Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saat Teduh - Renungan Harian Kristen; Kolose 1:3-8 "Mukjizat-Mukjizat Di Kolose" Oleh Warren W. Wiersbe

 

Saat Teduh - Renungan Harian Kristen; Kolose 1:3-8 "Mukjizat-Mukjizat Di Kolose" Oleh Warren W. Wiersbe

Bacaan Ayat Alkitab

Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu, karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus,oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil,

yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya. Semuanya itu telah kamu ketahui dari Epafras, kawan pelayan yang kami kasihi, yang bagi kamu adalah pelayan Kristus yang setia. Dialah juga yang telah menyatakan kepada kami kasihmu dalam Roh. (TB)

Kami sudah mendengar bahwa kalian percaya kepada Yesus Kristus dan kalian mengasihi semua umat Allah. Itulah sebabnya pada waktu kami berdoa untukmu, kami selalu mengucap terima kasih kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus.

Kalian percaya dan kalian mengasihi, sebab kalian berharap akan apa yang disediakan di surga oleh Allah untukmu. Kalian sudah mendengar tentang hal itu, ketika Kabar Baik yang benar disampaikan kepadamu.

Kabar dari Allah itu tersebar ke seluruh dunia, dan hidup orang terus diberkati oleh kabar itu, sama seperti hidupmu diberkati sejak saat kalian mendengar tentang rahmat Allah dan benar-benar menghayatinya.

Hal itu disampaikan kepada Saudara oleh Epafras, rekan yang kami kasihi. Ia adalah pekerja Kristus yang setia bekerja untuk kepentingan kita. Dari dialah kami mendengar bahwa dengan kuasa dari Roh Allah kalian dapat saling mengasihi. (BIMK) Kolose 1:3-8.

Judul Renungan; Mukjizat-Mukjizat Di Kolose

Alexander White, pengkhotbah terkenal dari Skotlandi, adalah orang yang bisa menghargai orang lain. Ia gemar mengirim kartu pos untuk mengucapkan terima kasih atas berkat-berkat yang dibawah orang lain ke dalam hidupnya. Ucapan-ucapan ini sering memberi sentuhan yang menguatkan hati disaat yang sangat dibutuhkan. Penghargaan adalah obat mujarab bagi jiwa kita.

Rasul Paulus adalah seorang pemberi dorongan yang besar, dan surat ini adalah contoh yang baik tentang kasih karunia yang datang oleh ucapan syukur. Dalam bagian ini (yang dalam naskah aslinya merupakan sebuah kalimat Panjang), ia bersyukur atas apa yang telah dikerjakan Kristus dalam kehidupan orang-orang kristen di Kolose.

Tetapi ia juga mengucapkan rasa syukurnya di lima bagian lain surat ini; 1:12; 2:17; 3:15 dan 17 dan 4:2. Mengingat Paulus menuliskan akan surat ini di dalam penjara, sikapnya yang penuh syukur tampak semakin indah dan elok. Seperti Paulus, kita patut bersyukur atas apa yang sedang dikerjakan oleh Allah dalam kehidupan orang lain.

Sebagai orang kristen, kita semua anggota dari satu tubuh (1 Kor 12:12-13). Jika satu anggota dikuatkan, seluruh tubuh juga akan dikuatkan. Jika satu jemaat mengalami jamahan kebangunan rohani dari Allah, jemaat-jemaat lainpun akan merasakannya. Dalam ungkapan syukurnya ini, Paulus menelusuri tahap-tahap pengalaman rohani orang-orang percaya di Kolose.

Mereka Mendengar Injil (Kol 1:5b-7)

Kabar baik tentang injil tidak berasal dari kota mereka. kabar ini dibawah kepada mereka dan dalam hal ini, Epafras pemberitanya. Ia sendiri adalah penduduk Kolose (Kol 4:12-13), tetapi perjumpaannya dengan Paulus telah menghasilkan pertobatannya kepada Yesus Kristus. Peristiwa ini mungkin terjadi selama tiga tahun pelayanan Paulus yang luar biasa di Efesus (Kis 19:10).

 Segera setelah Epafras diselamatkan, ia membagikan berita gembira ini dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya di kampung halamannya. Mungkin akan jauh lebih menyenangkan bagi Epafras jika ia berada di Efesus bersama dengan Paulus dimana begitu banyak hal luar biasa terjadi. Tetapi tanggung jawab pertamanya adalah memberitakan injil ke kotanya sendiri (lhat Mar 5:19).

