dosa (Rm 5:8 FAYH)”.

Ketika kita masih hidup di dalam dosa, menjadi budak dosa disitulah Ia menunjukkan belaskasih-Nya kepada kita – Ia datang dan mengangkat kita dari lubang-lubang maut, Ia mengangkat kita dari kematian kekal kepada kehidupan yang kekal bersama dengan Dia di dalam kerajaan-Nya.

Kekuatan kasih-Nya tidak dapat diselami oleh pikiran-pikiran kita, kekuatan kasih-Nya tidak dapat dibendung oleh apapun juga – kekuatan kasih-Nya meluap dengan begitu derasnya sehingga dapat dialami, dirasakan dan memberi penyengaran bagi kehidupan batiniah kita.

Kita telah menikmati belaskasih-Nya – di dalam kemurahan-Nya Ia menunjukkan belaskasihNya kepada kita di kayu salib. Di atas kayu salib, Ia menunjukkan bahwa betapa serius diri-Nya di dalam mengasihi kita, Ia membawa kita kembali kepada Allah (kembali kepada posisi kita semula).

Sehingga walaupun kita mati secara rohani dan binasa karena dosa kita, Ia mengembalikan hidup kita pada waktu Ia membangkitkan Kristus dari antara orang mati. Kita diselamatkan, hanya karena kasih karunia-Nya yang tidak patut kita terima. Ia mengangkat kita ke tempat kemuliaan di surga, di mana kita duduk bersama-sama dengan Kristus. Semua itu semata-mata karena apa yang dilakukan oleh Kristus (Ef 2:5-6 FAYH).

Belaskasih-Nya menawan dan menggerakkan hidup kita untuk menyangkal diri kita bagi sesama. Kita hidup dengan digerakkan oleh belaskasih-Nya yang sangat kuat itu – kita terpikat olehnya dan dengan semangat yang meluap-luap membagikan akan belaskasih yang telah kita nikmati dan alami kepada sesama kita. kasih-Nya bukanlah harta karun yang disembunyikan di dalam brankas-brankas, tetapi kasih-Nya berseru-seru di dalam kehidupan setiap orang – kasihNya ditampakkan bagaikan sebuah trofi yang baru saja di raih oleh seorang juara.

Biarlah tindakan-tindakan sederhana kasih kita dilihat oleh orang lain, dinikmati oleh mereka seperti kita telah menikmati belaskasih-Nya. Kristuslah yang telah memberi kita semangat baru dan warna baru di dalam kehidupan kasih kita – Ia menunjukkan belaskasih-Nya kepada siapa saja, dimana saja dan kapan saja.

Kiranya belaskasih-Nya menggerakkan kita untuk melakukan dan menghidupi kasih yang sama di bumi ini. Belaskasih yang Ia anugerahkan kepada kita bertumbuh atau dimulai di dalam hati, tetapi tidak menetap disana ia meluap keluar dan melimpah dalam tindakan nyata.

Dia adalah pribadi yang sempurna di dalam berbelas kasih dan pemilik belas kasih itu sendiri. Yesus Kristus orang Nazareth itu.

Pertumbuhan rohani adalah masalah menjadi semakin serupa dengan Yesus Kristus. Ini berarti bahwa ketika seorang Kristen menjadi dewasa secara rohani, ia akan bertumbuh dalam belas kasihnya terhadap orang lain - Tetapi segala anugerah ini diperoleh tidak hanya dengan iman semata-mata. Saudara harus juga berusaha hidup baik. Malah itu pun belum cukup; Saudara harus belajar mengenal Allah lebih baik dan mengetahui kehendak-Nya.

Selanjutnya, belajarlah mengesampingkan keinginan sendiri, sehingga Saudara akan menjadi sabar dan saleh, serta dengan senang hati membiarkan Allah menentukan jalan-Nya bagi Saudara. Hal ini memungkinkan langkah selanjutnya, yaitu menyukai pergaulan dengan orang lain serta menyenangi mereka, sehingga akhirnya kasih Saudara kepada mereka akan makin mendalam (2 Petrus 1:5-7 FAYH).

Posting Komentar untuk "Saat Teduh - Renungan Harian; 2 Korintus 5:14 (Charles H. Spurgeon)"