Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Latar Belakang Kitab Ibrani

 

Latar Belakang Kitab Ibrani

Beberapa pakar alkitab menganggap bahwa kitab ini adalah salah satu kitab yang unik – mengapa unik? Karena butuh banyak waktu untuk mendiskusikan tentang kitab ini, banyak hal yang didiskusikan salah satu yang paling mencolok adalah “siapa penulis kitab ini”.

Seorang penafsir atau seseorang yang hendak menelaah kitab suci mestinya selalu belajar atau melihat terlebih dahulu latar belakang kitab itu ditulis – untuk siapa, siapa penulisnya – situasi yang dialami oleh penulis dan penerima surat, dan hal-hal lainnya. mengapa demikian?, karena sang penafsir hidup di zaman dan situasi yang berbeda dengan penulis kitab dan penerima kitab pada waktu itu.

Ia harus menyelaminya lebih dekat untuk mengetahui dan melihat apa sebenarnya maksud surat ini ditulis barulah menarik pesan yang relate dengan kehidupan jemaat masa kini.

Alkitab ditulis dalam kerangka tempat, waktu dan situasi yang sudah pasti berbeda dengan kita hari ini (penafsir), untuk itu dengan memahami dunia kitab yang akan ditafsir atau dipelajari sang penafsir akan dapat mengerti maksud ayat, perikop atau buku itu. Biarkanlah alkitab menafsirkan dirinya sendiri.

Latar Belakang Kitab Ibrani

Kitab Ibrani merupakan salah satu kitab di dalam Perjanjian Baru, menurut para ahli kitab ini adalah kitab yang gaya sastranya paling baik di dalam Perjanjian Baru. Surat ini sangat puitis dan penuh kutipan dari Septuaginta (terjemahan Perjanjian Lama ke dalam Bahasa Yunani). Surat ini menggunakan kosa kata yang banyak dan menggunakan (tense) dan bahasa Yunani yang sangat baik.

Meskipun demikian surat Ibrani memerlukan waktu yang lama untuk dapat dinyatakan sah sebagai bagian dari kanon Perjanjian Baru. Daftar tertua memuat nama-nama kitab Perjanjian Baru yaitu kanon Muratoria, yang disusun kira-kira tahun 170 M tidak menyebut adanya surat Ibrani.

Para ilmuwan Aleksandria yaitu Clement dan Origenes mengenal dan menyukainya, tetapi mereka setuju bahwa tempat untuk surat Ibrani di dalam Perjanjian Baru masih terus dipersoalkan. Para Bapa gereja lainnya seperti Siprianus, tidak pernah menyebut adanya surat Ibrani. Tertulianus yang dikenal dengan Bapa Gereja Latin juga mengatakan bahwa kedudukan kitab ini di dalam Perjanjian Baru masih dipersoalkan. Eusebius dari Kaisarea yang adalah seorang ahli sejarah yang terkenal mengatakan bahwa surat Ibrani termasuk di dalam kumpulan buku-buku yang masih menjadi perdebatan.

Kitab ini mendapat angin segar pada masa Athanasius pada pertengahan abad 4 M. surat ini mulai diterima dan diterapkan secara pasti sebagai bagian dari Perjanjian Baru. Meskipun demikian Luther yang hidup sepuluh abad kemudian masih belum yakin mengenai surat ini. Memang tampaknya aneh karena memerlukan waktu yang lama bagi surat ini untuk diterima sebagai bagian dari surat-surat dalam Perjanjian Baru.

Penulis Kitab Ibrani

Bukti Eksternal

Tentang siapa penulis kitab ini masih menjadi polemic hingga kita – salah satu alasan mengapa surat ini memerlukan waktu yang lama untuk diterima adalah karena ketidakjelasan siapa penulis kitab ini. Dari semula surat ini dikirim dengan judul yang sederhana saja “untuk orang-orang di Ibrani”. Clement dari Aleksandria berpendapat bahwa Paulus-lah yang menulis surat ini dalam bahasa Ibrani lalu diterjemahkan oleh Lukas ke dalam bahasa Yunani, sebab gaya bahasanya berbeda sekali dengan gaya bahasa Paulus.