Injil adalah kabar baik tentang Yesus Kristus yang telah menyelesaikan masalah dosa  melalui kematian, penguburan dan kebangkitan-Nya. kata injil berarti “kabar baik” sayangnya ada kalangan yang mengkhotbahkan injil seolah-olah injil adalah kabar buruk tentang penghukuman.

Saya teringat seorang pejabat gereja yang lebih mirip seorang jaksa penuntut dari pada saksi kristen. Ia terus mengingatkan orang-orang akan dosa mereka, tetapi ia gagal membagikan kabar baik tentang pengampunan melalui Yesus Kristus.

Tetapi ada sesuatu yang kita pelajari disini. Dalam bersaksi jangan lupa untuk menekankan tentang kabar baik injil (1 Kor 15:1-8). Dalam bagian ini dari suratnya untuk jemaat di Kolose, Paulus menguraikan akan ciri-ciri berita injil yang luar biasa itu.

Injil berpusat pada seorang pribadi – Yesus Kristus. Thema surat ini adalah keutamaan Yesus Kristus dan tentu saja Ia yang terutama di dalam injil. Guru-guru palsu yang telah menyerbu jemaat Kolose berusaha menggeser Yesus Kristus dari kedudukan-Nya yang utama; tetapi perbuatan itu sama dengan menghancurkan injil. Kristuslah yang telah mati dan bangkit kembali untuk kita. Berita injil tidak berpusat pada filsafat, doktrin atau sistem agama tertentu. Berita injil berpusat pada Yesus Kristus, Anak Allah.

Injil adalah firman kebenaran (1:5). Artinya, injil berasal dari Allah dan dapat dipercaya. “firman-Mu adalah kebenaran” (Yoh 17:17). Ada banyak berita dan pemikiran yang dapat dikatakan benar, tetapi hanya firman Allah yang dapat disebut kebenaran. Iblis adalah pendusta; mempercayai dustanya adalah tersesat ke dalam maut (Yoh 8:44).

Yesus adalah kebenaran (Yoh 14:6); ketika kita percaya kepada-Nya, kita akan mengalami hidup. Manusia telah berusaha menghancurkan kebenaran Allah, tetapi mereka gagal. Firman kebenaran tetap teguh berdiri. Setiap orang memiliki iman di dalam sesuatu. Tetapi iman tidak lebih baik bagi objek yang dipercayai. Orang kafir terbelakang menyembah illah dari batu; orang kafir modern yang berpendidikan menyembah uang atau harta dan kedudukan.

Dan kedua-duanya hanyalah iman yang kosong. Orang kristen sejati memiliki iman di dalam Yesus Kristus dan iman itu didasarkan pada firman kebenaran. Iman-iman yang lain tidak lebih dari takhayul – tidak berkuasa menyelamatkan.

Injil Adalah Berita Kasih Karunia Allah (1:6b). Dua kata dalam kosakata kristen yang sering dipertukarkan; kasih karunia dan kemurahan. Allah dalam kasih karunia-Nya menganugerahkan kepada saya apa yang tidak layak saya terima. Tetapi Allah di dalam kemurahan-Nya telah melimpahkan kepada saya apa yang sepantasnya saya terima. Kasih karunia adalah kebaikan Allah yang dinyatakan kepada orang berdosa. Injil menjadi kabar baik adalah karena kasih karunia; Allah berkenan dan berkuasa menyelamatkan semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus.

John Selden (1584-1654) seorang sejarawan dan pejabat hukum terkemuka di Inggris. Ia mempunyai perpustakaan pribadi dengan 8000 buah buku dan diakui kepandaiannya. Ketika menghadapi kematian, ia berkata kepada Uskup besar Ussher; “saya telah mempelajari sebagian besar kepandaian anak-anak manusia dan ruang kerja saya penuh dengan buku dan naskah berbagai bahasan.

Tetapi saaat ini ia tidak tahu satupun bagian dari buku-buku dan makalah-makalah tersebut yang dapat saya ingat untuk jadika pegangan jiwa saya kecuali ayat kitab suci ini; “Karena karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata (Tit 2;11).

