Ayat Alkitab - Renungan 1 Korintus 15:1-58 "Kubur Kosong" Oleh D. L Moody
Kebangkitan Kristus
Dan sekarang,
saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan
kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan,
asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu —
kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya.
Sebab yang sangat
penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri,
ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci,
bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang
ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas
dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya.
Sesudah itu Ia
menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan
dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah
meninggal.
Selanjutnya Ia
menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya
Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum
waktunya. Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak
layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.
Tetapi karena kasih
karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang
dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih
keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia
Allah yang menyertai aku.
Sebab itu, baik aku,
maupun mereka, demikianlah kami mengajar dan demikianlah kamu menjadi percaya.
Kebangkitan Kita
Jadi, bilamana kami
beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin
ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?
Kalau tidak ada
kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.
Tetapi andaikata Kristus
tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga
kepercayaan kamu.
Lebih dari pada itu kami
ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia
telah membangkitkan Kristus — padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau
andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan.
Sebab jika benar orang
mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.
Dan jika Kristus tidak
dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam
dosamu.
Demikianlah binasa juga
orang-orang yang mati dalam Kristus. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja
menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling
malang dari segala manusia.
Tetapi yang benar ialah,
bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung
dari orang-orang yang telah meninggal.
Sebab
sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan
orang mati datang karena satu orang manusia.
Karena sama seperti
semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan
dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.
Tetapi tiap-tiap orang
menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi
milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.
Kemudian
tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa,
sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.
Karena Ia harus memegang
pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah
kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.
Sebab segala sesuatu
telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya. Tetapi kalau dikatakan, bahwa
"segala sesuatu telah ditaklukkan", maka teranglah, bahwa Ia sendiri
yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk
di dalamnya.
Tetapi kalau segala
sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan
menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di
bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.
Jika tidak demikian,
apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang
mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi
orang-orang yang telah meninggal?
Dan
kami juga — mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya?
Saudara-saudara,
tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar.
Kalau hanya berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas
di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan,
maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati". Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk
merusakkan kebiasaan yang baik.
Sadarlah kembali
sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu yang tidak
mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu.
Kebangkitan Tubuh
Tetapi mungkin ada orang
yang bertanya: "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh
apakah mereka akan datang kembali?",Hai orang bodoh! Apa yang engkau
sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu.
Dan yang engkau taburkan
bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit,
umpamanya biji gandum atau biji lain.Tetapi Allah memberikan kepadanya suatu
tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya: Ia memberikan kepada tiap-tiap biji
tubuhnya sendiri.
Bukan semua daging sama:
daging manusia lain dari pada daging binatang, lain dari pada daging burung,
lain dari pada daging ikan. Ada
tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari
pada kemuliaan tubuh duniawi.
Kemuliaan matahari lain
dari pada kemuliaan bulan, dan kemuliaan bulan lain dari pada kemuliaan
bintang-bintang, dan kemuliaan bintang yang satu berbeda dengan kemuliaan
bintang yang lain.
Demikianlah pula halnya
dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam
ketidakbinasaan. Ditaburkan
dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan,
dibangkitkan dalam kekuatan.
Yang ditaburkan adalah
tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah,
maka ada pula tubuh rohaniah. Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam
menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang
menghidupkan.
Tetapi yang mula-mula
datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang
yang rohaniah. Manusia
pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal
dari sorga.
Makhluk-makhluk alamiah
sama dengan dia yang berasal dari debu tanah dan makhluk-makhluk sorgawi sama
dengan Dia yang berasal dari sorga.
Sama
seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan
memakai rupa dari yang sorgawi.
Saudara-saudara, inilah
yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat
bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam
apa yang tidak binasa.
Sesungguhnya aku
menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita
semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang
terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan
dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.
Karena yang dapat binasa
ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus
mengenakan yang tidak dapat mati.
Dan
sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat
mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang
tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan.
Hai maut di manakah
kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" Sengat
maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah,
yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
Karena itu, saudara-saudaraku
yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam
pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih
payahmu tidak sia-sia
(1 Kor 15:1-58).