Jerome berpendapat bahwa karakteristik penulisan kitab dalam bahasa Yunani, anggapan ini diperkuat dengan adanya kebergantungan Paulus pada LXX (septuaginta). Corak penulisan yang halus serta cara mempernalkan kutipan Perjanjian Lama yang disampaikan melalui setiap argumentasi dalam setiap ajarannya merupakan corak dari kepenulisan Paulus.

Tidak dicantumkannya nama Paulus dimengerti karena Paulus melayani atau rasul bangsa non-Yahudi. Clement dari Aleksadria mengemukakan bahwa Yesus adalah rasul bangsa Yahudi sedangkan Paulus rasul untuk bangsa non-Yahudi. Gereja-gereja Timur menerima surat ini sebagai salah satu dari tulisan rasul Paulus. Dalam papyrus chester beatty (AD 200) menempatkan surat Ibrani setelah surat Roma.

Origenes misalnya meragukan akan corak serta bentuk penulisan jika kitab ini ditulis oleh Paulus. Pernyataan Origenes yang terkenal mengenai penulisan kitab Ibrani adalah “hanya Tuhan yang tahu”. Lebih jauh lagi ia beranggapan bahwa corak salam dan pemikiran dalam surat Ibrani tidak menunjukkan kepenulisan Paulus.

Sedangkan di gereja-gereja Afrika (sekitar abad ke 3) setuju dengan pendapat Tertulianus (AD 150-220), yang menyakini bahwa Barnabas-lah penulis kitab Ibrani karena secara fakta Barnabas adalah rekan pelayanan Paulus. Dalam manuskrip Werstern (codex claramontanus) surat Ibrani ditulis dengan nama “Surat dari Barnabas”.

Dibalik “keraguan” ini beberapa tokoh seperti Caius salah seorang anggota dari gereja Roma menyebutkan bahwa kitab Ibrani merupakan tulisan rasul Paulus – pendapat ini di pengaruhi oleh Irenius yang menyatakan bahwa kandungan isi dan bentuk surat Ibrani secara tidak langung mengarah kepada rasul Paulus. Beberapa tokoh lainnya yang menyetujui bahwa surat Ibrani adalah surat yang keempat belas dari Rasul Paulus adalah Hillary dari Poetiers dan Ambros dari Milan.

Terlepas dari polemic yang berkepanjang siapa penulis kitab ini untuk dapat diterima ke dalam kanon, surat Ibrani telah menyebar dan telah dikenal dan disenangi oleh semua gereja. Lalu banyak orang bersikap seperti Origenes “hanya Tuhan yang tahu siapa penulis surat ini”. Mereka merasa bahwa surat ini harus masuk ke dalam kanon Perjanjian Baru dan bahwa satu-satunya jalan untuk mencapai hal itu adalah bahwa surat ini harus digabungkan dengan tiga belas surat Paulus lainnya.

Sebenarnya surat Ibrani berhasil masuk ke dalam kanon Perjanjian Baru adalah karena keagungannya sendiri.

Oke sekarang marilah kita mengira-ngira siapakah penulis kitab ini. Banyak nama sudah diajukan dan kita akan melihatnya beserta argument-argumen pendukungnya.

.

Menurut Tertulianus, penulis kitab ini adalah Barnabas. Barnabas berasal dari Siprus. Penduduk Siprus terkenal sangat mahir di dalam bahasa Yunani; dan surat Ibrani ternyata di tulis dalam bahasa Yunani yang sangat baik. Barnabas adalah seorang Lewi (Kis 4:36), dan dari semua orang di dalam Perjanjian Baru dialah yang paling tahu dan akrab dengan tata cara imamat dan tata cara korban yang kebetulan juga menjadi dasar pikiran surat Ibrani.

