Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan - Filipi 4:19 Allah Memenuhi Kebutuhan Atau Keinginan Kita?

Renungan - Filipi 419 Allah Memenuhi Kebutuhan Atau Keinginan Kita

Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. Filipi 4:19

Hari ini kita dibombardir dengan serangkaian sarana pemuas kehidupan. Kita berusaha untuk mengumpulkan lebih dan lebih, kita berpikiran bahwa “banyak itu baik, lebih banyak lebih baik dan paling banyak paling baik” dan serangkaian kata-kata pemuas lainnya.

Keinginan bersahabat karib dengan ketamakan, kerap kali kedua hal ini berjalan beriringan dan sulit dibedakan. Keinginan merupakan sesuatu yang (diingini entah itu barang ataupun hal lainnya) sedangkan ketamakan merupakan keinginan untuk selalu memperoleh sesuatu sebanyak-banyaknya. Yang mana “ketamakan” merupakan bentuk lain dari keinginan yang sudah dibuahi dan telah matang yang berwujud tindakan nyata.

Ketika seorang berkata kepada Yesus agar Yesus dapat memberi tahu saudaranya agar ia dapat berbagi harta dengannya, Yesus malah menjawab Ia bukanlah hakim ataupun pengantara mereka (ia mengetahui motif orang itu) lalu Ia menambahkan kalimat selanjutnya “Kata-Nya lagi kepada mereka:” Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”

Saya ingin menyoroti frasa Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, mengapa Yesus memberi semacam peringatan kepada mereka dan tentunya kepada kita pembaca hari ini untuk berjaga-jaga dan selalu waspada terhadap “ketamakan” karena ketamakan ada di dalam diri seseorang, tidak jauh dari kita dan hal ini memungkinkan setiap orang percaya untuk kalah terhadapnya, karena ada di dalam diri kita (bagian dari diri kita dan tersembunyi – tidak dilihat oleh orang lain), benih ketamakan ada di dalam diri kita untuk itulah kita perlu untuk mawas diri dan membentengi diri kita dengan kebenaran firmanNya. Buahnya selalu mengumpulkan lebih, lebih dan lebih.

Seperti ungkapan “bumi menyediakan cukup untuk kebutuhan setiap orang tetapi tidak cukup untuk ketamakan setiap orang”. Ungkapan ini menggambarkan kehidupan manusia saat ini yang tidak pernah puas dengan apa yang telah ia miliki, bahkan kerap kali ia memakai ragam cara untuk mengumpulkan lebih banyak dari orang lain.

Ketamakan selalu berjalan dan berteriak kencang dalam hati dan pikiran kita dan hal ini tidak hanya terjadi pada orang-orang dunia pada umumnya tetapi terjadi juga dalam kehidupan orang-orang percaya, kita tidak dapat memungkiri hal ini karena Alkitab juga memberi kesaksian kepada kita tentang ketamakan dan keinginan untuk selalu mengumpulkan lebih.

Perikop di atas yaitu Filipi 4:19 adalah satu ungkapan iman Paulus kepada orang-orang Filipi bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan mereka dan bukan ketamakan atau keinginan mereka. Allah akan memenuhi segala keperluan mereka (jasmaniah maupun rohaniah) di dalam Kristus. Hanya di dalam persatuan dengan Kristus dan persekutuanNya mereka dapat mengalami pemeliharaan Allah.

Ini merupakan ajaran yang alkitabiah dan benar adanya, namun kerap kali kita mengrohanikan keinginan kita dan berkata-kata atau berbuat seolah-olah itu adalah kebutuhan kita dan kita telah kalah olehnya, diperdaya olehnya dan kita diperbudak olehnya.

Keinginan kita itu banyak, kita ingin memiliki rumah yang bagus, mobil yang keren, saldo deposito yang banyak di bank dan dompet yang sangat tebal dan jika ia adalah seorang rohaniawan maka ia ingin gedung gereja yang bagus dipenuhi dengan vasilitas yang memadai dan rasanya untuk membicarakan tentang keinginan tidak akan pernah selesai, namun coba kita sebutkan akan kebutuhan kita? mungkin tidak sampai setengah dari keinginan kita.