Saya rasa pasal ini merupakan pasal yang paling penting dalam tulisan
Paulus. Terutama bagi orang-orang yang telah kehilangan teman-teman. Tidak lama
setelah orang-orang yang kita kasihi pergi, timbul pertanyaan-pertanyaan –
akankah kita bertemu dengan mereka lagi?
Paulus menjawab pertanyaan ini dan memberikan suatu pengiburan yang
dapat kita temukan dengan sangat jelas yang tidak dinyatakan dalam ayat lain.
Ketika kita membaringkan teman-teman kita yang telah pergi, merupakan suatu
penghiburan untuk mengetahui bahwa kita akan bertemu dengan mereka lagi dalam
waktu yang tidak lama.
Apabila saya pergi ke suatu pemakaman, saya suka memikirkan saat ketika
orang yang meninggal akan bangkit dari kuburan mereka. Kita membaca bagian dari
pasal ini dalam apa yang kita sebut “kebaktian penguburan.” Saya rasa ini merupakan
suatu ungkapan yang kurang tepat. Paulus tidak pernah berbicara mengenai
“penguburan”. Ia berkata tubuh ditaburkan dalam kebinasaan, ditaburkan dalam
kelemahan, ditaburkan dalam kehinaan, ditaburkan dalam tubuh jasmani.
Jika saya mengubur suatu keranjang gandum, saya tidak pernah berharap
untuk melihatnya lagi, tetapi jika saya menaburkannya, saya mengharapkan hasil.
Berterimahkasihlah kepada Allah, teman-teman kita tidak dikuburkan, mereka
hanya ditaburkan! Saya menyukai nama Saxon untuk pemakaman – yaitu “tanah
Allah”.
Injil yang diberitakan oleh para rasul bersandar pada empat penyangga.
Yang pertama adalah kematian Kristus yang menebus dosa, yang kedua adalah
pemakaman dan kebangkitan-Nya, yang ketiga adalah kenaikan-Nya dan yang keempat
adalah kedatangan-Nya kembali. Keempat doktrin ini diberitakan oleh semua rasul
dan oleh keempat doktrin tersebut, injil harus bertahan atau gugur.
Dalam pembukaan bacaan ini kita memperoleh pernyataan yang jelas dari
Paulus, bahwa doktrin kebangkitan adalah bagian dari Injil. Ia menyatakan arti
injil bahwa Kristus mati untuk dosa-dosa kita, tetapi bukan hanya itu – Ia
dimakamkan dan bangkit lagi pada hari yang ketiga.
Kemudian Ia mengumpulkan saksi-saksi untuk membuktikan kebangkitan-Nya:
“Ia menampakkan diri kepada Kefas (yaitu, Simon Petrus) dan kemudian kepada
kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima
ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang,
tetapi beberapa diantaranya telah meninggal.
Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua
rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku,
sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.”
Itulah kesaksian yang cukup jelas dan cukup kuat untuk memuaskan seorang
penyelidik yang tulus. Tetapi orang Yunani tidak memiliki kepercayaan kepada
kemungkinan kebangkitan, dan para petobat di Korintus telah didewasakan dalam
ketidakpercayaan itu. Oleh karena itu, Paulus mengajukan pertanyaan berikut; “Jadi,
bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati,
bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada
kebangkitan orang mati?”
Itu adalah salah satu pengajaran yang salah yang telah menjalar ke dalam
jemaat di Korintus, karena tidak ada orang Yahudi ortodoks yang pernah berpikir
untuk mempertanyakannya.
Menyangkali kebangkitan sama dengan mengatakan bahwa kita tidak akan
pernah melihat lagi orang-orang yang kita kasihi yang tubuhnya telah kembali
menjadi tanah. Jika Kristus tidak dibangkitkan, kehidupan ini adalah
satu-satunya kehidupan dan kita sama seperti hewan. Betapa kejamnya memiliki
orang yang mengasihi anda jika ini benar! Betapa menakutkannya, mereka harus
membiarkan sulur hati anda berpilin, jika ketika mereka dipisahkan oleh
kematian, itu adalah akhir segalanya.
