Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan - Disiplin Rohani Kristen

 

Renungan - Disiplin Rohani Kristen

Disiplin diri adalah masalah menghindari situasi apa pun di mana dosa dapat memikat kita kembali ke dalam perbudakannya. Rick Cowan

Beberapa pembicara injil kemakmuran kerap kali menawarkan kepada kita sebuah pendekatan yang pasif dengan nada-nada yang indah seperti “letakkanlah semua cita-citamu pada Allah, biar Dia yang bertindak, berdoa saja, minta saja kepada Tuhan bukankah Dia Bapa kita dan letakkan semua itu di atas mesbahNya, dan lain sebagainya. Pendekatan yang pasif ini jika ditelusuri lebih jauh maka akan berdampak buruk dalam pertumbuhan rohani seseorang.

Seorang Kristen adalah seorang yang aktif dan berusaha untuk hidup berdisiplin yang menurut Paulus “Seperti seorang atlet saya menggembleng tubuh saya, melatihnya melakukan hal-hal yang harus dilakukan dan bukan hal-hal yang dikehendakinya. Sebab, kalau tidak, saya takut kalau-kalau setelah mempersiapkan orang-orang lain untuk perlombaan, saya sendiri dinyatakan tidak memenuhi syarat, lalu ditolak (1 Kor 9:27).

Seorang Kristen adalah dia yang juga dengan aktif menjadikan Allah bukan hanya sebagai objek pemberi tetapi menjadikan Dia sebagai pusat kehidupan dan sentral hidupnya. Yang mana Ia dengan aktif mempelajari kerinduan dan kehendak Allah bagi hidupnya dan Ia membenamkan diri ke dalam kehendak Allah itu. 

Kali ini saya ingin membahas tentang disiplin dari sudut pandang kebenaran firman Tuhan. Alkitab tidak memberitahu kepada kita secara langsung tentang disiplin rohani namun beberapa bagian secara tidak langsung memberi gambaran kepada kita bahwa disiplin berhubungan erat dengan pertumbuhan rohani seseorang. Seperti ketika rasul Paulus menuliskan akan suratnya kepada jemaat di 1 Korintus Ia menggambarkan kehidupan orang percaya seperti seorang atlet “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak (1 Kor 9:24-27).

Rasul Paulus memahami betul bagaimana cara yang tepat dalam melayani orang-orang, seperti halnya apa yang sering dilakukan atau disukai oleh orang-orang Korintus, ia sengaja memilih alur tulisannya dengan berusaha menggakrabkan diri dengan apa yang sering dilakukan oleh orang-orang Korintus, yaitu olahraga.  Orang Korintus sangat akrab dengan acara olahraga karena kota mereka menjadi tuan rumah pertandingan Isthmian, acara olahraga bergaya Olimpiade yang diadakan setiap tahun sebelum dan sesudah Olimpiade.

Rata-rata orang Korintus pasti sudah sangat akrab dengan disiplin dan stamina yang dibutuhkan seorang pria untuk berhasil dalam pertandingan. Paulus menggunakan keakraban dengan acara olahraga ini untuk membantu mereka memahami disiplin yang diperlukan untuk berhasil dalam kehidupan Kristen. Dia menggambarkan dirinya sebagai seorang pelari dalam perlombaan yang berusaha mendapatkan hadiah atau seorang petinju profesional yang membuat kontak dengan setiap pukulannya agar tidak sia-sia.

Lalu bagaimana dengan kehidupan kekristenan kita hari ini, apa yang harus kita lakukan, masih perlukah kita memperhatikan akan disiplin pribadi kita? Ya tentu. Anda dan saya adalah atlet-atlet Kristus yang terus berjuang untuk menang melawan dosa dan godaannya yang menggiurkan setiap harinya, sebagaimana Paulus berusaha untuk mendisiplinkan dirinya dalam segala hal, baik yang berhubungan dengan pelayanan, kepemilikan, hubungannya dengan orang lain serta hubungan pribadinya dengan Allah. Ketika kita melihat secara lebih dekat kehidupan Paulus semua ini dilakukan secara serentak artinya bahwa ia perlu mendisiplinkan dirinya begitu rupa agar tidak ada sesuatupun yang terabaikan.

Salah satu kata yang menarik dari 1 Kor 9: 27 adalah “menguasainya” dengan kata lain “menaklukkan” atau “menjadikannya budak” dalam hal ini tubuhnya. Artinya Paulus ingin mengajarkan kepada orang-orang Korintus dan tentunya kepada kita hari ini bahwa untuk menjadi seorang yang memiliki disiplin rohani yang baik dan terus bertumbuh ia harus menjadi penguasa atas dagingnya sendiri dan keinginan-keinginannya bukan malah sebaliknya. Dan ini merupakan musuh yang tidak terlihat dan kerap kali sulit terdeteksi karena tidak bersembunyi di semak-semak dan tidak berkamuflase tetapi ia berada tidak jauh dari kita, dekat dengan kita dan ia ada di dalam diri kita.

