Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan - Ayat Alkitab Roma 5:18-21 "Kasih Karunia Dan Hukum Taurat" Oleh D. L Moody

 

Renungan - Ayat Alkitab Roma 5:18-21 "Kasih Karunia Dan Hukum Taurat" Oleh  D. L Moody

Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menulis; Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.

Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita (Rm 5:18-21).

Musa adalah wakil hukum taurat. Anda tentu ingat bahwa ia memimpin umat Israel melalui padang gurun, lalu membawa mereka ke sungai Yordan, tetapi disana ia meninggalkan mereka. Ia dapat membawa mereka melewati sungai itu, yang merupakan suatu lambang kematian dan penghakiman; tetapi Yosua (yang berarti Yesus Juruselamat) memimpin mereka melewati kematian dan penghakiman – melalui Yordan menuju Tanah Perjanjian.

Disini kita melihat perbedaan antara hukum taurat dan kasih karunia; antara Hukum Taurat Dan Injil. Ambillah ilustrasi lain. Yohanes Pembaptis adalah nabi terakhir di bawah hukum Taurat. Anda tentunya ingat sebelum Yesus menampakkan diri di sungai Yordan, seruan Yohanes setiap hari adalah, “Bertobatlah: karena kerajaan Allah sudah dekat!”

Ia menyerukan hukum Taurat dengan suara keras. Ia membawa para pengikutnya ke sungai Yordan dan membaptis mereka. Ia membawa mereka di tempat yang jauh yaitu, kematian. Tetapi ada seorang yang datang setelah dia yang dapat membawa mereka ke tanah perjanjian. Seperti Yosua memimpin orang-orang melalui Yordan ke Kanaan – demikian pula Kristus menurumi sungai kematian Yordan, melalui kematian dan penghakiman, menuju ke tanah kebangkitan.

Apabila anda menyelidiki alkitab, anda akan menemukan bahwa hukum Taurat membawa kita kepada kematian. “Dosa berkuasa atas kematian.” Seorang teman memberitahu saya bahwa temannya, seorang hamba Tuhan pernah dipanggil untuk memimpin acara pemakaman, menggantikan seorang pendeta dari satu di antara penjara-penjara di Inggris, yang tidak hadir.

Ia memperhatikan bahwa hanya ada satu orang yang mengikuti jenazah penjahat itu ke makam. Ketika makam itu telah ditutup, orang ini memberitahukan kepada hamba Tuhan itu bahwa ia adalah pejabat hukum yang berkewajiban melihat jenazah si pelanggar hukum hingga di makamkan; itulah “akhir” hukum Inggris.

Inilah yang dilakukan hukum Taurat kepada orang berdosa; hukum itu membawa kepada kematian dan meninggalkannya di situ. Hati saya sangat iba kepada mereka yang mencoba menyelamatkan diri mereka sendiri menurut Hukum Taurat. Hukum Taurat belum pernah, tidak akan pernah, dan tidak pernah dapat – menyelamatkan jiwa.

Ketika orang-orang mengatakan mereka akan berusaha dan melakukan yang terbaik dan dengan demikian menyelamatkan diri mereka sendiri dengan hukum Taurat, saya ingin membawa mereka pada dasar mereka sendiri. pernahkah mereka melakukan yang terbaik? Seandainya ada kesempatan bagi mereka untuk melakukan yang terbaik, pernahkan mereka melakukan dengan lebih baik? Jika seseorang ingin melakukan yang terbaik, biarkanlah ia menerima kasih karunia Allah; itu adalah hal yang terbaik yang mungkin dapat dilakukan oleh siapa saja.

Tetapi anda bertanya, untuk apa hukum Taurat diberikan? mungkin terdengar sedikit aneh, akan tetapi, hukum Taurat diberikan supaya hukum itu membungkam setiap mulut manusia. “Tetapi kita tahu bahwa segala Sesuatu yang tercantum dalam kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke dalam hukuman Allah.

Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru ole hukum Taurat orang mengenal dosa.”

Hukum Taurat membungkam mulut saya, kasih karunia membukanya. Hukum Taurat mengunci hati saya, kasih karunia membukanya – kemudian mata air kasih mula mengalir. Ketika mata manusia dibukakan untuk melihat kebenaran yang mulia, mereka akan menghentikan pergumulan mereka.

Mereka akan berhenti mencoba mengusahakan jalan mereka menuju kerajaan Allah dengan melakukan hukum Taurat. Mereka akan menyerahkan diri mereka karena sudah tersesat, dan menerima keselamatan sebagai hadiah yang Cuma-Cuma dari Allah.

Hidup tidak pernah datang melalui hukum Taurat. Seperti yang diamati oleh seseorang, ketika hukum Taurat diberikan, tiga ribu orang kehilangan hidup; tetapi ketika kasih karunia dan kebenaran datang pada hari Pentakosta, tiga ribu orang mendapat hidup.

Di bawah hukum Taurat, jika seseorang menjadi pemabuk, ahli hukum Taurat akan mengeluarkan dia dan merajamnya sampai mati. Ketika si bungsu yang menghambur-hamburkan uang pulang ke rumah, kasih karunia menyambutnya dan memeluknya. Hukum Taurat mengatakan, rajam dia! – kasih karunia mengatakan, peluk dia! hukum Taurat mengatakan, pukul dia! – kasih karunia mengatakan, ciumlah dia! hukum Taurat mengejar dia dan mengikatnya; kasih karunia mengatakan, lepaskanlah dia dan biarlah dia pergi! Hukum Taurat mengatakan betapa bengkok saya; kasih karunia datang dan meluruskan saya.

Saya merasa kasihan kepada mereka yang selalu terpaku pada Sinai, karena berharap akan mendapat kehidupan dari sana. Saya mempunyai seorang teman lama di Chicago yang selalu terpaku pada Sinai. Ia sangat baik; tetapi saya rasa kisahnya lain apabila ia masuk ke surga.

Ia mengira saya terlalu banyak memberitakan kasih karunia; dan saya harus mengakui bahwa saya memang senang berbicara mengenai kasih karunia Allah. Teman saya ini merasa seakan-akan ia mempunyai suatu misi untuk mengikuti saya dan setiap kali ada kesempatan ia segera datang ke Sinai. Saya belum pernah bertemu dengannya tetapi ia cepat menjauhi Horeb.

Terakhir kali saya berada di Chicago, saya berkata kepadanya, “apakah anda masih terpaku di sekitar Sinai?” “Ya” ia berkata, “saya percaya pada hukum taurat.” Saya telah melakukan penyelidikan dan saya belum pernah mendengar seorangpun bertobat karena pengajarannya; pengaruhnya selalu kurang dan akhirnya sirnah.

Jika hukum Taurat adalah pintu menuju surga, maka tidak lagi ada harapan bagi setiap kita. Allah yang sempurna hanya mempunyai standar yang sempurna. Ia yang melakukan satu pelanggaran bersalah sepenuhnya; oleh karena itu “semua orang telah berdosa, semua orang telah kehilangan kemuliaan Allah.”

Paulus mengatakan kepada jemaat di Galatia; “bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat. Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya. Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan. Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun. Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.

Kuasa Kasih Karunia Untuk Melembutkan

Dengan demikian, kita melihat bahwa hukum Taurat tidak dapat menghidupkan; yang dapat dilakukannya adalah membawa kita kepada Dia yang merupakan kehidupan. Hukum Taurat dikatakan merupakan “pengawasan penuntun.” Mungkin beberapa diantara kita tidak mengetahui arti pengawasan penuntun.

Jika kita berada di bawah pengawasan penuntun yang sama seperti ketika saya kecil, anda pasti akan memahaminya. Guru saya mempunyai sebuah tongkat yang sering digunakan. Di daerah tempat saya bersekolah, ada dua pihak; untuk kejelasan ilustrasi kita sebut saja satu pihak sebagai kejelasan “hukum” dan yang lain pihak “kasih karunia.”

