Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Inspiratif Kristen Mengharukan - Michael Sattler Dan Istrinya Margaretha - Setia Sampai Akhir !!!

Kisah Inspiratif Kristen Mengharukan - Michael Sattler Dan Istrinya Margaretha - Setia Sampai Akhir !!!

Michael Sattler dilahirkan pada awal tahun 1490 di Stauffen di wilayah Breisgau, Jerman. Bahkan sejak ia masih muda, Michael sudah memiliki keinginan untuk melayani Tuhan.

Ia menjadi seorang pastur dan bergabung dalam biara Santo Petrus di wilayah Schwarzwald, 2 ketika ia masih berumur dua puluhan. Ia berkembang dengan pesat ditingkat kepemimpinan kebiaraan dan menjadi seorang Kepala biara laki-laki Benediktan di biara Santo Petrus.

Ada sesuatu yang mencemaskan hatinya. Michael segera mengetahui bahwa kecenderungan untuk minum-minuman keras dan keburukankeburukan lainnya menjadi hal yang umum di kalangan para pastur Gereja Katolik. Ia muncul sebagai seorang pemimpin pembaharuan.

Ia berusaha keras, dengan memberi teladan yang berkenan kepada Tuhan, supaya dapat membawa teman-temannya melakukan kehidupan yang diperbaharui. Bagi Michael, hal ini berarti menerapkan pengajaran-pengajaran Yesus dalam khotbah-Nya di bukit.

Pada bulan Mei 1525, Michael Sattler sampai pada suatu kesimpulan bahwa posisinya tidaklah Alkitabiah. Ia berada di posisi yang secara sosial memiliki hak-hak istimewa, yaitu seorang “biarawan Tuhan”. Namun, ia mengetahui bahwa kehidupannya tidak tetap konsisten dengan apa yang diyakininya.

Beberapa tahun kemudian, ia menyatakan bahwa ia meninggalkan biara karena sebuah “panggilan dari Tuhan.” Meskipun Michael mungkin dipengaruhi oleh Martin Luther atau pun Ulrich Zwingli, sangatlah menarik untuk dicatat bahwa dalam semua tulisannya ia tidak pernah memberikan penghargaan sekali pun atas keputusannya untuk meninggalkan Katolik.

Dalam suatu peristiwa, Michael meninggalkan biara, menikah dengan Margaretha yang sebelumnya adalah seorang biarawati yang terpaksa melarikan diri ke Swiss karena Raja Katolik Ferdinand I. berusaha membasmi semua musuh Gereja Katolik. Pada musim panas tahun 1525, Michael dan Margaretha tiba di wilayah Zürich, Swiss.

Sementara berada di sana, Michael bergabung dan berada di bawah pengaruh kelompok para orang percaya yang saat itu baru dibentuk yang disebut sebagai “Persaudaraan Swiss”.

Yang membentuk inti kelompok ini adalah Konrad Grebel , anak lelaki seorang anggota dewan kotapraja, Felix Mantz , anak tidak sah dari seorang pastur, dan Georg (Jörg) Blaurock, seorang mantan pastur Mereka semua memiliki pendidikan yang sangat baik. Bersama dengan Michael Sattler, mereka diajar dalam bahasa-bahasa Alkitab yang asli dan mereka adalah para pelajar Firman Tuhan yang bersemangat.

Mereka yakin bahwa keselamatan itu diperoleh oleh iman dalam pengorbanan penebusan Yesus yang menghasilkan ketaatan kepada Firman-Nya. Michael telah mendapatkan suatu semangat yang sama. Pada tanggal 6 November 1525, Michael terlibat dalam suatu perselisihan dengan Ulrich Zwingli.

Ini adalah pertikaian ketiga Zwingli dengan mantan murid-muridnya. Ia kehilangan kesabarannya. Hasilnya sangat jelas dan tanpa diragukan lagi. Michael dikucilkan dari Zürich dan dipaksa untuk berjanji di bawah sumpah bahwa ia tidak akan kembali lagi.