Saya lebih memilih membenci daripada mengasihi jika saya memikirkan
tidak aka nada kebangkitan, karena dengan demikian saya tidak merasakan
benturan ketika kehilangan hal yang dibenci. Oh, jahatnya ketidakpercayaan!
Ketidakpercayaan merampas semua harapan kita yang besar. “Jikalau kita hanya
dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah
orang-orang yang paling malang dari segala manusia.”
Umat manusia secara alamiah “merindukan yang tidak terbatas”. Diantara
orang-orang yang paling premitif, para filsuf telah mengamati apa yang disebut
“minat terhadap hal yang tidak terbatas”, yang mengelabui pengajaran bahwa
kematian mengakhiri segalanya.
Kematian merupakan sala satu perbedaan antara manusia dan hewan. Burung
di udara, hewan di padang pada masa sekarang sama seperti ketika mereka di
taman Eden. Mereka makan dan tidur dan melewati hidup mereka hari demi hari
dengan rutinitas yang tidak berubah.
Keinginannya selalu bertambah. Pikirannya selalu merencanakan ke depan.
Tidak lama setelah ia mencapai satu tujuan, ia akan menuju tujuan berikutnya
dan bahkan kematian sendiri tidak dapat menariknya. Seorang kafir yang terkenal
pernah berkata “Musuh terakhir yang harus dihancurkan bukan kematian,
melainkan kepercayaan manusia pada kekekalannya”.
Antisipasi atas kehidupan masa depan dapat digambarkan seperti perasaan
yang tumbuh pada burung menjelang musim dingin, suatu perasaan yang
mendorongnya untuk pergi ke daerah selatan – “suatu dorongan misterius dan
tidak diketahui, tetapi tidak dapat ditahan dan tidak salah”; atau bagai
kerinduan tanaman di daerah selatan, yang diambil ke daerah beriklim utara dan
ditanam di tanah daerah utara.
Mereka tumbuh disana, tetapi selalu gagal berbunga. Semak yang malang
itu memimpikan bunga yang indah yang tidak pernah dilihatnya, tetapi yang
dengan samar-samar disadarinya bahwa bagaimanapun ia harus menghasilkan.
Tanaman itu merasakan bunga, tetapi ia tidak memiliki kekuatan untuk
menghasilkannya dalam iklim yang setengah beku dibandingkan dengan iklim
sebelah selatan. Begitulah pikiran masa depan telah menghantui kita semuanya.
Para filsuf memiliki banyak fakta untuk membuktikan jangkauan kedepan
yang umum ini menuju kehidupan setelah kematian. Diduga bahwa banyak acara
ritual dan pemakaman, misalnya, disebabkan karena itu. Jika tubuh sekali lagi
akan ditempatkan oleh rohnya, maka disarankan agar tubuh itu dilindungi
terhadap bahaya.
Akibatnya, kita melihat kubur tertutup supaya musuh tidak menggali sisa
yang ada dan tidak menghormatinya. Livingstone menceritakan bagaimana seorang
pemimpin Bechuana dimakamkan dalam kandang ternak. Kemudian ternak itu dibawah
selama beberapa jam sampai semua jejak kubur lenyap. Tetapi tubuh harus
dilindungi bukan hanya dari penggunaan yang merusak, melainkan juga sedapat
mungkin dari pembusukan; dan proses pembalseman merupakan suatu usaha keras
untuk tujuan itu.
Kadang-kadang kebangkitan memang tidak diinginkan dan karena itu kita menemukan
mayat dibuang ke dalam air untuk menenggelamkan rohnya. Dikisahkan bahwa orang
Mesir modern membawa tubuh berputar-putar supaya rohnya menjadi pusing dan
karena itu tidak dapat menyusuri kembali langkahnya, sedangkan suku Aborigin
tertentu di Australia mengambil kukuh dari tangan kalau-kalau mayat yang hidup
kembali akan menggaruk jalan keluar dari selnya yang sempit.
Ketika konsep kehidupan yang kedua sebagai kelanjutan dari kehidupan
yang sekarang dianut, kita menemukan kebiasaan menguburkan benda-benda mati
seperti segala peralatan. Orang yang mati akan memerlukan segala sesuatu di
seberang – seperti yang ia lakukan ketika masih hidup – kematian.