Pihak hukum mengatakan bahwa anak laki-laki tidak dapat dikendalikan tanpa tongkat; dan mereka mempertahankan guru yang bertindak menurut rencana mereka. Pergumulan berjalan terus dan akhirnya pada hari pemilihan, pihak hukum dikalahkan dan sebagai gantinya pihak kasih karunia memerintah. Kebetulan saya berada di sekolah tersebut ketika itu dan saya ingat kami saling mengatakan bahwa kami akan melewatkan waktu yang menyenangkan pada musim dingin tersebut.

Tidak akan ada lagi hukuman fisik dan kami akan dididik di dalam dan oleh kasih. Saya adalah murid pertama yang melanggar peraturan sekolah. Kami mempunyai seorang guru perempuan dan ia meminta saya untuk menunggu. Saya mengira tongkat itu akan keluar lagi dan saya akan menentangnya. Saya dalam keadaan jengkel. Ia sendiri membawa saya – ia duduk dan mulai berbicara kepada saya dengan ramah.

Saya kita itu lebih buruk dari tongkat; saya tidak menyukainya. Saya melihat ia tidak membawa sebatang tongkat pun. Ia berkata “ibu telah memutuskan jika ibu tidak dapat mengendalikan sekolah dengan kasih, ibu akan menyerah. Ibu tidak akan menghukum dan jika engkau mengasihi ibu, cobalah dan patuhilah peraturan sekolah.”

Saya merasa kerongkongan saya tersumbat. Saya bukan orang yang biasa menangis, akan tetapi air mat aitu bercucuran – saya tidak dapat menahannya. Saya berkata kepadanya, “ibu tidak akan mendapatkan masalah lagi dengan saya;” dan memang demikian. Saya banyak belajar di musim dingin itu dibanding musim lainnya.

Itulah perbedaan antara hukum Taurat dan Kasih Karunia. Kristus mengatakan “jika engkau mengasihi Aku, patuhila perintah-perintahKu.” Ia membawa kita keluar dari hukum Taurat dan menempatkan kita tepat di bawah kasih karunia. Kasih Allah yang mendorong Dia untuk mengutus Putera-Nya yang Tunggal ke dalam dunia supaya Ia dapat menyelamatkan dunia.

Saya membayangkan pencuri itu telah menjalani pengadilannya tanpa tersentuh hatinya. Mungkin hukum Taurat mengeraskan hatinya. Akan tetapi di salib, tidak diragukan lagi doa Juruselamat yang menyentuh, “Bapa, ampunilah mereka!” menghancurkan hatinya karena itu ia berteriak, “Tuhan ingatlah aku!” Ia dibawah untuk memohon belaskasihan. Saya yakin tidak ada seorang manusia pun yang sudah pergi terlalu jauh sehingga tidak dapat dilembutkan oleh kasih karunia Allah.

Dikisahkan mengenai Isaac T. Hopper, anggota Quaker, bahwa ia pernah menghadapi seorang pria berkulit hitam yang sangat duniawi, bernama Cain di Philadelphia dan membawanya ke hadapan para ahli Taurat, yang mendedanya karena penghujatan. Dua puluh tahun kemudian, Hopper bertemu Cain yang penampilannya berubah menjadi lebih buruk.

Hal ini menyentuh hatinya. Ia bangkit dan menyapa dengan ramah dan menjabat tangan dengan orang yang merana itu. “tidakkah engkau ingat kepada saya”, katanya, “saya mendendamu karena telah bersumpah?”

Ya, saya ingat; saya ingat apa yang saya bayar, itu seakan-akan baru terjadi kemarin. Apakah itu membawa kebaikan bagimu? Tidak, sedikitpun tidak pernah; bahkan itu membuat saya marah karena itu uang saya. Hopper lalu mengajak Cain untuk menghitung bunga denda itu, dan membayarkan kepadanya uang pokok berikut bunganya. Saya bermaksud melakukannya untuk kebaikanmu, Cain dan saya menyesal saya melukaimu.