Barnabas disebut “anak nasehat” kata bahasa Yunaninya adalah paraklesis dan surat Ibrani disebut sebagai “kata-kata nasehat” oleh penulisnya (Ib 13:22). Dia termasuk dalam sejumlah orang yang diterima dengan baik oleh bangsa Yahudi maupun bangsa Yunani dan sudah terbiasa dengan alam pemikiran kedua bangsa itu. jadi mungkin Barnabaslah penulis surat Ibrani itu.

Namun, perlu mempertimbangkan beberapa hal, dimana Barnabas tidak pernah memberikan keterangan secara jelas mengenai dirinya dalam Ibrani 2:3. Keyakinan tradisi yang berkembangpun tidak pernah menjelaskan kepenulisan Barnabas. Selain itu kewibawaan nama Barnabas tidak dapat mendukung masuknya surat Ibrani ke dalam kanon PB – seperti adanya injil palsu yang juga memakai nama Barnabas.

.

Menurut Clement dari Alexandria, Lukas adalah penulis kitab ini. Dengan alasan, Lukas adalah teman perjalanan rasul Paulus dan mengoleksi akan seluruh khotbah-khotbah Paulus. Corak bahasa yang santun dan halus merupakan ciri khas kepenulisan dokter Lukas yang juga adalah seorang sastrawan.

Secara terkait kesusastraan Ibrani sangatlah mirip dengan kesusastraan Kisah Para Rasul. Terutama bentuk kesusastraan khotbah Stefanus (Kis 7). Meskipun secara kebangsaan Lukas bukan orang Yahudi, namun pola keagamaan Yahudi dikenalnya sebagai rekan seperjalanan dalam pekabaran injil bersama Paulus – Lukas banyak belajar darinya.

.

Martin Luther menyakini bahwa Apolos-lah penulis surat ini. Menurut Pernjanjian Baru Apolos adalah orang Yahudi, lahir di Alexandria, seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal kitab suci (Kis 18:24; 1 Kor 1:12; 3:4). Orang yang menulis surat Ibrani memahami benar akan isi kitab suci, dia fasih berbicara dan berpikir seperti lazimnya seorang Alexandria yang terpelajar. Orang yang menulis surat Ibrani adalah orang yang benar-benar seperti Apolos itu, baik dalam berpikir maupun dalam latar belakang hidupnya. Apolos adalah seorang yang sering mengutip akan septuaginta (LXX) di dalam setiap argument-argumennya – selain itu ia juga memiliki pengaruh yang besar di berbagai gereja.

.

Harnack seorang ilmuwan terkenal Jerman berpendapat bahwa penulis surat Ibrani mungkin adalah Akwila dan Priskila. Akwila adalah seorang guru (Kis 18:26). Rumah mereka di Roma di pakai untuk gereja (Rm 16:5). Menurut Harnack, karena kenyataan tentang Akwila dan Priskila itulah maka surat ini tidak diawali dengan ucapan salam. Akwila sebagai penulis utama surat Ibrani adalah seorang wanita dan wanita tidak diijinkan mengajar. Itulah sebabnya makan namanya tidak disebutkan sama sekali.

Bukti Internal

Beberapa bukti dari dalam surat Ibrani yang dapat menolong kita untuk “sedikit” memahami tentang penulis, meskipun masih ada keraguan disana-sini.

-      Penulis kemungkinan adalah seorang Yahudi. Sebab penulis sudah terbiasa dengan kitab-kitab Perjanjian Lama bahkan seluk-beluk Yudaisme dan kehidupan Yahudi di abad pertama.

-      Penulis bisa jadi telah mengetahui ilmu menafsir alkitab (hermeneutic) di abad pertama (midrash dan pesher).

-      Surat Ibrani tidak menyebut secara langsung penulis dan tujuan alamat penulis.