Bukan saja benda mati, melainkan hewan dibunuh supaya arwahnya mengikuti
arwah orang yang sudah meninggal. Orang-orang Bedouin menyembelih untanya di
dekat kubur teman seperjuangannya yang sudah meninggal; yang sangat dibutuhkan
di dunia ini, itu juga akan sama dalam kehidupan berikutnya. Dari sini satu
langkah memimpin pada persembahan korban manusia.
Para istri mengikuti suami mereka; para budak dibunuh supaya mereka
tetap melayani tuan mereka. Dalam kata-kata yang diungkapkan Tennyson; “Dalam
penguburan orang barbar mereka membunuh para budak dan membunuh istri; terasa
dalam diri mreka nafsu yang tidak boleh diingkari dalam kehidupan kedua.” Beberapa
hal yang dapat kita pelajari bersama dari bagian ini;
Ajaran Kebangkitan Dalam Perjanjian Lama
Kita hanya menangkap sekilas ajaran kebangkitan dalam Perjanjian Lama,
tetapi orang-orang kudus pada zaman itu jelas mempercayainya. Hampir dua ribu
tahun lalu sebelum Kristus, Abraham berlatih pengorbanan-Nya di gunung Muria ketika
ia menaati perintah Allah untuk mengorbankan Ishak. Merujuk hal ini, Paulus
menulis, “…..karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang
sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana Ia seakan-akan telah
menerimanya kembali.”
Lima ratus tahun kemudian kita mendapatkan bahwa Allah berkata kepada
hamba-Nya, Musa; “Akulah yang mematikan dan menghidupkan.” Yesaya menulis – Ia akan
meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan menghapus air mata
daripada muka”, dan sekali lagi - "Oran-orang mati akan hidup, bersama
dengan tubuhku yang mati mereka akan bangkit. Bangun dan bernyanyilah, engkau
yang diam dalam debu: karena embunmu sama - seperti embun daun-daunan, dan bumi
akan membuang orang mati.
Uraian Yehezkiel yang jelas mengenai kebangkitan Israel dari tulang-tulang
yang kering, yang memberitahukan nubuatan pemulihan Israel, merupakan bukti
lain. Ketika Daud kehilangan anaknya,
dia berkata dia tidak dapat memanggilnya kembali, tetapi dia akan pergi dan
bersama anak itu. Pada kesempatan lain ia menuliskan, “Tetapi aku, dalam
kebenaran akan kupandang wajah-Mu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas
dengan rupa-Mu.”; dan - "Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari
cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku .
Ayub bapa leluhur menghibur dirinya sendiri dengan harapan mulia yang
sama ketika ia berada dalam kesedihan yang mendalam. Ia yang telah bertanya
"Apakah kekuatanku, sehingga aku mampu bertahan? Dan apakah masa depanku,
sehingga aku harus bersabar?" - berkata, "Tetapi aku tahu: Penebusku
hidup, dan akhirnya ia akan bangkit di atas debu. Juga sesudah rusak kulit tubuhku sangat rusak,
tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat memihak
kepadaku, mataku sendiri sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain."
Ayub pasti memiliki keyakinan yang teguh bahwa tubuhnya akan dibangkitkan
kembali kembali, tetapi bukan di bumi, karena "bagi pohon masih ada
harapan," katanya lagi, "apabila ditebang, pohon itu akan bertunas
kembali, dan tunasnya tidak berhenti bertumbuh. Apabila akarnya menjadi tua di
dalam tanah, dan tunggulnya mati di dalam debu, maka bersemilah ia, setelah
diciumnya air dan dikeluarkannyalah ranting seperti semai.
Tetapi bila manusia mati, maka tidak berdayalah ia, bila orang binasa,
di mana ia? Seperti air menguap dari dalam tasik, dan sungai surut menjadi
kering, demikian juga manusia berbaring dan tidak bangkit lagi, sampai langit
hilang lenyap, mereka tidak terjaga, dan tidak bangun dari tidurnya.