Michael dan Margaretha pergi ke Horb dan Rottenburg di wilayah Württemberg, Jerman. Di sana, Michael memberitakan Firman Tuhan kepada orang-orang yang setia, yaitu secara rahasia di hutan-hutan dan di rumahrumah pribadi mereka. Dari sana, ia melakukan perjalanan ke Kota Strassbourg di wilayah Alsace.

Di Strassbourg, Michael dan istrinya diterima dengan penuh kehangatan di rumah Wolfgang Capito, seorang pemimpin Protestan. Michael juga menjadi sahabat dekat Martin Bucer, seorang Reformator yang menonjol lainnya. Setelah melalui banyak diskusi yang saling menghargai dan berjalan dengan damai, sekali lagi Michael merasa bahwa posisinya tidak dapat dipertahankan lagi.

Di satu sisi, ia mempertimbangkan adanya kemungkinan bahwa para ahli teologi yang terpelajar ini dapat menyebabkan ia merubah pikirannya tentang apa saja yang dipercayainya. Bagi Michael, hal ini berarti suatu pengkhianatan terhadap Tuhan yang ia kasihi dengan segenap hati.

Dan ia harus tetap bertahan terhadap semuanya itu. Dalam nuraninya yang sehat, Michael tidak dapat berkompromi dengan masalah-masalah yang ia rasakan begitu kuat. Apa yang menjadi impiannya waktu ia bersama dengan Persaudaraan Swiss di Zürich, adalah sebuah gereja yang mandiri, yang terdiri dari orang-orang percaya yang dilahirkan kembali dan terpisah dari dunia.

Pandangannya secara total sangat aneh dibandingkan dengan pandangan Capito dan Bucer. Mereka memandang bahwa gereja terdiri dari jumlah penduduk dari suatu lokasi atau wilayah geografis. Mereka menolak posisi Michael dengan mengutip secara terusmenerus ayat 1 Timotius 1:5, ”Dan tujuan dari perintah itu adalah kasih.”

Singkat Cerita. Pada bulan Maret 1527, Michael dan Margaretha Sattler serta setidaknya 14 orang lainnya ditangkap dalam perjalanan pulang ke Horb. Tidak lama sesudah penangkapan ini, mereka dibawa ke menara di Binsdorf. Michael berada di sana hingga pengadilannya di kota Rottenburg pada tanggal 15 Mei.

Berikut ini adalah sebuah catatan dari pengadilannya, sebagaimana dilaporkan dalam buku yang terkenal yang berjudul “Martyrs Mirror” (“Cermin Para Martir”). Setelah pemeriksaan pengadilan yang begitu panjang dan dakwaandakwaan yang dituduhkan melawannya begitu banyak, Michael Sattler meminta supaya dakwaan-dakwaan tersebut dibacakan lagi kepadanya.

Dalam hal ini, juru sita yang mewakili sang Pangeran sebagai tuannya, menentang dan tidak memberikan izinnya. Michael Sattler kemudian memohon izin untuk berbicara. Setelah berkonsultasi, para hakim menjawab bahwa, jikalau para lawan Michael memberikan izin untuk berbicara, maka para hakim juga akan mengizinkannya.

Setelah itu, juru tulis kota Ensisheim, sebagai pengacara sang Pangeran, mengatakan, “Tuan-tuan yang bijak, terhormat, dan yang baik, Michael telah membual tentang Roh Kudus. Saat ini, jikalau bualannya itu memang benar, menurut saya, kita tidak perlu memberi Michael apa yang dia minta. Jika dia memiliki Roh Kudus sebagaimana yang ia bualkan itu, maka Roh Kudus tentu akan mengatakan kepadanya tentang apa yang telah terjadi di sini.” Terhadap hal itu, Michael Sattler menjawab, “Para hamba Tuhan, saya berharap permintaan saya tidak ditolak karena apa yang dikatakan dalam dakwaan-dakwaan tersebut tidaklah benar.”