Beberapa argumentasi mendukung akan kepenulisan Paulus, khususnya merujuk pada Ibrani 2:3; 4:8, meskipun demikian beberapa teolog modern sulit untuk menghubungkan surat Ibrani dengan Paulus. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu;

-      Surat Ibrani ditulis tanpa nama sehingga sangat sulit untuk mengkonfirmasikan bahwa Paulus adalah penulis kitab ini. Hal ini mendapat angin segar di abad 19 para teolog konservatif berkeyakinan bahwa Paulus adalah penulis kitab ini. Mereka menganggap bahwa kemungkinan besar tidak dicantumkannya nama Paulus dalam surat Ibrani sebagai bentuk kerendahan hatinya sebagai rasul non Yahudi dan hal ini juga sebagai bentuk antisipasi ditolaknya surat Ibrani oleh orang Yahudi.

-      Perbedaan gaya tulisan mempersulit para teolog memberi dukungan terhadap kepenulisan Paulus.

-      Ciri khas dalam setiap tulisan Paulus adalah karakteristik pengalaman rohani Paulus. Dalam surat Ibrani karakteristik ini tidak ditemukan.

-      Adanya perbedaan teologi antara surat Ibrani dan surat-surat Paulus.

Pada akhirnya kita semua saran-saran ini kembali kepada apa yang dikatakan oleh Origenes bahwa “hanya Tuhanlah yang mengetahui siapa penulis surat ini”. Lebih dari itu kita harus mengucap syukur kepada Allah atas penulis tanpa nama ini yang telah menolong kita untuk melihat lebih dekat kepada Allah. Kita juga bersyukur pengarang ini memuat akan keindahan yang tanpa tara tentang Yesus yang adalah jalan ke sejati kepada Allah dan kebenaran-kebenaranNya.

Waktu Penulisan Kitab Ibrani

Meskipun kita tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa penulis surat ini, tetapi kita dapat melacak waktu penulisan surat ini. Bukti eksternal menyatakan bahwa surat ini ditulis pada abad pertama hal ini dikarenakan Clement dari Roma menggunakan surat ini kira-kira tahun 95 M.

Satu-satunya keterangan mengenai penulisan surat Ibrani terdapat di dalam surat itu sendiri. Yang jelas surat ini ditulis untuk orang-orang Kristen generasi kedua (2:3; 13:7). Kisahnya disampaikan oleh orang-orang yang telah mendengar ajaran Tuhan kepada penerima surat ini. Persekutuan Kristen yang menjadi alamat surat ini bukanlah orang-orang yang baru mengenal iman Kristen.

Beberapa bukti yang kuat tentang tahun penulisan kitab ini adalah di dalam kitab Ibrani tidak disebutkan tentang peperangan Yahudi (mulai tahun 66), selain itu persembahan di bait Allah masih terus dilakukan (8:4; 9:6; 12:27; 13:10), waktunya mungkin sebelum tahun 66 dan tentunya sebelum kejatuhan Yerusalem (tahun 70).

Penganiayaan disebutkan (12:4) tetapi orang-orang percaya “belum sampai mencucurkan darah”. Jika Italia menjadi tujuan dari surat ini, maka penganiayaan berdarah pada masa Nero (tahun 64 M) memberikan tanda bahwa surat ini ditulis sebelum peristiwa tersebut yaitu paling lambah pada pertengahan tahun 64 M. Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa surat ini kemungkinan besar ditulis antara tahun 63-65 M.

Penerima Surat

Surat ini tidak ditulis untuk suatu gereja besar – karena untuk suatu gereja yang besar pastilah nama tempatnya akan disebut. Namun, ternyata di dalam surat ini sama sekali tidak ada petunjuk mengenai hal itu.

Surat ini ditulis untuk suatu jemaat yang sudah lama berdiri (5:12) dan pernah  mengalami akan penganiayaan (10:32-34). Surat ini ditulis untuk suatu jemaat yang mempunyai sejarah yang besar dengan guru dan pemimpinnya yang besar (13:7). Surat ini dialamatkan kepada suatu jemaat yang tidak didirikan oleh penulis kitab secara langsung (2:3). Surat ini ditujukan kepada sebuah jemaat yang terkenal karena kemurahan hati dan keterbukaan warganya (6:10).