Dalam Kitab Hosea Tuhan menyatakan, "Akankah Kubebaskan mereka dari
kuasa dunia orang mati, akan kutebuskah mereka dari pada maut? Di mana penyakit
samparmu, hai mau, di mana tenaga pembinasaanmu, hai dunia orang mati? "Dalam
Kitab Daniel pasal yang terakhir kita sekilas melihat lagi kebenaran yang sama,
"Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan
yang telah membimbing banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang,
tetap untuk selama-lamanya.”
Dan kitabnya ditutup dengan kata kata berikut, " Tetapi engkau,
pergilah sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan beristirahat, dan akan
bangkit untuk mendapat bagianmu dalam kesudahan zaman." Sebagai lambang kebangkitan
ditetapkan sebelumnya dalam Perjanjian Lama. Melalui buah sulung yang diberikan
sehari setelah Perjamuan Paskah sebagai suatu permohonan dari seluruh panen,
anak-anak Israel diajarkan ciri-ciri Mesias yang harus menjadi "yang
sulung dari orang-orang yang telah saya meninggal."
Beberapa orang telah mengatakan bahwa tugas utama bangsa Israel di
Kanaan adalah mempersiapkan ciri-ciri kebangkitan JuruSelamat, dan tindakan
religius pertama mereka bersandar pada ciri-ciri JuruSelamat yang dibangkitkan
itu.
Dalam Perjanjian Baru
Tetapi apa yang dirujuk sebagai selang waktu yang panjang dalam
Perjanjian Lama menjadi masalah kenyataan dan pengajaran yang jelas dalam
Perjanjian Baru. Kata "kebangkitan" tertulis empat puluh dua kali
dalam Perjanjian Baru. Selama pelayanan - Nya, Tuhan kita sering merujuk pada
kebangkitan umum dari orang-orang yang meninggal. Orang Saduki pernah menemui-Nya
dengan sebuah pertanyaan yang sulit mengenai hubungan pernikahan dalam
kehidupan nanti, dan Yesus berkata: "Tetapi tentang kebangkitan orang-orang
mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda, Akulah
Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati,
melainkan Allah orang hidup."
Pada kesempatan lain, Kristus
mengatakan, “ Apabila engkau mengadakan perjamuan makan siang atau
perjamuan malam , janganlah kamu mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu
atau kerabat keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan
membalasnya dengan mengundang kamu pula dan dengan demikian kamu mendapat balasnya.
Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin,
orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan kamu akan berbahagia, karena mereka tidak
punya apa-apa untuk membalasnya kepadamu.
Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang
benar. Ketika Lazarus meninggal, Yesus mengucapkan kata-kata penghiburan kepada
saudara-saudara perempuannya, "Saudaramu akan bangkit." Marta menjawab,
"Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada akhir zaman." Yesus berkata
kepadanya, “Akulah kebangkitan dan hidup."
Perkiraan Yang Sangat Baik
Kita akan melihat bahwa keyakinan pada kehidupan di masa depan tidak
didasarkan pada Kristus, dan tidak ada satu pun yang percaya bahwa kekekalan
adalah karunia-Nya. Kita mendapatkannya dari Allah Sang Pencipta. Meskipun gagasan tersebut sudah ada sebelum
keKristenan, gagasan itu hanya terbatas pada "perkiraan yang sangat baik.
Manusia secara alami tidak dapat melihat melampaui kubur yang paling sempit dan
melihat apa yang ada di seberang sana.
Sekeras apapun usahanya untuk menggunakan matanya, ia tidak dapat mengintip
tabir kematian. Kematian selamanya berada di hadapannya, menghancurkan
harapannya, memeriksa rencananya, menggagalkan tujuannya, suatu penghalang yang
tidak dapat dipatahkan oleh apa pun. Sejak dosa memasuki dunia, kematian telah
menguasai, membuat bumi menjadi satu kubur yang besar.
Kematian tidak pernah beristirahat. Di setiap umur dan setiap negeri,
" Engkau berasal dari debu dan kembali kepada debu" merupakan kalimat
yang menyisihkan manusia. Semua generasi
manusia ketika mereka melewati dunia harus mengikuti kematian mereka. Banyak
hal yang tidak terduga terjadi pada kita dalam kehidupan ini, tetapi kematian
bukanlah salah satu di antaranya.