 Juru tulis menanggapinya, “Tuan-tuan yang terhormat dan bijak, meski kami tidak berkewajiban untuk melakukan hal ini, namun agar dapat memberikan kepuasan, kami akan meluluskan permintaannya sehingga kita tidak dianggap tidak adil kepada dia terhadap bidahnya, biarlah dakwaan-dakwaan tersebut dibacakan kepadanya:

Dakwaan Menentang Michael Sattler

 Pertama, Michael dan para pengikutnya telah bertindak bertentangan dengan perintah-perintah Kerajaan.

Kedua, Michael telah mengajarkan, berpegang dan percaya bahwa tubuh dan darah Kristus tidak hadir dalam sakramen.

Ketiga, Michael telah mengajarkan dan percaya bahwa baptisan bayibayi tidak memberikan keselamatan.

Keempat, Michael dan para pengikutnya menolak sakramen pengurapan terakhir. Kelima, Mereka telah merendahkan dan mengutuk ibu Tuhan dan para santo. Keenam, Michael telah menyatakan bahwa manusia tidak boleh bersumpah di depan para pegawai pemerintah.

Ketujuh, Michael telah memulai suatu kebiasaan baru dan belum pernah terdengar sebelumnya berkaitan dengan Perjamuan Tuhan, yaitu menaruh roti dan anggur di sebuah piring, kemudian memakan dan meminumnya.

Kedelapan, Michael telah meninggalkan biara dan menikah.

Kesembilan, Michael mengatakan jika seandainya orang-orang Turki menyerang negeri ini, maka kita tidak perlu memberikan perlawanan kepada mereka; dan jika seandainya memang harus berperang, maka ia akan lebih senang berperang melawan orang Kristen daripada orang Turki. Tentu saja hal ini menjadi suatu masalah yang besar, yaitu mendahulukan musuh iman kita daripada kita.

Jawaban Michael

 Setelah itu, Michael Sattler memohon izin untuk berunding dengan para saudara seiman yang menanggungnya. Setelah berunding dengan mereka sebentar, Michael tanpa rasa takut memberikan jawabannya sebagai berikut: “Berkaitan dengan tuduhan yang diajukan kepada saya dan para saudara seiman saya, dengarlah jawaban singkat saya:

Pertama, kami tidak mengakui bahwa kami telah bertindak secara bertentangan terhadap perintah-perintah Kerajaan karena kerajaan berkata bahwa pengajaran dan khayalan Lutheran tidak boleh diikuti melainkan hanya Injil dan Firman Tuhan saja. Inilah yang kami pegang; kami tidak menyadari bahwa kami telah bertindak bertentangan dengan Injil dan Firman Tuhan; saya hanya memohon akan kata-kata Yesus Kristus.

Kedua, kami mengakui bahwa tubuh fisik Kristus tidak nyata dalam sakramen karena Kitab Suci mengatakan: Yesus Kristus telah naik ke surga, dan duduk di sebelah kanan Bapa surgawi, dan dari sana Ia akan datang untuk mengadili yang hidup dan yang mati. Dari pernyataan itu sudah jelas, bahwa Ia sedang berada di surga dan tidak di dalam roti. Tubuh-Nya tidak dimakan secara fisik. Markus 16:19; Kisah Para Rasul 1:9; Kolose 3:1; Kisah 10:42; 2 Timotius 4:1

Ketiga, mengenai baptisan kami mengatakan: Baptisan bayi atau anak-anak tidak bermanfaat bagi keselamatan karena Firman Tuhan mengatakan bahwa kita hidup oleh iman saja. Sekali lagi; Ia yang percaya dan dibaptis yang diselamatkan.

Petrus mengatakan hal yang sama; baptisan yang menyelamatkan kita bukanlah sesuatu yang menunjuk pada pembersihan kotoran jasmani, melainkan jawaban dari hati nurani yang baik terhadap Tuhan, berdasar atas kebangkitan Yesus Kristus. Roma 1:17; Markus 16:16; 1 Petrus 3:21.