Injil Diperuntukkan Bagi Seluruh Dunia (1:6). Ketika masih seorang pendeta muda, salah seorang pengkhotbah favorit saya adalah Dr. Walter Hilton dari Kansas City. Ia mempunyai cara unik di dalam membuat kebenaran-kebenaran lama tampak baru dan menarik. Saya pernah mendengarnya mengutip Yohanes 3:16 dan bertanya, “Jika anda harus memberikan sesuatu yang tepat untuk seluruh dunia, apa yang akan anda berikan?”

Ia kemudian mendaftarkan beberapa kemungkinan dan menunjukkan bagaimana pemberian tersebut tidak tepat untuk semua orang; buku (banyak orang tidak dapat membaca); makanan (orang memakan makanan yang berbeda di seluruh belahan dunia), pakaian (iklim yang berbeda), uang (tidak semua kebudayaan menggunakan uang). Ia kemudian sampai pada kesimpulan logis bahwa hanya injil dengan pemberian hidup kekalnya yang tepat untuk seluruh dunia dan ia benar.

Paulus mengatakan bahwa injil berkembang dan berbuah di seluruh dunia. Firman Allah satu-satunya benih yang dapat ditanam di manapaun di seluruh dunia dan benih itu akan menghasilkan buah. Injil dapat diberitakan “diseluruh alam di bawah langit” (Kol 1:23). Yang ditekankan Paulus adalah “tiap-tiap orang” (Kol 1:28).

Guru-guru palsu tidak menyebarkan pengajaran mereka ke seluruh dunia. Mereka masuk ke tempat dimana injil telah masuk dan mencoba menyesatkan umat percaya. Mereka tidak memiliki kabar baik untuk orang-orang berdosa yang terhilang!

Jika ingin diselamatkan orang-orang perlu mendengar injil Yesus Kristus. Dan jika mereka perlu mendengar, maka kita yang telah diselamatkan harus membawa berita tersebut. Apakah anda sedang melakukan bagian anda?

Mereka Percaya Kepada Yesus Kristus (Kol 1:4)

Kita dapat mendengar namun tetap tidak percaya, sekalipun firman Allah berkuasa menghasilkan iman di dalam hati mereka yang mendengar (Rm 10:17). Jutaan orang telah mendengar kabar baik keselamatan namun tetap tidak percaya. Tetapi mereka yang percaya kepada Yesus Kristus menerima karunia hidup kekal dari Allah (Yoh 3:14-18).

Kita tidak diselamatkan oleh iman kepada iman. Saat ini ada bidat “keimanan” yang meninggalkan iman yang tidak ada hubungannya dengan Yesus Kristus. bahkan beberapa nyanyian populer membawa pesan tentang beriman kepada iman. Sikap modern adalah “jika anda percaya. Anda selamat.” Tetapi pertanyaan penting disini adalah, “percaya kepada apa?” jawaban mereka “ya, percaya saja!”

Kita juga tidak diselamatkan oleh iman kepada seperangkat ajaran (doktrin). Saya sering menyampaikan tentang kisah penginjil terkenal George Whitefield, ketika ia sedang bersaksi kepada seorang pria. “apa yang anda percayai?” tanya Whitefield. Orang itu menjawab, “saya percaya kepada apa yang dipercayai oleh gereja saya.” “Apa yang dipercayai oleh gereja anda?” “apa yang saya percayai” jawab pria itu. Dengan berani, Whitefield mencoba lagi, “lalu apa yang kalian percayai?” “Mengapa? Tentu kami mempercayai hal yang sama!” jawaban kabur pria itu.

Iman yang menyelamatkan meliputi pikiran, perasaan dan kehendak. Dengan pikiran kita mengerti kebenaran injil, dengan hati kita merasakan keyakinan dan kebutuhan akan keselamatan. Tetapi proses tersebut menjadi lengkap hanya bila kita berkehendak dan membuat komitmen kepada Kristus.

Iman bukan persetujuan mental terhadap seperangkat ajaran, betapapun benarnya ajaran-ajaran tersebut. Iman bukan masalah emosi atau perasaan. Iman adalah komitmen kepada Yesus Kristus. Ketika Misionaris John G. Paton tengah menterjemahkan alkitab di Outer Hebrides, ia mencari kata yang tepat untuk menterjemahkan kata percaya.

