Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan - Saat Teduh Orang Adalah MetodeNya

 

Renungan - Saat Teduh Orang Adalah MetodeNya

Ada pelajaran hikmat yang diperoleh serta pengetahuan yang makin mencerahkan dan menolong kita untuk menumbuhkan cara pandang akan Allah dan dunia. Yang special adalah menumbuhkan akan kecintaan terhadap Allah, apa yang Ia sedang dan terus kerjakan melalui orang-orang sederhana – orang-orang biasa yang penuh dengan penyerahan diri kepadaNya.

Apa yang menjadi taruhan dari penyerahan diri? Banyak hal. Mungkin jika kita ingin merincinya maka hal-hal inilah yang dapat kita ketahui. Mereka dengan penuh sukarela menyerahkan akan karir, gaji yang tinggi, jabatan, kekayaan dan serangkaian hal nyaman lainnya.

Lantas untuk apa mereka menyerahkan ini semua dan masuk ke dalam satu kehidupan yang bisa dikatakan “tidak jelas”, mengapa tidak jelas? Ya, karena mereka tidak dapat menebak dengan pasti berapa jumlah uang dan kecukupan yang akan mereka terima setiap bulannya, cukup tidak cukup, anda harus mencukupkan diri – satu hal yang diyakini adalah bahwa “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus (Fil 4:19). Ini baru satu dari banyaknya latihan iman lainnya.

Oke, tapi yang pasti mereka melakukan semua ini karena kecintaannya akan Tuhan dan kasihnya untuk Tuhannya. Saya pikir tidak ada hal besar lainnya selain hal ini. Kecintaan mereka dan kasih mereka kepada Kristus adalah kecintaan dan kasih yang dianugerahkan oleh Kristus sendiri kepada mereka, karena sebelum mereka terpikir untuk mencintai dan mengasihiNya, Ia sudah terlebih dahulu menunjukkan cinta dan kasihNya di salib.

Sebelum mereka terpikirkan untuk hidup taat kepadaNya – Ia sudah terlebih dahulu menunjukkan ketaatan kepada kehendak BapaNya di salib. Ketaatan Kristus harganya sangatlah mahal – darah dan tubuhNya sendiri (nyawaNya).

Dia melewati dan mengalami itu semua, agar Ia dapat menumbuhkan akan kecintaan dan kasih kita kepadaNya dan BapaNya – kasih yang tulus, kasih yang tanpa pamrih dan kasih yang rela berkorban bagi orang lain (anda dan saya). Karena ketaatan dan kecintaan yang semakin hari semakin ditumbuhkan di dalam kehidupan kita, maka hal ini mendorong kita untuk dengan sukarela menghidupi panggilan yang sama denganNya yaitu – memberi hidup kita bagi orang lain. Istilah yang digunakan oleh The Navigator adalah berbagi hidup dengan orang lain.

Berbagi hidup dengan orang lain bukanlah hal yang keren, bukan pula hal yang akan membuat kita terkenal – kita tidak mencari itu semua dan tidak mencari popularitas diri. Kita sedang berusaha agar orang lain memuliakan Kristus melalui tindakan-tindakan kecil kita dan untuk kebesaran namaNya. Yesuspun memilih dua belas orang untuk melatih mereka, untuk bersama-sama dengan Dia dan lebih dari itu Ia sedang berbagi hidupNya secara langsung dengan mereka.

Mereka adalah orang-orang biasa yang dipengaruhi langsung oleh kehidupan Kristus – gaya pelayananNya. Ia tidak membuka kelas agar orang-orang datang dan mendengarkanNya mengajar, Ia juga tidak mengadakan seminar disana-sini untuk menyatakan visiNya kepada pengikut-pengikutNya, tetapi Ia menyatakan akan ajaranNya, visiNya melalui interaksi-interaksi yang sederhana nan santai.

Ia bisa mengajar mereka dimana saja, tidak ada tempat yang khusus bagi Dia untuk mengajar mereka – Ia bisa mengajar mereka ketika dalam perjalanan, Ia bisa mengajar mereka ketika diatas bukit, Ia bisa mengajar mereka ketika di tepi danau, Ia mengajar mereka melalui banyak situasi termasuk ketika Ia meredakan badai - Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan Ia berkata kepada mereka: ”Marilah kita bertolak ke seberang danau.” Lalu bertolaklah mereka. Dan ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya. Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: ”Guru, Guru, kita binasa!” Ia pun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itu pun reda dan danau itu menjadi teduh (Luk 8:22-24).