Keempat, kami tidak menolak minyak pengurapan tersebut, karena minyak itu adalah ciptaan Tuhan dan apa yang telah Tuhan buat adalah baik dan tidak boleh ditolak. Namun, bahwa Paus, para uskup, para rahib, dan para pastur menjadikan minyak tersebut sebagai sesuatu yang lebih baik, kami tidak percaya karena Paus tidak pernah menjadikan sesuatu lebih baik. Surat Yakobus tidak berbicara tentang minyak Paus. Kejadian 1:11; 1 Timotius 4:4; Yakobus 5:14.

Kelima, kami tidak mengutuk ibu Tuhan dan tidak mengutuk orangorang kudus; karena ibu Yesus Kristus diberkati di antara semua wanita. Dia yang mendapatkan karunia melahirkan sang Juruselamat. Tetapi Kitab Suci sama sekali tidak mengatakan bahwa ia adalah seorang penengah dan pembela. Ia harus bersama-sama dengan kita menantikan pengadilan Tuhan.

Paulus mengatakan kepada Timotius: Kristus adalah satu-satunya Pengantara dan Pembela kita dengan Tuhan. Berkaitan dengan para santo, kami percaya bahwa kita yang hidup dan percaya adalah orang-orang kudus yang saya buktikan dengan surat Paulus kepada orang percaya di Roma, Korintus, dan Efesus, dan di tempat-tempat lain. Ia selalu menulis: Kepada orang-orang kudus yang terkasih.

Karena itu kita percaya bahwa kita adalah orang-orang kudus, sedangkan mereka yang telah meninggal di dalam iman dianggap sebagai yang terberkati. Lukas 1:28; Matius 1:21; 1 Timotius 2:5; 1 Korintus 1:2; Efesus 1:1; Wahyu 14:13.

Keenam, kami berpegang bahwa kami tidak boleh bersumpah di hadapan para penguasa. Karena Tuhan berfirman: Janganlah bersumpah, tetapi katakanlah 'ya' jika 'ya' dan 'tidak' jika 'tidak'. Matius 5:34; Yakobus 5:12.

Ketujuh, pada saat ketika Tuhan memanggil saya untuk menyaksikan Firman-Nya, saya telah membaca surat-surat Paulus, serta mempertimbangkan keadaan saya yang yang tidak menurut ajaran Kristus, dan saya menyadari kemegahan, kesombongan, korupsi, serta segala kekejian dan kenajisan percabulannya yang biasa di antara para rahib dan pastur.

Oleh karena itu, saya meninggalkan semuanya dan menikah menurut perintah Tuhan. Paulus bernubuat tentang hal-hal ini kepada Timotius, yaitu bahwa di waktu-waktu mendatang akan tiba saatnya laki-laki dilarang untuk menikah, menjauhkan diri dari makanan yang telah Tuhan ciptakan yang diterima dengan ucapan syukur. 1 Korintus 7:2; 1 Timotius 4:3.

Kedelapan, Jikalau orang-orang Turki datang, kami tidak harus melawan mereka, karena ada tertulis: Janganlah kamu membunuh. Kita tidak harus mempertahankan diri kita sendiri dengan melawan mereka atau pun penganiaya-penganiaya kita yang lain. Melainkan, kita seharusnya mencari Tuhan dengan doa yang sungguh-sungguh untuk menolak dan menahan mereka. Namun, saya telah katakan, jika

seandainya peperangan tersebut terjadi, maka saya akan lebih senang melawan mereka yang hanya disebut sebagai orang Kristen, yang menganiaya, menangkap dan membunuh orang Kristen yang sejati, daripada melawani orang Turki. Inilah alasannya, karena orang Turki adalah orang Turki sejati yang sama sekali tidak mengetahui tentang iman Kristen; dan mereka hidup menurut keinginan daging. Sedangkan kalian semua mengaku sebagai orang Kristen yang membual tentang Kristus, namun menganiaya para saksi Kristus yang saleh. Jadi kalian adalah orang Turki dalam roh.

