Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saat Teduh - Renungan Harian; 2 Korintus 5:17 (Oswald Chambers)

 

Saat Teduh - Renungan Harian; 2 Korintus 5 17 (Oswald Chambers)

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. — 2 Korintus 5:17

Ketika lahir kembali, Roh Kudus mulai mengerjakan ciptaan-Nya yang baru dalam kita dan akan datang waktunya tidak ada lagi dari hidup lama kita yang tersisa.

Bagaimanakah kita dapat memperoleh suatu kehidupan yang tidak ada hawa nafsu, pementingan diri, tidak mudah tersinggung, menaruh kasih yang “murah hati, tidak pemarah, dan tidak menyimpan kesalahan orang lain”?

Tidak Ada Lagi Hidup Lama!

Tuhan tidak pernah bertoleransi dengan prasangka kita. Dia langsung menentang dan mematikannya. Kita cenderung berpikir bahwa Allah mempunyai perhatian istimewa terhadap prasangka tertentu kita, dan merasa sangat yakin bahwa Dia tidak akan berurusan dengan kita seperti Dia harus berurusan dengan orang lain.

Kita bahkan berkata kepada diri sendiri, “Allah harus memperlakukan orang lain dengan cara yang sangat keras, tetapi tentu saja Dia tahu bahwa semua prasangkaku baik.” Namun, kita harus belajar bahwa Allah tidak menerima apa pun dari hidup lama kita! Bukannya berpihak pada prasangka kita, Dia dengan sengaja menyingkirkannya dari kita.

Merupakan bagian dari pendidikan moral kita untuk melihat prasangka kita dimatikan-Nya demi kebaikan kita dan untuk melihat bagaimana cara Dia melakukannya.

Allah tidak menghargai apa pun yang kita bawa kepada-Nya. Hanya ada satu hal yang diinginkan Allah dari kita, yaitu penyerahan kita tanpa syarat. Ketika kita lahir kembali, Roh Kudus mulai mengerjakan ciptaan-Nya yang baru dalam kita, dan akan datang waktunya ketika tidak ada lagi dari hidup lama kita yang tersisa. Pandangan lama kita yang buram lenyap, demikian juga sikap kita yang lama terhadap segala sesuatu, dan “semuanya ini dari Allah” (2 Korintus 5:18).

Bagaimanakah kita dapat memperoleh suatu kehidupan yang tidak ada hawa-nafsu, tidak ada pementingan diri, tidak mudah tersinggung dengan cemoohan orang lain? Bagaimanakah kita dapat menaruh kasih yang “murah hati, tidak pemarah, dan tidak menyimpan kesalahan orang lain?” (1 Korintus 13:4-5).

Satu-satunya cara ialah dengan tidak membiarkan apa pun dari kehidupan lama tetap tinggal dalam diri kita, hanya menaruh kepercayaan sederhana (simple trust) dan sempurna kepada Allah -- kepercayaan bahwa kita tidak lagi menginginkan berkat-berkat Allah, tetapi hanya menginginkan Allah sendiri.

Sudahkah kita mencapai tahap ketika Allah dapat menarik berkat-berkat-Nya dari kita tanpa memengaruhi kepercayaan dan penyerahan (trust) kita kepada-Nya? Begitu kita benar-benar melihat Allah berkarya dan bekerja, kita tidak akan pernah khawatir lagi terhadap hal-hal yang terjadi karena kita sesungguhnya memercayai Allah kita yang di surga, yang tidak dapat dilihat oleh dunia.

Refleksi Bagi Kita Semua

Kristus mengerjakan akan karya Agungnya di salib dengan tidak meminta satu syarat apapun dari diri setiap kita – Ia mengerjakan akan karya keselamatan itu dengan belaskasih-Nya dan anugerahNya semata. Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus (Rm 3:24).

Dari pihak kita tidak ada sesuatupun yang diminta-Nya, keberadaan kita tidak layak, kita telah cacat dan tidak benar, alkitab menggambarkan akan keberadaan kita dengan begitu jelas – seperti ada tertulis: Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak (Rm 3:10-12), Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian (Yes 53:6).

Inilah keberadaan kita ketika tanpa Kristus. Di dalam belaskasih-Nya Ia datang memulihkan kehidupan kita dengan Bapa-Nya. Kini kita hidup di dalam Dia, kita membangun akan arti hidup (makna hidup), prinsip hidup dan nilai-nilai hidup kita di dalam Dia. Dia Allah yang mengetahui apa yang akan kita butuhkan dan perlukan untuk bertumbuh di dalam Dia dan serupa di dalam nilai-nilai hidup.

Dia sendirilah yang telah menentukan akan bentuk dan hal-hal yang kita perlukan untuk pertumbuhan dalam iman dan penentuan nilai-nilai hidup itu sendiri – ketika memutuskan untuk menTuhankan Dia di dalam hidup kita, maka secara otomatis kita hidup bagi Dia dan taat kepada-Nya. Kita tidak bisa hidup di dua dunia.

Memisahkan akan kehidupan yang lama dan menerima akan kehidupan yang baru di dalam kasih karunia-Nya dan bersiap untuk “Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah (Yoh 15:2).

Menerima Kristus adalah peristiwa sekali, tetapi membersihkan dan menumbuhkan akan ranting-ranting yang baik adalah hal yang perlu kita pelajari, tumbuhkan, asa setiap harinya di dalam kasih karunia-Nya semata. Di setiap harinya kita perlu berjuang untuk menumbuhkan akan watak-watak seorang murid Kristus – Ia telah menyediakan bentuk dan caranya di dalam kitab Suci (pelajarilah).

Sesungguhnya pengejaran utama hati kita adalah mendambakan Dia setiap saat dan menumbuhkan akan watak-watak yang serupa dengan Diri-Nya. Mendambakan Dia jauh lebih Agung dari sekedar mendambakan akan berkat-berkat-Nya. Dambakanlah Pria Nazareth itu dan biarkanlah Ia memuaskan akan relung-relung hati kita yang kering dan tandus itu.

Yang Ia rindukan adalah ketaatan kita yang tanpa syarat karena dengan tanpa syarat pula Ia telah menyelamatkan kita. Kiranya Roh Kudus menolong dan memampukan kita – tanpaNya kita tidak bisa, nothing.

Posting Komentar untuk "Saat Teduh - Renungan Harian; 2 Korintus 5:17 (Oswald Chambers)"