Akhirnya ia menemukannya; kata itu bermakna “menyandarkan seluruh bobot anda kepada.” Itulah iman yang menyelamatkan – menyandarkan seluruh bobot anda kepada Yesus Kristus. Iman yang menyelamatkan berakar pada injil (Kol 1:23). Hanya firman Allah yang memberi kita kepastian. Bila kita bertumbuh di dalam Tuhan, iman kita akan menjadi teguh (2:5) dan bertambah teguh (2:7).

Guru-guru palsu yang datang ke Kolose mencoba untuk melemahkan iman orang-orang kudus terhadap Kristus dan firman Allah. Proses pelemahan yang sama juga sedang berlangsung saat ini. Ajaran agama apapun yang tidak meninggikan Yesus Kristus atau menjanjikan keselamatan selain dari pengalaman kasih karunia Allah oleh iman, adalah anti kristen dan berasal dari iblis.

Sebuah pemikiran terakhir; pengalaman orang-orang percaya di Kolose sangat indah sehingga menjadi pembicaraan orang! Paulus mendengarnya dari Epafras; guru-guru palsu yang mendengarnya juga dan memutuskan untuk pergi mengunjungi Kolose untuk menyaksikan sendiri perubahan mencolok tersebut.

Anda tidak dapat berdiam diri setelah anda mengalami keselamatan di dalam Yesus Kristus. Apakah kehidupan kristen anda termasuk yang menguatkan orang lain dan mendukung mereka untuk bersaksi? Apakah persekutuan gereja anda sangat menggairahkan sehingga orang-orang yang belum diselamatkan melihatnya?

Mereka Dimuridkan (Kol 1:7)

Epafras tidak hanya membawa orang-orang di Kolose kepada Kristus lalu meninggalkan mereka. Ia mengajar firman Tuhan dan berusaha meneguhkan iman mereka. Kata yang diterjemahkan “tahu” pada ayat 7 berhubungan dengan murid dalam bahasa yunaninya. Itu juga kata yang sama yang diucapkan Yesus “belajarlah kepada-Ku” (Mat 11:29) atau tegasnya “jadilah murid-Ku”

Orang-orang percaya ini sedang menghadapi bahaya dipalingkan dari kebenaran dan mengikuti guru-guru palsu. Paulus mengingatkan mereka bahwa Epafraslah yang telah membawa mereka kepada Kristus, memuridkan mereka dan mengajarkan firman Tuhan kepada mereka. Kata lebih dahulu (Kol 1:5) mungkin berarti “sebelum guru-guru palsu ini muncul.”

Sama seperti jemaat Kolose, kita harus waspada terhadap pemimpin agama yang tidak berusaha memenangkan jiwa, melainkan menghabiskan waktunya untuk “mencuri domba-domba” dari kawanan domba-domba lain.

Kita tidak boleh lupa bahwa orang-orang kristen baru harus dimuridkan. Sebagaimana bayi-bayi yang baru lahir memerlukan perhatian dan perlindungan yang penuh kasih sampai ia dapat merawat dirinya sendiri, demikian pula orang-orang kristen baru memerlukan pemuridan. Amanat agung tidak hanya berhenti hanya sampai kepada keselamatan orang terhilang, karena dalam amanat tersebut Yesus juga memerintahkan kita untuk mengajarkan firman Allah kepada para petobat (Mat 28:19-20).

Itulah inti persekutuan jemaat setempat. Perjanjian Baru tidak mengajarkan model “kekristenan yang individual” yang sangat menonjol saat ini – orang-orang yang mengabaikan jemaat setempat dan mencari makanan rohani mereka melalui buku, radio, TV ataupun kaset.

Epafras seorang pelayan yang setia. Ia tidak hanya memenangkan orang bagi kristen, melainkan juga mengajarkan firman Tuhan kepada mereka dan menolong mereka untuk bertumbuh. Ia juga berdoa untuk mereka  (Kol 4:12-13) agar mereka menjadi dewasa di dalam Yesus Kristus.

Ketika bahaya mengancam para anggota jemaat, Epafras pergi ke Roma untuk meminta nasehat Paulus. Ia mengasihi jemaatnya dan ingin melindungi mereka dari ajaran-ajaran sesat yang dapat menghancurkan persekutuan dan menghalangi pertumbuhan rohani mereka. Lebih dari 260 kata “murid” ditemukan dalam kitab-kitab injil dan Kisah Para Rasul dan kata kerja yang bermakna “belajar sebagai seorang murid” ditemukan 25 kali dalam Perjanjian Baru.

