Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saat Teduh - Renungan Harian; 2 Korintus 2:14 (Oswald Chambers)

 

Saat Teduh - Renungan Harian; 2 Korintus 2:14 (Oswald Chambers)

syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana. Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa. (2 Korintus 2:14).

Sukacita Paulus ialah bahwa Allah menangkapnya ketika ia menjadi seorang pemberontak yang terang-terangan melawan Yesus Kristus dan menjadikannya seorang tawanan. Hal itulah yang menjadi tujuannya, sukacitanya, menjadi seorang tawanan Tuhan, dan dia tidak mempunyai kepentingan lain di surga ataupun di bumi.

Sudut Pandang yang Benar Seorang Hamba Tuhan

Perspektif atau sudut pandang yang benar dari seorang hamba Allah janganlah sekadar mendekati yang tertinggi sebagaimana ia mampu, tetapi haruslah mencapai yang tertinggi.

Berhati-hatilah agar Anda tetap bersemangat mempertahankan perspektif Allah, dan ingatlah bahwa hal itu harus dilakukan setiap hari, sedikit demi sedikit. Jangan berpikir pada suatu tingkat yang terbatas. Tidak ada pengaruh luar yang dapat menyentuh perspektif yang benar ini.

Perspektif yang benar yang harus dipertahankan ialah bahwa kita hidup di sini hanya untuk satu maksud -- menjadi tawanan yang berbaris dalam arak-arakan/prosesi kemenangan Kristus.

Kita tidak berada di lemari pajangan Allah -- kita ada di sini untuk mempertunjukkan satu hal: “menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (lih. 2 Korintus 10:5). Alangkah sempitnya perspektif lainnya!

Misalnya, seseorang berkata, “Aku berdiri sendiri berjuang untuk Yesus,” atau “Aku harus memelihara tujuan Kristus dan mempertahankan benteng ini untuk-Nya,” tetapi apa yang sesungguhnya Paulus katakan, “Aku ada dalam arak-arakan seorang penakluk, dan tidaklah menjadi soal apa pun kesulitannya, karena aku selalu dipimpin dalam kemenangan.” Apakah gagasan ini hidup secara praktis dalam diri kita?

Rahasia sukacita Paulus ialah bahwa Allah menangkapnya ketika ia menjadi seorang pemberontak yang terang-terangan melawan Yesus Kristus dan menjadikannya seorang tawanan -- dan itulah yang menjadi tujuannya.

Adalah sukacita Paulus untuk menjadi seorang tawanan Tuhan dan dia tidak mempunyai kepentingan lain, baik di surga maupun di bumi. Adalah suatu yang kurang tepat bagi seorang Kristen untuk mengatakan berupaya memperoleh kemenangan.

Kita seharusnya secara penuh dimiliki oleh Sang Pemenang sehingga kemenangan-Nya menjadi kemenangan kita, dan “kita lebih daripada orang-orang yang menang melalui Dia ...” (Roma 8:37).

“Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus”. Kita bergerak maju dengan bau harum dari Yesus, dan ke mana pun kita pergi, kita adalah kesegaran (refreshment) yang ajaib bagi Allah.

Refleksi Untuk Kita Semua

Sukacita adalah kepuasan dan kepuasan yang mendalam dalam pribadi Yesus Kristus yang tersalib itu dan semua yang telah Dia lakukan bagi kita. Kesenangan, kebahagiaan, kepemilikan, reputasi dan keadaan semuanya akan berubah, tetapi Yesus dan sukacita-Nya tidak akan pernah berubah. Rick Cowan

Di dalam kitab Kisah Para Rasul khususnya dalam pasal 9 dan pasal-pasal lainnya, kisah sedikit berubah dengan menceritakan seorang pendatang baru, Saulus menjadi Paulus. Dia bukan dari rombongan murid-murid Yesus Kristus, dia tidak disebutkan di dalam kitab Injil dan untuk pertama kalinya kita baca kisahnya di dalam kitab Kisah Para Rasul.

Kita disuguhkan tentang bagaimana Ia ditangkap oleh Yesus Kristus sewaktu perjalanannya ke Damsyik – titik awal kehidupan baru Paulus dalam Kristus di mulai. Perjumpaannya dengan Kristus membuat dirinya menemukan kehidupan baru, kesenangan baru dan sukacita yang baru di dalam Kristus – Kristus adalah sumber dan tujuan sukacitanya, tidak hanya untuk Paulus, Kristus juga adalah sumber dan tujuan sukacita Kekristenan kita.

Sukacita Paulus tidak dibangun diatas kepemilikan, situasi dan kondisi yang Ia alami – sukacitanya di bangun di atas dasar Yesus Kristus. Tidak ada hal lain yang membuatnya bersukacita selain daripada peristiwa penangkapan Kristus terhadap dirinya, dengan kata lain Kristus membawa Paulus kembali ke kehidupan yang sebenarnya dan sesuai dengan rancangan Allah.

Sepanjang kita membaca kitab Suci dan melihat lebih dekat bagaimana Paulus memberi diri untuk memuliakan Kristus, rasanya apa yang dikatakan oleh Oswald Chambers tentang “tawanan Kristus” menjadi nyata dan dihidupi olehnya - Saya sudah disalibkan bersama dengan Kristus: dan yang hidup bukan lagi saya, melainkan Kristus yang hidup di dalam saya. Sedangkan hidup yang sekarang saya miliki dalam tubuh saya ini adalah hasil iman saya kepada Anak Allah, yang mengasihi saya dan memberikan diri-Nya sendiri bagi saya (Gal 2:20 FAYH).

Perjumpaan kita dengan Kristus semestinya mengubah akan arah kehidupan, mengubah akan arah kehidupan sukacita kita dan kita adalah tawanan-Nya – tawanan yang tidak memiliki kepentingan pribadi, tetapi membangun dan mengupayakan akan kepentingan Tuannya.

Lalu apa yang membuat Paulus dan kita semua bersukacita menjadi tawanan-Nya? Ia telah memberi dirinya untuk kita di salib. Inilah kehidupan Kekristenan tidak ada hal yang membuat kita untuk berdalih dan menganggap kita bisa sendiri tanpa-Nya – di dalam itu semua Ia adalah motor penggerak sukacita Kekristenan kita.

Sukacita kita adalah produk Roh Kudus, Sukacita kita adalah hasil atau buah dari kedekatan kita dengan diri-Nya. Karena sukacita Kekristenan tidak muncul secara alamia, tetapi merupakan tindakan yang disengaja dan direncanakan maka kita perlu untuk mempertahankan akan kehidupan yang bersukacita itu setiap harinya di dalam Kristus melalui firman-Nya dan doa.

Hingga akhirnya bersukacita menjadi tawanan Kristus adalah dambaan hati kita setiap harinya dan dambaan itu pula yang ingin kita bagikan kepada setiap orang - “Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus. Jika Allah adalah sukacita Kekristenan kita, maka Kristus adalah gambar sempurna sukacita yang kita lihat di dalam kemanusiaan-Nya.

Posting Komentar untuk "Saat Teduh - Renungan Harian; 2 Korintus 2:14 (Oswald Chambers)"