Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Harian - Saat Teduh Matius 28:18-19 (Oswald Chambers)

 

Renungan Harian - Saat Teduh Matius 28:18-19 (Oswald Chambers)

Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku ....” — Matius 28:18-19

Kunci bagi pengabar Injil ialah otoritas Yesus Kristus sebagai Tuhan yang berdaulat dan berkuasa mutlak atas murid-murid-Nya. Jika saya ingin mengenal kedaulatan Kristus, saya sendiri harus mengenal Dia secara pribadi dengan meluangkan waktu untuk menyembah Dia yang mengutus saya -- yang menetapkan pengutusan tersebut.

Kunci Bagi Pengabar Injil

Kunci bagi pengabar Injil ialah otoritas Yesus Kristus, bukannya kebutuhan orang-orang yang terhilang. Kita cenderung memandang Tuhan sebagai sosok yang membantu kita dalam usaha keras kita bagi Allah. Namun, Tuhan menempatkan diri-Nya sebagai Tuhan yang berdaulat dan berkuasa mutlak atas para murid-Nya.

Dia tidak berkata bahwa orang-orang yang terhilang itu tidak akan selamat bila kita tidak pergi (mengabarkan Injil) -- Dia hanya berkata, “Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku ....” Dengan kata lain, Dia berkata, “Pergilah dengan landasan kebenaran yang diwahyukan mengenai kedaulatan-Ku; ajarkan dan beritakanlah dari pengalaman hidupmu mengenai Aku.”

“Kesebelas murid itu berangkat ... ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka” (Matius 28:16). Jika saya ingin mengenal kedaulatan Kristus, saya sendiri harus mengenal Dia secara pribadi. Saya harus meluangkan waktu untuk menyembah Dia yang mengutus saya. Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku ...” -- itulah tempat untuk menjumpai Yesus -- “semua yang letih lesu dan berbeban berat ...” (Matius 11:28) -- dan betapa banyak pelayan Tuhan atau pemberita Injil yang berbeban berat!

Kita sering mengabaikan kata-kata ajaib Penguasa semesta ini, tetapi itulah kata-kata Yesus kepada para murid-Nya yang juga ditujukan untuk masa kini.

“Karena itu, pergilah ....” “Pergi” secara sederhana berarti hidupi dan hayati. Kisah Para Rasul 1:8 merupakan lukisan tentang cara untuk pergi. Yesus dalam ayat ini tidak berkata, “Pergilah ke Yerusalem, Yudea, dan Samaria,” tetapi “kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku (di semua tempat ini).” Jadi, Dia sendirilah yang menetapkan pengutusan tersebut.

“Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu ...” (Yohanes 15:7) -- itulah cara untuk memelihara tugas pengutusan tersebut. Di mana kita ditempatkan tidaklah penting bagi kita karena Allah sendiri yang merancang pengutusan kita. “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asalkan saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku ...” (Kisah Para Rasul 20:24). Itulah cara memelihara tugas pengutusan tersebut sampai kita meninggalkan kehidupan ini.

Refleksi Bagi Kita Semua

Kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang tidak berjalan seorang diri – setelah kita menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat serta Tuan di atas semua yang dipertuan, kita tidak lagi hidup untuk diri sendiri. Kita hidup bagi Dia, kita bergerak bagi Dia dan untuk kemuliaan nama-Nya.

Semua aspek kehidupan kita adalah milik Dia – tidak ada ruang dimana kita berkata bahwa ini milikku dan ini milik-Mu, dalam hal ini Paulus menuliskan dengan begitu indah bagi kita semua dengan berkata – “Sekarang bukan lagi saya yang hidup, tetapi Kristus yang hidup dalam diri saya. Hidup ini yang saya hayati sekarang adalah hidup oleh iman kepada Anak Allah yang mengasihi saya dan yang telah mengurbankan diri-Nya untuk saya (Gal 2:20).

Kristus telah menguasai hidup kita – Kristus telah menguasai apapun yang dapat kita lakukan atau dapat kita capai dengan kekuatan kita, termasuk apapun yang kita lakukan bagi nama-Nya. Ketika Dia menguasai hidup kita dan kita mengalami-Nya secara pribadi – kita akan semakin puas dengan Dia dan terus bergairah untuk mengenal Dia.

Kerinduan, Hasrat dan keinginan kita untuk mengenal dan mengalami Dia secara pribadi jauh lebih penting dari apa yang dapat kita lakukan bagi Dia - Akulah pohon anggur, dan kalian cabang-cabangnya. Orang yang tetap bersatu dengan Aku dan Aku dengan dia, akan berbuah banyak; sebab tanpa Aku, kalian tak dapat berbuat apa-apa (Yoh 15:5 BIMK).

Cabang-cabang tidak dapat bertumbuh atau menghasilkan buah jika tidak melekat pada pokok anggur itu, begitupun dengan kehidupan kekristenan kita – hal pertama dan utama yang perlu kita bangun di sebelum kita menjadi saksi bagi Dia adalah mengenal, berakar, bertumbuh dan melekat di dalam Dia.

Untuk mengenal, berakar, bertumbuh dan melekat di dalam Dia kita perlu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kita untuk berada di dalam Dia, sebab tidak ada hal yang lebih besar dan lebih bergairah selain menikmati Dia di dalam waktu-waktu pribadi kita.

Beberapa tokoh di dalam alkitab memberi tahu kita bahwa kesibukan tidak dapat menghalangi mereka untuk bertemu dengan Allah, tujuannya tidak lain adalah untuk mengenal Dia dan untuk mengalami Dia - Ketika Daniel mendengar mengenai hal itu, ia pulang dan berlutut di rumahnya di kamar atas. Kamar itu mempunyai jendela yang terbuka menghadap Yerusalem. Daniel tetap berdoa dan mengucap syukur kepada Allahnya tiga kali sehari, sebagaimana kebiasaannya (Dan 6:10 FAYH).

Dan TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya; kemudian kembalilah ia ke perkemahan. Tetapi abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda, tidaklah meninggalkan kemah itu (Kel 33:11). Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ (Mat 14:23).

Menyadari bahwa Ia adalah pemilik sepenuhnya pelayanan ini dan tanpa Dia apapun yang kita lakukan bagi Dia tidak akan berhasil menyadarkan kita untuk kembali kepada-Nya dan melekat pada-Nya. Sebelum kita membangun hati untuk melayani atau bersaksi tentang Dia bagi orang lain, maka terlebih dahulu kita perlu membangun hati kita kepadaNya, puas dengan-Nya dan itu perlu bertumbuh setiap harinya.

 

Posting Komentar untuk "Renungan Harian - Saat Teduh Matius 28:18-19 (Oswald Chambers)"