Raut muka Cain berubah; air mata bercucuran mengalir di pipinya. Ia menerima uang itu dengan rasa terima kasih, ia menjadi orang yang tenang dan tidak terdengar bersumpah lagi.

Kedamaian, Kasih Karunia Dan Kemuliaan

Dengan demikian ada perbedaan yang sangat besar antara hukum Taurat dan kasih karunia. “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk karena iman kepada kasih karunia ini.”

Ada tiga hal yang berharga disini; kedamaian untuk masa lalu; kasih karunia untuk masa kini dan kemuliaan untuk masa depan. Tidak ada damai sebelum kita memahami pekerjaan Yesus Kristus yang telah selesai – sebelum kita melihat ke belakang dan melihat salib Kristus di antara kita dan dosa-dosa kita.

Ketika kita memahami bahwa Yesus adalah “akhir dari hukum Taurat untuk kebenaran” bahwa Ia “mengecap kematian untuk setiap orang” bahwa Ia “menderita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar” - maka datanglah damai. Maka ada “kasih karunia di tempat kita berdiri sekarang.” Ada banyak kasih karunia bagi kita sebagaimana yang kita butuhkan – hari demi hari dan jam demi jam.

Maka ada kemuliaan di masa yang akan datang. Banyak orang tampa lupa bahwa yang terbaik ada di depan kita. Dr Bonar mengatakan bahwa segala sesuatu di depan orang percaya yang sejati adalah “mulia”. Pemikiran ini merebut jiwa saya dan saya mulia menghargai hal tersebut dan melihat apa yang dapat saya temukan di dalam alkitab yang mulia setelah kehidupan ini.

Saya menemukan bahwa kerajaan yang akan kita warisi adalah mulia; mahkota kita adalah “mahkota kemuliaan”; kota yang akan kita tempati adalah kota yang dimuliakan; nyanyian yang akan kita nyanyikan adalah lagu-lagu tentang yang dimuliakan; kita akan mengenakan pakaian “kemuliaan dan keindahan”; masyarakat kita adalah masyarakat yang terdiri atas orang-orang yang dimuliakan; tempat istirahat kita akan “mulia”; negeri yang akan kita tuju akan penuh dengan “kemuliaan Allah dan Anak Domba.”

Ada banyak orang yang selalu memandang ke belakang dan berdukacita atas masalah-masalah yang sudah mereka lewati; mereka tetap dibebani kekwatiran, kecemasan dan selamanya mencari beban. Mengapa kita harus berputar-putar di bawah beban dan kecemasan kehidupan sedangkan kita mempunyai prospek yang demikian mulia dan hadapan kita?

Jika hanya ada kemuliaan di depan kita, wajah kita seharusnya bersinar terang sepanjang waktu. Jika seseorang yang penuh curiga datang dan melihat raut muka hadirin, ia akan melihat banyak diantara anda yang seolah-olah hanya melihat kemuliaan di depan kita. Sebaliknya, seringkali tampak bagi saya seakan-akan saya berada dalam suatu makam, orang-orang kelihatan begitu sedih dan patah semangat.

Mereka tampaknya tidak tahu banyak mengenai sukacita dari Tuhan. Tentu saja jika kita tetap menatap kepada kemuliaan yang menantikan kita, wajah kita akan terus-menerus bersinar dengan terang dari surga. Kita dapat mengajar melalui raut muka kita jika kita mau.

Semakin dekat kita ditarik kepada tanah yang mulia itu, dimana kita akan bersama Kristus – semakin banyak damai, sukacita dan ketenangan yang seharusnya kita dapat. Jika kita mau mendatangi takhta kasih karunia, kita akan memperoleh kekuatan untuk menanggung semua masalah dan pencobaan. Jika anda harus mengambil semua kesusahan yang diwariskan kepada daging dan menimpakannya kepada orang lain, Allah memiliki cukup kasih karunia untuk membawa kita melauinya dengan pasti.