Pada zaman itu seorang murid tidak hanya duduk dan mendengar pengajaran seorang guru. Ia hidup bersama gurunya dan belajar dengan mendengar, mengamati dan melakukan. Pemuridan lebih dari sekedar mendaftar diri di sebuah sekolah dan mengikuti kuliah. Pemuridan berarti menyerahkan diri penuh kepada sang guru. Artinya belajar dengan melakukan. Mungkin mahasiswa kedokteran atau peserta magang bisnis di zaman kita dapat menjadi gambaran yang mendekati makna pemuridan.

Tetapi kita yang memuridkan orang-orang percaya lain harus berhati-hati agar tidak menjadi penghalang. Kita tidak memuridkan orang untuk diri kita sendiri, melainkan untuk Yesus Kristus. Kita harus membawa mereka ke dalam persekutuan dengan Yesus Kristus agar mereka mengasihi dan mentaati Dia.

Epafras dengan setia mengajar dan membangun jemaatnya ke dalam persekutuan dengan Yesus Kristus dan muncul guru-guru palsu dan mereka berusaha “menarik murid-murid.” Penulis kitab Lukas dan KPR sudah memperingatkan akan bahaya ini, Kis 20:28-30). Tabiat manusia lebih cenderung untuk mengikuti manusia daripada mengikuti Allah – “mengingikan sesuatu yang baru” dan bukan kebenaran-kebenaran injil yang mendasar. Kini kita akan melihat hasil upaya Epafras.

Mereka menjadi setia di dalam Kristus (Kol 1:6,8)

Firman Allah adalah benih (Luk 8:11). Berarti, firman itu hidup (Ib 4:12). Ketika ditanam di dalam hati, firman dapat menghasilkan buah. “injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia” (Kol 1:6).

Dekat stasiun King Cross di London Inggris, ada pemakaman yang salah satu kuburannya unik, yakni kuburan Lady Ann Grimston yang adalah seorang agnostic. Ia dibaringkan di dalam kuburan batu pualam, yang ditandai dengan sebuah batu pualam yang besar. Sebelum meninggal dengan sinis, ia berkata kepada seorang teman, “saya akan hidup kembali seperti pohon yang akan tumbuh dari tubuh saya.”

Sebagai orang yang tidak percaya Lady Ann Grimston tidak menyakini adanya kehidupan setelah kematian. Akan tetapi, ada sebuah pohon yang benar-benar tumbuh dari dalam kuburannya. Sebuah benih kecil yang mulai berakar dan ketika semakin besar, benih itu membuat keretakan pada batu pualam bahkan mencabik keluar ram-raman besi di dalam tanah! Ada kehidupan dan kekuatan di dalam sebuah benih, demikian pula ada kehidupan dan kekuatan di dalam firman Allah.

Ketika firman Allah ditanam dan dipelihara, firman itu akan menghasilkan buah. Iman, pengharapan dan kasih adalah buah-buah sulung tuaian rohani. Buah-buah rohani ini menjadi salah satu bukti seseorang telah dilahirkan kembali. (1 Tes 1:3; Rm 5:1-4; Ib 6:9-12; Ef 1:13-15).

Iman timbul dari pendengaran akan firman Allah (Rm 10:17). Kehidupan kristen kita dimulai dengan iman yang menyelamatkan; tetapi iman ini barulah permulaan. Kita harus belajar berjalan dengan iman (2 Kor 5:7) dan bekerja dengan iman (1 Tes 1:3). Iman memberi kuasa dalam doa (Luk 17:5-6). Iman adalah perisai yang melindungi kita dari panah-panah api si jahat (Ef 6:16).

Kasih adalah bukti lain keselamatan sejati, karena orang yang belum diselamatkan masih berpusat pada diri mereka sendiri (Ef 2:1-3). Kenyataan bahwa orang-orang di Kolose ini mengasihi semua orang kudus membuktikan Allah telah mengubah mereka dan memberi mereka hidup yang kekal. Kasih kristen bukanlah sebuah perasaan yang dangkal dan yang kita ciptakan. Melainkan hasil pekerjaan Roh Kudus di dalam hati kita (Kol 1:8; Rm 5:5).