Di atas semuanya itu kita mempunyai satu petunjuk yang jelas dan tegas. Dalam salam penutupnya kita temukan ayat yang harusnya diterjemahkan demikian “terimalah salam dari semua saudara dari Italia” (13:24). Berdasarkan bunyi kalimat itu maka dapat dipastikan bahwa surat ini ditulis dari Italia atau kepada Italia. Kemungkinan besarnya surat ini ditulis kepada Italia dan bukan dari Italia.

Harus dikatakan bahwa surat ini secara pasti tidak ditujukan kepada gereja di Roma secara menyeluruh. Mengapa? Karena surat ini tidak ada judulnya. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa ada kesan yang kuat bahwa surat ini dialamatkan kepada sekelompok kecil orang yang mempunyai kesamaan pemahaman. Juga Nampak jelas bahwa surat ini ditujukan kepada sekelompok orang yang terpelajar.

Dari Ibrani 5:12 kita dapat mengetahui bahwa kelompok kecil ini telah lama menuntut pelajaran dan mempersiapkan diri untuk menjadi pengajar iman kristen. Lebih jauh dari itu surat Ibrani menuntut persyaratan pengetahuan tentang Perjanjian Lama sedemikian rupa sehingga tidak salah lagi untuk mengatakan bahwa surat ini ditulis oleh seseorang yang terpelajar untuk kelompok yang juga ingin belajar (terpelajar).

Tujuan Penulisan Surat

Menentukan maksud kitab sangatlah penting karena berhubungan secara langsung tentang bagaimana kita melihat atau nantinya menafsirkan akan ajaran-ajaran yang terdapat di dalam surat Ibrani itu sendiri.

·         Maksud pertama surat ini adalah untuk menunjukkan superioritas Kristus terhadap pola-pola yang dilakukan dalam Perjanjian Lama. Ini merupakan tantangan bagi orang Yahudi Kristen untuk meninggalkan pola ibadah lama, sebab ibadah Perjanjian Baru lebih tinggi. Yang utama bukanlah rasa tidak puas terhadap pola ibadah Perjanjian Baru melainkan kurangnya pemahaman terhadap ajaran kristen yang sebenarnya.

·         Peringatan terhadap kemurtadan akibat Yudaisme. Pada umumnya surat Ibrani merupakan peringatan terhadap kemurtadan akitab Yudaisme. Orang Yahudi menilai bahwa rekan sebangasanya yang telah menjadi Kristen tidak lagi peduli terhadap ajaran Yudaisme serta pola Perjanjian Lama. Akibatnya mereka mengucilkan orang Yahudi Kristen. Surat Ibrani ditulis supaya orang Yahudi Kristen dikuatkan imannya dalam menghadapi Yudaisme. Karena murtad yang sebenarnya bukanlah menyangkal Yudaisme tetapi menyangkal akan firman Tuhan (bdg Ib 6 dan 10:29)

·         Larangan membatasi Misi ke seluruh dunia. Orang kristen merasakan perlindungan di tengah rekan sebangsanya, meskipun harus mengalami akan tantangan dari rekan sebangsa yang memaksakan ajaran Yudaisme. Waktu itu agama Kristen belum mendapat persetujuan pemerintahan Romawi. Pemerintah Romawi menganggap bahwa agama Kristen merupakan bentuk agama yang mewarisi tradisi dan nilai-nilai agama Yahudi. Di samping alasan tersebut, bentuk ibadah di dalam PL menarik perhatian orang Yahudi Kristen. Surat Ibrani ditulis dengan maksud untuk mengingatkan bahwa bagian terpenting dalam iman Kristiani adalah memberitakan keselamatan kepada semua suku bangsa. Dan bukan zamannya lagi untuk mengingat bentuk pola ibadah Perjanjian Lama, sebab Kristus telah mendirikan sebuah dasar untuk bentuk ibadah baru.