Kita mungkin sudah berdoa bertahun-tahun untuk hal-hal ini tapi lihatlah Allah adalah pribadi yang bijak, Ia mengenal kita lebih dari kita mengenal diri kita sendiri dan kerap kali Ia “sengaja” tidak menjawab doa-doa itu, karena keinginan  itu bisa menjerat kita untuk jatuh ke dalam berbagai-bagai macam dosa, salah satunya dosa kesombongan atau keangkuhan.

Allah tidak selalu memenuhi keinginan kita tapi yang pasti ia selalu mencukupkan kebutuhan kita hal ini telah terbukti. Sepanjang rentang sejarah kita telah melihat bagaimana ia mencukupkan kebutuhan bangsa Israel selama perjalanan 40 tahun di padang gurun. Tidak ada satu bagian kebutuhan pokok mereka yang tidak terpenuhi atau tidak diperhatikan olehNya.

Ia memberi mereka makan “Aku telah mendengar sungut-sungut orang Israel; katakanlah kepada mereka: Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, Allahmu." Pada waktu petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang menutupi perkemahan itu; dan pada waktu pagi terletaklah embun sekeliling perkemahan itu. dan “Keluaran 16:35 (TB) Orang Israel makan manna empat puluh tahun lamanya, sampai mereka tiba di tanah yang didiami orang; mereka makan manna sampai tiba di perbatasan tanah Kanaan (Kel 16:12-13, 35).

Allah juga memenuhi akan kebutuhan mereka dalam bentuk pakaian “Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selamat empat puluh tahun ini (Ul 8:4), Empat puluh tahun lamanya Aku memimpin kamu berjalan melalui padang gurun; pakaianmu tidak menjadi rusak di tubuhmu, dan kasutmu tidak menjadi rusak di kamimu (Ul 29:5).

Keterandalan Allah dalam memenuhi apa yang dibutuhkan oleh umatNya tidak dapat diragukan lagi dan kita juga dapat mengklaim hal-hal yang sama dariNya, sejauh itu untuk kebutuhan dan bukan keinginan kita. Kita bisa melihat hal ini dalam rangkaian peristiwa-peristiwa yang ada dalam kitab Suci, namun kerap kali kita menyakinkan diri kita sendiri bahwa keinginan kita adalah kebutuhan, yang mana hal ini akan berimbas pada keserakan.

Tuhan telah berjanji untuk memenuhi kebutuhan anak-anakNya. Tetapi ukuran kebutuhan Tuhan dan ukuran kebutuhan kita seringkali sangatlah berbeda. Sementara terkadang kita menganggap kenyamanan dan hiburan sebagai kebutuhan tetapi Tuhan hanya menganggap “asalkan ada makanan dan pakaian, cukuplah (1 Tim 6:8). Penulis Ibrani memberi kita satu pengertian yang lebih luas dan lebih dalam dengan berkata “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ”Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau (Ibr 13:5).

Kita perlu menyeraskan standar kebutuhan kita dengan standar kebutuhan menurut Tuhan. Jika kita memakai standar atau ukuran Tuhan dalam hidup kita maka akan ada beribu-ribu rasa syukur yang akan kita naikkan padanya bahkan tidak ada selangkah atau bagian dimana kita tidak mengucap syukur, karena kita menaruh rasa cukup kita di dalam Tuhan bukan pada sekeliling atau pada nilai-nilai yang dibentuk oleh dunia.

Sedangkan jika kita menyeraskan standar kebutuhan kita di atas keinginan kita,  maka kita tidak akan pernah merasa cukup dan rasa syukur itu “seperti” sangat sulit kita jangkau. Jika kita adalah orang Kristen maka kita telah menyusupkan nilai-nilai dunia dan membiarkannya membentuk hidup kita sedemikian rupa sehingga kita menjadi pribadi yang tidak pernah puas, dalam hal ini Salomo menuliskan bahwa “Segala jerih payah manusia adalah untuk mulutnya, namun keinginannya tidak terpuaskan (Pkh 6:7).

Jika kita telah mengetahui bahwa Tuhan akan mencukupkan kebutuhan kita setiap hari dan segala yang sedang dan akan kita ingingkan (berupa harta benda) tidak abadi maka penulis pengkhotbah memberi tahu kita bahwa “segala sesuatu sia-sia” maka dimanakah kita harus memfokuskan diri kita. 

Tidak lain “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (Mat 6:33-34).

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Posting Komentar untuk "Renungan - Filipi 4:19 Allah Memenuhi Kebutuhan Atau Keinginan Kita?"