Kita tidak mengetahui bagaimana atau kapan kematian akan datang, tetapi
seandainya Tuhan menundanya, kematian suatu saat pasti datang. Kita telah
mendengar dokter yang melakukan penyembuhan yang luar biasa, tetapi kemampuan
dan pengetahuan mereka tidak mampu menghalangi kematian. Sepanjang enam ribu
tahun sejak kematian memasuki bumi yang dikutuk dosa ini, peralatan manusia
telah gagal memenangkan kembali suatu tanda kemenangan dari kematian.
Peradaban yang semakin berkembang, pendidikan yang semakin meningkat,
kemajuan dalam perdagangan dan kesenian - tidak ada satu hal di antaranya yang
membuat kita lebih unggul dari orang yang paling primitif dalam hal kematian. Kematian selalu menang pada akhirnya. Aliran
selalu dalam satu arah, ke depan, dan tidak pernah ke belakang.
Dibawa Kepada Terang Oleh Kristus
Yang tidak diketahui oleh orang yang paling bijaksana di bumi
disingkapkan oleh Kristus. Ia tidak menciptakan kekekalan, tetapi la "menghapus
kematian, membawa kehidupan dan kekekalan ke dalam terang melalui Injil."
Negeri yang tidak dijelajahi tersebut," yang dibicarakan oleh penulis
puisi, "yang dari negeri itu orang-orang yang bepergian dan tidak pernah kembali,
" bukan negeri yang tidak terjelajahi bagi orang percaya.
Tuhan kita menjelajahinya. Ia
memasuki daftar pelanggaran kematian dalam wilayah-Nya sendiri dan muncul lebih
dari sekadar Penakluk. Tongkat lambang
kekuasaan kematian memang masih umum, tetapi sudah dipatahkan, dan suatu hari
akan di hancurkan menjadi debu.
Orang-orang Kristen tidak lagi berspekulasi mengenai masa depan:
kepastian diraih di sisi kubur kosong Kristus. "Kristus telah dibangkitkan
dari antara orang mati, sebagai sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
" Kita dapat melihat bekas peninggalan kembali-Nya.
Kemenangan
Oleh karena itu, kita dapat ikut dalam tujuan berkemenangan, "Kematian
ditenggelamkan oleh kemenangan." Sengat kematian adalah dosa, dan Allah
telah memberikan kita kemenangan melalui Tuhan kita Yesus Kristus. Mereka yang telah tertidur di dalam Kristus tidak
binasa, tetapi suatu hari kita akan melihat muka mereka dengan muka. Betapa
Injil yang kita miliki adalah Injil mengenai sukacita dan harapan, dibandingkan
dengan yang dimiliki orang-orang yang tidak percaya! "Orang kafir merasa
sedih tanpa harapan," tulis Dr Bonar; "Bagi mereka kematian dengan
sendirinya berkaitan dengan tidak ada harapan, tidak ada kecemerlangan, tidak
ada kemenangan. Kematian bukan matahari terbenam bagi mereka, karena matahari
yang terbenam mengundang kita untuk menantikan matahari yang lain, yang sama
terangnya dengan yang sudah terbenam.
Kematian bukan musim gugur atau musim dingin, karena musim gugur dan
musim dingin berbicara tentang kembalinya musim semi dan musim panas. Kematian
bukan benih yang dibuang ke dalam tanah yang keras, karena melepaskan benih
yang diprediksi pohon atau bunga di masa depan, yang lebih indah daripada benih
itu. Kematian merupakan kegelapatan yang sederhana dan murni, semua awan,
bayangan, kesunyian.
Pilar hancur berserakan, sebuah kapal hancur berkeping-keping, kalah
dalam pertandingan, sebuah harpa yang terletak di tanah dengan dawai yang di
patahkan dan kehilangan alunan musiknya, suatu kuncup bunga yang diremukkan - semua
ini adalah ungkapan kesedihan atas dukacita mereka yang tiada harapan. Pikiran bahwa kematian adalah gerbang
kehidupan datang bukan untuk menggembirakan orang yang ditinggalkan dan
mempercerah kubur.