·         Mencengah pengajaran Bidat. Surat Ibrani ditulis untuk mencegah ajaran sesat Gnostik Yahudi dan bidat yang merongrong ajaran Kristen. Kekristenan diperhadapkan ajaran berbagai aturan tentang makanan dan minuman serta ajaran Yudaisme dari bidat gnostic Yahudi. Di samping itu bidat Kolese mengajarkan bahwa malaikat adalah perantara Allah dan manusia serta memberikan ajaran bentuk ibadah kepada malaikat. Penulis surat Ibrani berusaha untuk menyanggah ajaran Gnostik Yahudi dan bidat Kolose dengan argumentasi superior Kristus disbanding para malaikat; ajaran tentang keselamatan dan pelbagai ajaran makan dan minum (Ib 13:9) serta adat upacara pembasuhan (Ib 9:10). Secara terperinci penulis menjawab masalah perantara Allah dan manusia (bdg Kol 2:18; Ib 1-4; 1-10) penulis memberikan penjelasan ibadah yang sejati. Surat Ibrani memberikan peringatan agar tidak murtad terhadap iman kristen. Dengan memperlihatkan supremasi Kristus serta sistem ibadah sejati sebagai dasar yang teguh bagi pembaca di tengah serangan ajaran sesat.

·         Peneguh dan penguat iman Kristen. Keyakinan mengenai tujuan kepenulisan yang dialamatkan kepada orang-orang Kristen Yahudi sebagai dasar dugaan bahwa surat Ibrani ditulis untuk meneguhkan dan menguatkan iman orang Kristen yang dianiaya. Penulis kitab menjelaskan Yesus Kristus sebagai penyataan Allah yang sempurna merupakan kegenapan nubuat dalam Perjanjian Lama. Kedatangannya untuk menetapkan Perjanjian Baru. Sehingga hal ini diharapkan para pembaca tertantang untuk mempertahankan iman percayanya. Penulis Ibrani menyajikan tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah Israel, tokoh-tokoh tersebut adalah pahlawan iman. Dengan merujuk kepada pasal 11, penulis ingin memberikan sebuah nasihat agar pembaca tetap setia di dalam Kristus. kemudian di lanjutkan dalam pasal 12 yang merupakan kata-kata kekuatan penulis agar pembaca sabar dalam menanggung tekanan dan aniaya.

Kata Kunci Kitab Ibrani

Keutamaan Kristus

Thema Kitab Ibrani

Bagi mereka yang telah mengaku sebagai orang Kristen, harus berhati-hati tentangnya adanya bahaya kemurtadan. Setelah menyatakan menerima Kristus, mereka mungkin dapat menolakNya dan kembali kepada agamanya yang bersifat ritual. Ini sama dengan menghianati Kristus, mengotori darah-Nya dan menghina Roh Kudus. Untuk dosa yang disengaja ini tidak ada pertobatan ataupun pengampunan.

Ada peringatan ulang dalam surat Ibrani untuk melawan dosa ini. Dalam Ibrani 2:1 hal ini digambarkan seperti “hanyut dibawah arus dari pesan Kristus”. Dalam 3:7-9 disebut sebagai dosa pemberontakan atau mengeraskan hati. Dalam 6:6 disebut murtad lagi. Dalam 10:25 disebut menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah. Dalam 10:26 disebut sengaja berbuat dosa. Dalam 12:16 disebut menjual hak keselungan untuk sepiring makanan dan akhirnya dalam 12:25 disebut menolak untuk mendengar Dia yang berbicara dari surga. Tetapi semua peringatan ini sebenarnya melawan aspek-aspek yang berbeda dari dosa yang sama – dosa murtad.