Bagian integral dari disiplin rohani adalah penyangkalan diri. Kita memahami bahwa harga dari sebuah penyangkalan diri sangatlah mahal, namun tidak ada jalan lain jika kita ingin menata hidup yang bersiplin secara rohani. Dalan konteks ini saya mendefesinisikan penyangkalan diri sebagai sebuah sikap yang disengaja serta secara sukarela menarik diri dari bagian-bagian hidup yang selama ini menawarkan akan kenyamanan dan kesenangan daging belaka. Maka orang Kristen yang berdisiplin akan belajar untuk menyangkal akan sifat pemanjaan dagingnya dan kesenangan dirinya, keputusan ini tidak hanya dilakukan untuk melindungi perjalanan rohaninya tetapi juga untuk memastikan bahwa ia  sedang dan akan terus menguasai tubuhnya (keinginan dagingnya).

Dan ini tidak terjadi dalam sekejab butuh waktu, proses dan kerelaan diri untuk terus belajar bertumbuh, Paulus sebelum mengajak orang lain untuk masuk ke dalam perjalanan disiplin rohani ini ia telah bergumul dan berusaha keras untuk menghidupi apa yang menjadi keyakinannya, dia ingin menunjukkan bahwa hal ini bukanlah sebuah teori belaka tetapi ia juga sedang dan akan terus bergumul untuk mempertahankan sikap yang hidup yang terus berdisiplin, ia dengan berterus terang memberi tahu orang-orang Korintus “Seperti seorang atlet saya menggembleng tubuh saya, melatihnya melakukan hal-hal yang harus dilakukan dan bukan hal-hal yang dikehendakinya. Sebab, kalau tidak, saya takut kalau-kalau setelah mempersiapkan orang-orang lain untuk perlombaan, saya sendiri dinyatakan tidak memenuhi syarat, lalu ditolak (1 Kor 9:27). 

Semua orang memikirkan untuk mengubah dunia, tetapi tidak ada seorangpun yang berpikir tentang mengubah dirinya sendiri. Tolstoy

Yesuspun mengajarkan prinsip yang sama tentang mengikut Dia dalam Matius 16:24 dikatakan “Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Salah satu prasyarat utama untuk mengikut Dia adalah “menyangkal diri”. Yesus mengetahui bahwa hal yang bisa membuat seseorang berpaling atau menduakan Dia adalah kesenangan-kesenangan yang ia ciptakan sendiri atau sengaja diciptakan oleh orang lain dan ia tercebur ke dalam hal itu. Yesus tidak tanggung-tanggung memberi syarat ini, Ia ingin seseorang fokus mengikut Dia dan menjadikan Dia sebagai yang utama dalam hidupnya. Ini bukan hal yang mudah! Itulah mengapa penyangkalan diri harganya sangat mahal, kiranya Roh Kudus menolong kita serta memampukan kita untuk memberi diri dengan sungguh-sungguh bagiNya, mengingat kecenderungan-kecenderungan kita untuk kembali kepada kenyamanan dan kesenangan yang ada.

Untuk menjadi murid Kristus kita harus rela menyalibkan diri kita sendiri, termasuk dalamnya kesenangan-kesenangan dan kenyamanan kita. Menyerahkan diri kepada Kristus bukanlah sebuah tindakan yang pasif tetapi ini merupakan sebuah tindakan yang konstan, butuh usaha, ada yang harus kita kerjakan dan lebih dari itu memohon Roh Kudus menolong kita hari demi hari untuk tetap setia dan terfokus pada rencanaNya.

Mendisiplinkan diri merupakan masalah memiliki prioritas-prioritas yang benar sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Bagian dimana seseorang berusaha untuk mengatur waktunya, tubuhnya dan segala hal yang berpotensi menghalanginya untuk tidak bertumbuh dan berjumpa dengan Tuhannya. Ia memilih menjadikan Tuhan sebagai yang utama dan terutama dalam hidupnya, perhatiannya akan selalu tertuju pada perjalanan rohaninya. Dia dengan sukarela menyangkal dirinya untuk menyenangkan Tuhan dan untuk mendorong orang-orang percaya lainnya agar mereka juga memiliki kehidupan yang sama dengannya.

Akhir kata "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku (Galatia 2:20).

Posting Komentar untuk "Renungan - Disiplin Rohani Kristen "