Patut diperhatikan Kolose 1:8 merupakan satu-satunya ayat dalam kitab Kolose yang menyinggung tentang Roh Kudus dan dalam kaitannya dengan kasih. Kasih yang diberikan oleh Roh Kudus ini bukan hanya untuk orang-orang persekutuan mereka saja melainkan juga untuk “semua orang kudus” (1:4). Sebagai orang kristen kita juga harus menyadari luasnya kasih Allah dan membagikannya dengan semua orang kudus (Ef 3:17-19).

Orang-orang percaya harus “Bersatu di dalam kasih” (Kol 2:2). Agar tercipta kesatuan rohani sejati untuk kemuliaan Allah. Pengikat yang mempersatukan kita ialah kasih (Kol 3:14). Keseragaman adalah hasil pemaksaan dari luar; kesatuan adalah hasil penerimaan dari dalam.

Pengharapan juga merupakan ciri orang percaya. Mereka yang belum diselamatkan tidak memiliki pengharapan karena mereka tidak memiliki Allah (Ef 2:11-12). Mereka yang berada di luar Kristus tidak memiliki pengharapan (1 Tes 4:13). Dalam alkitab, pengharapan tidak bermakna “mudah-mudahan.” Pengharapan kita didalam Kristus sepasti dan seteguh iman kita di dalam Dia. Karena Kristus ada di tengah-tengah kita, kita memiliki pengharapan akan kemuliaan (Kol 1:27).

Guru-guru palsu berusaha untuk membingungkan orang percaya di Kolose dan menggeser mereka dari pengharapan injil (1:23). Tetapi Paulus menegaskan bahwa pengharapan ini “disediakan” di surga bagi orang percaya (1:5). Kata yang diterjemahkan disediakan mengandung makna “disimpan, disisihkan untuk seseorang.”

Kata ini mengacu pada uang yang disimpan atau disembunyikan. Pola kata kerja yang digunakan menunjukkan pengharapan ini telah disediakan sekali untuk selamanya sehingga seorangpun tidak dapat mengambilnya dari kita. Kita bukan hanya akan menerima pengharapan (warisan mulia di dalam surga), yang disediakan untuk kita ini, tetapi kita juga dipelihara di dalam kekuatan Allah sehingga kita dapat yakin bahwa kelak kita akan masuk ke dalam kerajaan surga! (1 Pet 1:1-5) kita dipelihara untuk kemuliaan!

Apa hubungan antara iman, pengharapan dan kasih? Tentu saja, semakin kita mengasihi seseorang semakin kita percaya kepadanya. Kita tidak dapat mempercayai seseorang yang baru kita kenal sedalam kita mempercayai seorang sahabat karib. Semakin kita mengenal Allah, semakin kita percaya dan mengasihi Dia. Kasih dan iman saling menguatkan satu dengan yang lain.  

Tetapi pengharapan juga memiliki andil berharga. Dimanapun terdapat hubungan berdasarkan iman dan kasih, disana akan tumbuh pengharapan. bila seorang pria dan seorang wanita saling jatuh cinta dan belajar saling mempercayai di dalam kasih, masa depan mereka akan selalu cerah. Bahkan, menurut Paulus, pengharapan adalah kekuatan pendorong untuk kasih dan iman; …… tentang imanmu . … dan tentang kasihmu …… oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di surga (Kol 1:4-5).

Pengharapan penuh Bahagia untuk bertemu dengan Yesus Kristus dan hidup bersamanya di surga adalah kekuatan dashyat dalam kehidupan kristen. Bila kita menyadari sukacita yang akan kita miliki di dalam surga, kita akan semakin mengasihi Dia. mengetahui bahwa kita akan bersama Dia dalam kemuliaan akan menguatkan kita untuk lebih mempecayai Dia. Bahkan berbagai masalah pencobaan di bumi ini tidak dapat menggeser kita dari pengharapan tersebut.

Saya mengamati, harapan masa depan yang Bahagia dapat membuat orang-orang lebih saling mengasihi. Pernahkan anda mengambil tingkah laku anak-anak menjelang natal atau liburan keluarga? Janji cerah tentang surga akan menguatkan iman kita dan mengembangkan kasih kita. kemudian iman dan kasih akan saling mendukung untuk membuat saat ini lebih menyenangkan dan masa depan lebih menggairahkan.

Perpecahan dan pertikaian diantara orang-orang kristen merupakan suatu yang tragis. Saya tidak sedang menyarankan agar kita semua bergabung dalam satu “gereja super” tetapi saya benar-benar merasa bahwa harus ada lebih banyak kasih dan pengertian diantara umat Allah. Kesadaran bahwa kita akan bersama-sama di surga seharusnya menolong kita untuk bersama-sama saling mengasihi di bumi.