Kesimpulan: Para pelayan Tuhan yang saya hormati. Saya mengingatkan kalian untuk mempertimbangkan tugas dan maksud yang telah ditetapkan oleh Tuhan bagi kalian, yaitu untuk menghukum yang jahat, dan mempertahankan serta melindungi yang saleh.

Kami sama sekali tidak pernah bertindak bertentangan dengan Tuhan dan Injil. Kalian juga akan mengetahui bahwa saya maupun saudarasaudara seiman saya tidak pernah menyinggung pihak penguasa baik dalam kata-kata maupun perilaku kami. Oleh karena itu, hai para pelayan Tuhan, jikalau kalian belum mendengar atau membaca Firman Tuhan, mintalah bantuan kepada orang-orang yang telah mempelajarinya dan yang mengetahui tentang Kitab Suci, apa pun bahasanya.

Biarlah mereka berdiskusi dengan kami dalam Firman Tuhan. Jika mereka mendapati kami bersalah dan berada dalam kesalahan berdasarkan Kitab Suci, maka kami akan dengan senang hati berhenti dan mengaku bersalah serta dengan rela menerima dakwaan dan hukuman karena pokok-pokok dakwaan itu.

Namun, jikalau tidak ada kesalahan yang dapat dibuktikan sedemikian rupa, saya berharap kepada Tuhan bahwa kalian semua akan dipertobatkan dan menerima petunjuk.” Kisah Para Rasul 25:8; Roma 13:4; Kisah Para Rasul 25:11.” Atas jawaban Michael ini, para hakim semua tertawa, menggeleng-gelengkan kepala.

Juru tulis kota Ensisheim mengatakan: “Aduh, engkau yang memiliki nama buruk, bajingan yang menyedihkan merangkap rahib, akankah kami berdebat denganmu? Sang algojo yang akan berdebat denganmu, saya menjamin hal itu!” Michael mengatakan, “Kehendak Tuhan terjadilah.” Juru tulis kota menjawab: ”Lebih baik kalau kamu tidak pernah dilahirkan.” Michael menimpali, “Tuhan tahu apa yang baik.”

Juru tulis kota, “Engkau penganut ajaran sesat, engkau telah membujuk orang yang saleh; sekarang mereka harus meninggalkan kesalahan mereka dan menerima anugerah.” Michael, “Kasih karunia hanyalah milik Tuhan sendiri.” Salah seorang dari tahanan juga mengatakan, “Kita juga tidak boleh menjauh dari kebenaran tersebut.” Juru tulis kota; “Engkau bajingan yang menyedihkan dan kepala ajaran sesat.

Saya katakan kepadamu jikalau tidak ada orang yang mau menggantungmu di sini maka saya sendiri yang akan menggantungmu dan menurut saya, saya telah melakukan pelayanan bagi Tuhan.” Michael, “Tuhan akan menghakimi dengan benar.” Sesudah itu, Juru tulis mengatakan kata-kata dalam bahasa Latin; apa yang dikatakannya itu kami tidak mengerti.

Michael Sattler menjawabnya, “Judica!” Juru tulis kota kemudian menegur para hakim dan berkata, “Ia tidak akan berhenti dari pembicaraan ini hari ini; oleh karena itu Yang Mulia Tuan Hakim, teruskanlah dengan dakwaan tersebut, saya akan menyerahkannya kepada hukum.”

Sang hakim lantas bertanya kepada Michael Sattler apakah ia juga menyerahkannya kepada hukum. Ia menjawabnya, ”Para pelayan Tuhan yang saya hormati. Saya tidak diutus untuk menghakimi Firman Tuhan. Kami diutus untuk menjadi saksi terhadap Firman Tuhan. Oleh sebab itu, masalah ini tidak dapat diserahkan kepada hukum, karena kami tidak memiliki perintah dari Tuhan tentang hal tersebut.