Cara Yesus berbagi visi dengan murid-muridNya tidak dibatasi oleh tempat, keadaan dan kondisi – kapan saja dan dimana saja bisa terjadi. KunciNya mereka harus Taat. Menyediakan waktu dan Senang Untuk Diajar. Itu saja.

Ia memilih untuk menginvestasikan banyak waktuNya untuk selalu berada di lingkaran orang-orang yang sedang Ia latih. Ia melatih mereka baik itu melalui pengajaran secara langsung maupun melalui peristiwa-peristiwa yang mereka lewati bersama (Baca Kisah Yesus memberi makan lima ribu orang).

Inilah cara Dia – cara Ia melayani orang-orang dan cara Kristus membagikan akan visiNya. Apa yang Yesus lakukan sangatlah berbeda dengan apa yang kita lakukan hari ini – kita berkumpul bersama dan memikirkan cara atau metode yang efektif dan tepat untuk melayaniNya – Ia memusatkan perhatian pada orang, bagiNya orang adalah metodeNya.

Kita adalah metode terbaik Allah dan alat terbaikNya untuk menjangkau dunia bagiNya. Itulah mengapa ketika Kristus hidup di bumi Ia memusatkan diriNya pada beberapa orang agar mereka selalu menjadi pusat perhatianNya dan Ia dapat memantau mereka setiap saat, selain dari banyakNya pelayanan yang Ia lakukan – kitab Injil menuliskan kesaksian tentang bagaimana Kristus banyak berinteraksi langsung dengan murid-muridNya.

Orang-orang sederhana yang ada di dalam lingkaran dan pantauanNya. Ia membesarkan hati mereka dan disaat yang bersamaan membongkar akan tabiat lama mereka. Ia juga tidak segan-segan untuk menantang mereka - Lalu Yesus bertanya kepada kedua belas pengikut-Nya, "Apakah kalian juga mau meninggalkan Aku?" "Tuhan," kata Simon Petrus kepada-Nya, "kepada siapa kami akan pergi? Perkataan Tuhan memberi hidup sejati dan kekal. Kami sudah percaya dan yakin bahwa Tuhanlah utusan suci dari Allah (Yoh 6:67-69 versi BIMK).

Hal yang menarik adalah jawaban Petrus “Perkataan Tuhan memberi hidup sejati dan kekal. Kami sudah percaya dan yakin bahwa Tuhanlah utusan suci dari Allah”. Pernyataan ini muncul karena adanya kedekatan hubungan yang intim – tentang apa yang selalu mereka dengar dan yang mereka saksikan sendiri membawa Petrus pada satu pemahaman bahwa Tuhanlah utusan suci dari Allah. Ini terjadi karena Kristus membagi hidupNya. WaktuNya. TenagaNya. PikiranNya untuk mereka – mereka adalah investasi terbaikNya (meskipun kita tahu bahwa 1 dari mereka gagal).

Malam itu di taman Getsemani Ia bersyafaat bagi mereka – mengungkapkan akan apa yang sudah Ia kerjakan;

“Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka. Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.

Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci (Yoh 17:7-12).

Doa seorang yang sangat mengasihi mereka – doa yang kudus dan mulia. Doa yang bukan untuk diriNya, tetapi berdoa untuk orang-orang yang sudah Bapa percayakan kepadaNya. Ia berdoa bagi mereka agar mereka dikuatkan dan dimampukan untuk terus menghidupi visiNya, tidak hanya untuk mereka saja, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya oleh pemberitaan mereka (anda dan saya). Kristus sudah mendoakan kita di taman Getsemani.

Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka (Yoh 17:20). Mereka adalah milik Kristus – orang-orang yang akan mereka layani adalah milik Kristus, bukan milik mereka. Mereka harus kembali kepada Allah dan menceritakan orang-orang itu dihadapanNya karena mereka adalah milikNya – seperti yang Kristus lakukan di taman Getsemani menceritakan keberadaan murid-muridNya dan orang-orang yang akan percaya oleh pemberitaan mereka kepada BapaNya.

Kitapun demikian adanya, jika hari ini kita diberi kesempatan untuk menolong atau melayani orang-orang maka kita perlu mengingat bahwa “mereka adalah milikNya – untuk Dia dan untuk kemuliaan namaNya”. Anda dan saya dan mereka yang akan percaya oleh pemberitaan dan pelayanan kita sama-sama ditebus olehNya disalib – Ia memberi diriNya. DarahNya dan tubuhNya untuk membawa kita kembali kepada Allah.

Posting Komentar untuk "Renungan - Saat Teduh Orang Adalah MetodeNya"