Garis Besar Kitab Ibrani

Kristus Pernyataan Diri Allah Yang Sempurna

-      Kata pengantar (Ib 1:1-4)

-      Superior Kristus di atas malaikat (Ib 1:5-14)

Kristus Tuhan Dan Juruselamat

-      Peringatan (Ib 2:1-4)

-      Kristus di dalam kemanusian-Nya (Ib 2:5-9)

-      Kesetiaan Yesus terhadap umat-Nya (Ib 2:10-18)

Yesus Pengantara Perjanjian Baru

-      Panggilan untuk setia (Ib 3:1-6)

-      Belajar dari kegagalan Israel (Ib 3:7-19)

Janji Perhentian

-      Waspada (Ib 4:1-3)

-      Perhentian di hari ketujuh (Ib 4:4-5

-      Perhentian yang lain (Ib 4:6-11)

-      Kuasa firman Tuhan (Ib 4:12-13)

-      Imam besar yang telah menang (Ib 4:14)

-      Imam besar yang empatik (Ib 4:15-16)

Superior Kristus Sebagai Imam Besar

-      Kualifikasi imam besar (Ib 5:1-4)

-      Panggilan keimamatan Kristus (Ib 5:5-10)

-      Ketidakdewasaan rohani (Ib 5:11-14)

Berpengang Teguh Pada Pengharapan

-      Menuju kepada kedewasaan rohani (Ib 6:1-2)

-      Bahaya kemurtadan (Ib 6:3-6)

-      Kehidupan yang bertumbuh (Ib 6:7-10)

-      Janji Allah ia dan amin (Ib 6:11-18)

-      Hidup dalam pengharapan (Ib 6:19-20)

Imam Besar Yang Superior

-      Keimamatan Allah (Ib 7:1-3)

-      Keimamatan anak Allah kekal (Ib 7:4-14)

-      Keimamatan anak Allah bukan berdasarkan peraturan duniawi (Ib 7:13-19)

-      Keimamatan anak Allah menjamin hidup orang percaya (Ib 7:20-22)

-      Keimamatan anak Allah abadi (Ib 7:23-25)

-      Karakteristik keimamatan Anak Allah (Ib 7:26-28)

Pelayanan Yang Superior

-      Pelayanan imam besar (Ib 8:1-6)

-      Perjanjian yang superior (Ib 8:7-13)

Keimamatan Dan Ibadah Yang Superior

-      Sistem ibadah dalam Perjanjian Lama (Ib 9:1-5)

-      Tata cara dalam ibadah Perjanjian Lama (Ib 9:6-10)

-      Kristus pengantara Perjanjian Baru (Ib 9:11-15)

-      Perjanjian dan wasiat (Ib 9:16-28)

Superior Korban Kristus

-      Efektivitas keimamatan yang superior (Ib 10:1-18)

-      Peringatan awal (Ib 10:19-25)

-      Peringatan yang meningkat (Ib 10:26-31)

-      Pembaharuan motifasi (Ib 10:32-39)

Para Saksi Iman

-      Pendahuluan (Ib 11:1-3)

-      Tanggapan terhadap iman (Ib 11:4-16)

-      Berbagai pengalaman iman (Ib 11:17-40)

Peringatan Terakhir

-      Pendahuluan (Ib 12:1-2)

-      Didikan dan hajaran Tuhan (Ib 12:3-9)

-      Kepenundukan diri terhadap didikan Tuhan (Ib 12:10)

-      Panggilan memperbaharui kehidupan rohani (Ib 12:11-17)

-      Peringatan terakhir (Ib 12:18-29)

Penutup

-      Nasehat dan doa (Ib 13:1-25)

Ayat-Ayat Terkenal Dalam Kitab Ibrani

Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat (Ib10:24-25)

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ib11:1)

Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa (Ib 2:17)

Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: ”Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun (Ib 3:7-8)

Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita (Ib 4;12)

Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab (Ib 4:13)

Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya (Ib 4:16)

Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga (Ib 7:26)

Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni (Ib 10:22)

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (Ib 11:6)

Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak (Ib 12:6)

Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya (Ib 12:11)

Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan (Ib 12:14)

Kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin (13:21)

Beberapa Bahan Rujukan

William Barclay “Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Surat Ibrani”, BPK Gunung Mulia, 2008

2

3

Posting Komentar untuk "Latar Belakang Kitab Ibrani"