Tetapi jika kami tidak dapat dibebaskan dari ranah hukum, kami sudah siap untuk menderita demi Firman Tuhan; apa pun penderitaan-penderitaan yang akan ditimpakan atas kami. Semua itu demi iman kami di dalam Yesus Kristus Juruselamat kami dan sepanjang nyawa kami ada pada kami; kecuali jikalau kami dilarang untuk melakukannya oleh Kitab suci.” Juru tulis kota mengatakan, “Sang algojo akan meyakinkanmu; ia akan berdebat dengan kamu, penganut ajaran sesat!” Michael, “Saya naik banding kepada Alkitab.”

Kemudian, para hakim berdiri dan pergi ke ruangan yang lain. Mereka berada di ruangan tersebut selama satu setengah jam kemudian memutuskan vonis. Pada saat yang bersamaan, beberapa orang di ruangan itu memperlakukan Michael tanpa mengenal ampun dan mencelanya.

Salah seorang dari mereka mengatakan, “Keinginan apakah yang ada padamu dan juga pada yang lainnya, hingga engkau telah merayu mereka?” Kemudian ia menghunus pedang yang terletak di atas meja dan berkata, “Lihat, dengan pedang ini mereka akan berdebat dengan kalian.”

Namun, Michael tidak menjawab sepatah kata pun mengenai orang ini. Dengan sabar, ia bertahan atas semuanya. Salah seorang dari tahanan berkata, “Kami tidak boleh melemparkan mutiara kepada babi.” Matius 27:14; 7:6 Michael juga ditanya mengapa ia tidak terus menjadi seorang kepala di biara tersebut.

Michael menjawab, “Secara daging saya dahulu adalah seorang kepala; memang, keadaan sekarang ini lebih baik.” Ia hanya menjawab kata-kata yang dicatat di sini, dan semuanya ia berkata tanpa ketakutan. Para hakim telah kembali ke dalam ruangan dan vonis dibacakan, “Dalam kasus antara Yang Mulia Tuan Gubernur melawan Michael Sattler, hukuman telah ditetapkan yaitu Michael Sattler dihukum mati dan dia dibawa ke tempat eksekusi, dipotong lidahnya kemudian tubuhnya dilemparkan ke dalam sebuah gerbong besi di mana tubuhnya dijepit sebanyak dua kali dengan penjepit panas yang merah membara.

Setelah itu ia dibawa ke luar pintu gerbang dan di sana ia dijepit lima kali dengan cara yang sama.” Setelah semua hukuman itu dilakukan, tubuhnya dibakar hingga menjadi abu sebagai orang yang sesat. Para pengikutnya yang laki-laki juga dihukum mati dengan menggunakan pedang sedangkan para pengikut wanitanya ditenggelamkan.

Istri Michael, sesudah berkali-kali dimohonkan, diperingatkan dan diancam; di mana ia tetap berdiri teguh, akhirnya dia ditenggelamkan juga beberapa hari setelah itu. Eksekusi itu dilakukan pada tanggal dua puluh satu Mei tahun 1527.

Masih ada banyak lagi yang dapat dikatakan tentang eksekusi Michael Sattler. Menurut seorang prajurit yang masih muda yang bernama Klaus von Graveneck, setelah lidahnya terpotong, Michael masih dapat berbicara dengan jelas.

Klaus melaporkan, “Pertama di taman kemudian di tempat eksekusi, Michael berdoa untuk para algojo yang mengeksekusinya dan ia juga mendorong yang lainnya untuk berdoa bagi mereka sampai pada akhirnya ia berbicara, Tuhan Mahabesar yang kekal.

Engkau adalah jalan dan kebenaran, dan karena saya tidak diajarkan yang sebaliknya oleh seorang pun maka dengan pertolongan-Mu saya akan menyaksikan kebenaran tersebut hari ini dan memeteraikannya dengan darah saya.

Margaretha Mengikuti Suaminya

Margaretha adalah seorang wanita yang halus dan tenang. Pihak penguasa tidak memiliki keinginan untuk memberikan vonis kepadanya. Sang Pangeran menerima banyak surat yang memohon kemurahan dan belas kasih.