Kebenaran bahwa kubur adalah tanah dan mayat adalah benih yang
ditaburkan oleh tangan Allah sendiri untuk memanggil kehidupan yang tersembunyi;
bahwa pertandingan tidak dapat dikalahkan, tetapi hanya kemenangan yang sedikit
dipercepat; bahwa pilar tidak dihancurkan
tetapi diubah menjadi bangunan lain dan kota lain untuk menjadi pilar dalam
rumah Allah; bahwa kuncup bunga tidak diremukkan, tetapi ditransplantasikan
untuk perluasan pada sebidang tanah dan udara yang lebih menyenangkan; bahwa harpa tidak dipatahkan , tetapi
diserahkan kepada penyanyi yang lebih andal yang akan menghasilkan semua
jangkauan kaya dari musiknya yang tersembunyi: hal-hal ini yang tidak memiliki
tempat dalam teologia mereka, apalagi dalam impian mereka.
Suatu Doktrin Yang Penting
Beberapa orang mengaku bahwa masalah mengenai JuruSelamat yang telah
bangkit tidak penting. Dengarlah apa yang Paulus katakan, " Tetapi
andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah
juga kepercayaan kamu. Lebih dari itu,
kami berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah
membangkitkan Kristus padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar,
bahwa orang mati tidak dibangkitkan.
Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak menderita, maka sia-sialah
kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Saya memberitahukan kepada
Anda doktrin ini sangat penting . Doktrin ini bukan hanya masalah spekulatif
yang kita hadapi: doktrin ini merupakan kepentingan praktis yang paling besar.
Kebangkitan adalah unsur pokok dari busur di mana iman kita ditopang.
Jika Kristus tidak dibangkitkan, kita harus mencurigai semua kesaksian tersebut
adalah dusta. Jika Kristus tidak dibangkitkan, kita tidak memiliki bukti bahwa
penyaliban Kristus berbeda dengan dua pencuri yang menderita bersama Dia.
Jika Kristus tidak dibangkitkan, tidak mungkin mengangumi dan menerima
bahwa kematian-Nya menebus dosa. Beberapa orang mengatakan bahwa kuasa kematian
Kristus untuk menghapus dosa selalu dikaitkan dalam Perjanjian Baru dengan
kenyataan atas kebangkitan-Nya.
Jika Kristus tidak dibangkitkan, tidak mungkin mengangumi perkataan dan
karakter-Nya. Ia membuat kebangkitan sebagai suatu pengujian - kebenaran atas
keallahan-Nya. Orang Yahudi pernah meminta suatu tanda, dan Ia menjawab,
“Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali”
yang dimaksud Bait Allah adalah tubuh-Nya.
Pada kesempatan lain, Ia memberi tanda Nabi Yunus, "Sebab seperti
Yunus tinggal di perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia
akan tinggal di dalam Rahim bumi tiga hari tiga malam. "Paulus mengatakan,"..oleh
kebangkitan Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang
berkuasa ...."Seandainya Ia bukan Allah, " kata seseorang, "dosa-dosa
kita masing-masing akan menjadi batu kubur yang terlalu berat bagi Dia untuk
dikeluarkan; klaim atas keadilan Allah akan menjadi tali pengikat kematian yang
terlalu kuat bagi Dia untuk dipatahkan."
Bagaimana jadinya keKristenan tanpa kebangkitan? KeKristenan akan turun
sampai pada tingkat seperti sistem religi lainnya di dunia. Jika Kristus tidak
pernah bangkit dari antara orang-orang mati, bagaimana kata-kata-Nya berbeda
dari kata-kata Plato? Orang-orang selain
Kristus telah menjalani kehidupan yang indah dan telah meninggalkan di belakang
mereka semboyan yang indah untuk memimpin para pengikut mereka. Jika Kristus tidak pernah bangkit, kita harus
mengelompokkan Kristus bersama orang-orang ini.
Disadur dari; Karya-Karya Klasik Terbaik “The D. L. Moody Collection, disunting dan disusun oleh James S. Bell, Jr
Posting Komentar untuk "Ayat Alkitab - Renungan 1 Korintus 15:1-58 "Kubur Kosong" Oleh D. L Moody"