Seseorang telah mengumpulkan berikut ini, yang dengan indah menggambarkan perbedaan besar antara hukum Taurat dan kasih karunia;

Hukum Taurat diberikan oleh Musa - Kasih Karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Hukum Taurat mengatakan – lakukan ini, maka engkau akan hidup. Kasih Karunia mengatakan – hidup, kemudian engkau akan melakukan. Hukum Taurat mengatakan – bayarkan kepada saya hutangmu. Kasih Karunia mengatakan – saya dengan tulus mengampuni engkau.

Hukum Taurat mengatakan – upah dosa ialah maut. Kasih Karunia mengatakan – karunia Allah ialah hidup yang kekal. Hukum Taurat mengatakan – jiwa yang berdosa akan mati. Kasih Karunia mengatakan – barangsiapa yang percaya kepada Yesus, meskipun ia mati, ia akan hidup dan barangsiapa hidup dan percaya akan Dia tidak akan pernah mati.

Hukum Taurat mengatakan – penghukuman dan kematian. Kasih Karunia mengatakan – pembenaran dan kehidupan. Hukum Taurat mengatakan – buat hati baru dan roh baru. Kasih Karunia mengatakan – suatu hati yang baru akan Aku berikan kepadamu dan roh yang baru akan Aku tempatkan di dalam engkau.

Hukum Taurat mengatakan – terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis di dalam kitab Taurat. Kasih Karunia mengatakan – diberkatilah orang yang kesalahannya diampuni; yang dosanya ditebus; terberkatilah orang yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan. Hukum Taurat mengatakan – engkau harus mengasihi Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap pikiranmu dan dengan segenap kekuatanmu. Kasih Karunia mengatakan – inilah kasih, bukan kita mengasihi Allah, tetapi Ia terlebih dahulu mengasihi kita dan mengutus Putera-Nya sebagai ganti atas dosa-dosa kita.

Hukum Taurat mengatakan – apa yang harus manusia lakukan untuk Allah. Kasih Karunia mengatakan – apa yang telah Kristus lakukan untuk manusia. Hukum Taurat mengarahkan manusia sebagai bagian penciptaan yang lama. Kasih Karunia membuat manusia menjadi anggota penciptaan yang baru.

Hukum Taurat menanggung kecenderungan alamiah terhadap ketidaktaatan. Kasih Karunia menciptakan makhluk yang menyukai ketaatan. Hukum Taurat menuntut ketaatan karena takut akan Tuhan. Kasih Karunia memohon manusia oleh belas kasihan Allah.

Hukum Taurat menuntut kekudusan. Kasih Karunia memberikan kekudusan. Hukum Taurat mengatakan – hukumlah dia. Kasih Karunia mengatakan – peluklah dia. Hukum Taurat berbicara tentang korban keimaman yang diberikan setiap tahun secara terus-menerus, yang tidak pernah dapat membuat orang menjadi sempurna.

Kasih Karunia mengatakan – tetapi orang ini, setelah memberikan satu pengorbanan untuk dosa-dosa selamanya……. Dengan satu korban yang sempurna dan menyempurnakan selama-lamanya mereka yang telah dikuduskan. Hukum Taurat menyatakan – bahwa sebagaimana banyaknya yang telah melakukan pelanggaran hukum Taurat, akan dihakimi menurut hukum Taurat.

Kasih Karunia membawa kedamaian abadi kepada jiwa yang gelisah dari setiap anak Allah dan menyatakan keselamatan Allah berlawanan dengan tuduhan musuh “Barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Disadur dari buku “Karya-Karya Klasik Terbaik – The D. L. Moody Collection”

Posting Komentar untuk "Renungan - Ayat Alkitab Roma 5:18-21 "Kasih Karunia Dan Hukum Taurat" Oleh D. L Moody"