Banyak orang yang meminta pihak penguasa untuk membebaskan Magaretha jikalau ia dapat diyakinkan untuk meninggalkan 'kebodohannya' ini. Bahkan sang Putri dari Zollern berusaha untuk menyelamatkan kehidupannya dengan mendorong Margaretha untuk mengakui dan menolak kesalahannya.

Magaretha menghentikan doanya sesaat dan ia mengangkat kepalanya ketika ia mendengar langkah-langkah kaki. Pintu-pintu kayu yang berat dari sel penjara berderit dan menimbulkan perasaan ngeri. Seorang perempuan muda yang berpakaian sangat bagus dan penuh dengan keagungan masuk ke dalam sel Margaretha.

Dua orang serdadu pengawalnya berdiri dengan sikap siaga di pintu. Margaretha bangkit dan menyapanya dengan sebuah senyuman yang penuh dengan kehangatan. Sang Putri tertegun dan terpaku dengan ketenangan Margaretha. Setelah sebuah perkenalan yang singkat, ia menyatakan maksud dari kunjungannya itu.

“Saya datang untuk menolong kamu.” “Terima kasih atas kedatangan Yang Mulia.” Sapaan Margaretha sungguh memberikan semangat dan dorongan. ”Saya datang untuk memberitahu bahwa hidupmu dapat diselamatkan,” lanjut sang Putri. “Sang Pangeran tidak senang menyaksikan engkau akan ditenggelamkan.

Ia hanya memohon supaya engkau mau meninggalkan kebodohan ini. Engkau bisa pergi dari tempat yang menakutkan ini pada hari ini juga, jika engkau mau bekerja sama.” Nada suaranya dipenuhi dengan permohonan. “Engkau tidak akan sendirian. Beberapa orang yang lain telah mengakui kesalahannya dan dibebaskan.”

Dengan ragu-ragu, sang Putri berbisik, “Apakah engkau sadar bahwa suamimu sudah meninggal?” Mata Margaretha berair. “Aduh, tetapi ia tidak meninggal! Ia benar-benar hidup dan bersama dengan Tuhan yang ia kasihi. Saya hanya berharap kiranya saya juga bersama dengan dia dalam api tersebut.

Namun pikirkanlah! Hanya beberapa hari lagi dan saya akan bersama-sama dengan dia dalam kehadiran Tuhan kami. Terima kasih atas usaha, sang Putri, untuk menolong, namun saya tidak dapat meninggalkan Tuhan saya. Saya hanya berharap untuk dapat menolong sang Putri untuk mengenal siapa Yesus. Ia dapat menjadi Juruselamat sang Putri juga!”

Sang Putri tersebut berhenti. Ia hampir merasa iri terhadap wanita ini. Tampaknya rasa kasihan dan keinginan untuk membebaskannya sedang bertiup ke arah yang salah. Sang Putri merasa semakin ingin menyelamatkan wanita ciptaan Tuhan yang sungguh luar biasa ini.

“Margaretha,” suaranya begitu lembut, “Saya ingin menolongmu. Saya tahu bahwa engkau tidak akan mengakui kesalahanmu. Namun, jikalau...” ia ragu-ragu. “Mungkin saya dapat meyakinkan suami saya untuk membebaskanmu, hanya jikalau engkau berjanji untuk tidak membagikan kepercayaanmu kepada orang lain.

Apakah engkau ingin melakukan hal ini? Jika engkau mati, memang engkau tidak akan dapat membagikannya kepada orang lain.” Margaretha tersenyum, “Sang Putri tidak mengerti. Selama saya masih bernafas, saya harus menceritakan Injil mengenai Yesus.” Tepat beberapa hari sesudah hukuman mati Michael, Margaretha dengan penuh keberanian membiarkan dirinya sendiri dibawa ke sungai Neckar dan ditenggelamkan di sana.

Disadur dari Buku “Setia Sampai Mati” karya Dave Esh dan diterjemahkan oleh ini ini

Posting Komentar untuk "Kisah Inspiratif Kristen Mengharukan - Michael Sattler Dan Istrinya Margaretha - Setia Sampai Akhir !!!"