Ini salah satu alasan mengapa Kristus memberi kita kemuliaan-Nya. “Dan aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti kita adalah satu” (Yoh 17:22). Sebuah syair menuangkannya sebagai berikut;

Hidup diatas sana,

Bersama orang-orang kudus yang kita kasihi

Sungguh suatu kemuliaan.

Hidup dibawah sini,

Bersama orang-orang kudus yang kita jumpai

Sungguh, itu soal lain!

Pengharapan untuk bertemu Kristus di surga bukan hanya pendorong untuk iman dan kasih, tetapi juga untuk hidup kudus. “Setiap orang yang menaruh pengharapan itu, kepada-Nya menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci” (1 Yoh 3:3). Ketika saya masih seorang kristen muda, seorang teman yang lebih tua berpesan kepada saya, “Jangan tertangkap basah melakukan sesuatu yang sangat memalukan pada waktu Yesus datang kembali!” suatu pandangan yang agak negative tentang janji masuk surga, meskipun ada benarnya juga.

Tetapi Yohanes mengingatkan jika kita tidak tinggal di dalam Kristus (menjaga persekutuan dengan Dia dalam ketaatan), kita akan merasa malu ketika Ia kembali (1 Yoh 2:28). Tetapi ada sisi posetif dalam kebenaran ini. Kita harus menjaga kesucian hidup kita sehingga ketika Yesus Kristus benar-benar datang, tidak ada yang menganggu perjumpaan pertama kita dengan-Nya.

Kita akan masuk ke dalam sukacita dan kemuliaan hadirat-Nya dengan penuh keyakinan dan kasih! Petrus menyebutnya “hak penuh” untuk masuk ke dalam kerajaan kekal (2 Pet 1:11). Pengharapan tentang surga juga akan menguatkan kita dalam penderitaan (1 Pet 1:4-9). Sebagai umat percaya kita memiliki bagian dalam penderitaan; tetapi di tengah-tengah berbagai pencobaan, kita dapat bersukacita dengan “sukacita yang mulia dan tidak terkatakan” (1 Pet 1:8).

Jika orang-orang yang tidak percaya menderita, mereka menjadi patah semangat dan ingin menyerah. Tetapi ketika orang-orang kristen menderita, iman mereka dapat menjadi kuat dan kasih mereka dapat diperdalam karena pengharapan mereka bersinar cemerlang.

Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kita memiliki pengharapan ini? janji akan hal ini diberikan dalam “firman kebenaran, yaitu injil” (Kol 1:5). Kita umat percaya tidak perlu “mengupayakan” perasaan nyaman tentang pengharapan tersebut. Firman Allah yang tidak berubah memberi jaminan bahwa pengharapan kita aman di dalam Kristus. bahkan pengharapan ini diumpakan sebagai sauh yang kuat dan aman (Ib 6:19) yang tidak dapat dipatahkan atau dipindahkan.

Tidak heran bila Paulus mengucap syukur atas umat percaya di Kolose! Allah telah memberi Paulus “mukjizat-mukjizat yang luar biasa” di Efesus (Kis 19:11). Tetapi tidak ada mukjizat yang lebih besar daripada keselamatan orang berdosa yang terhilang. Melalui kesetiaan kesaksian Epafras, Allah mengerjakan mukjizat-mukjizat kasih karunia di Kolose.

Sudahkah anda mengalami mukjizat keselamatan? Jika sudah tetaplah bertumbuh dan berbuah bagi Tuhan. Firman yang sama yang memberi anda hidup ketika anda percaya kepada Kristus akan terus memelihara hidup itu dan menjadikan anda seorang kristen yang setia dan berbuah. Apakah “mukjizat-mukjizat injil” kasih karunia sedang berlangsung di lingkungan tempat tinggal anda?

Disadur Dari Buku; Utuh Di Dalam Kristus (Menjadi Pribadi Yang Lebih Utuh Sesuai Maksud Allah), oleh Warren W. Wiersbe

Posting Komentar untuk "Saat Teduh - Renungan Harian Kristen; Kolose 1:3-8 "Mukjizat-Mukjizat Di Kolose" Oleh Warren W. Wiersbe"