Renungan Harian Kristen - Refleksi 2023 Oleh Rick Warren
Yesus Datang Untuk Menyelamatkan Anda Dengan Suatu
Tujuan
Pada satu titik kehidupan, setiap kita bergumul dengan tiga pertanyaan
mendasar. Pertama adalah pertanyaan tentang eksistensi; mengapa aku hidup?
kedua adalah pertanyaan tentang signifikansi; apakah hidupku berarti? Dan yang
ketiga adalah pertanyaan tentang tujuan; apa tujuan hidupku?
Allah tidak pernah menciptakan apapun tanpa tujuan. Sejak anda hidup,
anda boleh yakin bahwa Allah memiliki tujuan untuk hidup anda. Alkitab menuturkan,
“Lama sebelum Allah meletakkan fondasi bumi, Dia telah mengingat kita,
mencurahkan kasih-Nya kepada kita”.
Namun, disinilah masalahnya; setiap kita menyimpang dari tujuan Allah
untuk hidup kita. ibarat kereta api yang keluar dari relnya, kita telah tergelincir
karena kekeraskepalaan kita sendiri dan pilihan-pilihan kita yang penuh dosa.
Alkitab mengungkapkan, “Kita
sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri,
tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian (Yes 53:6).
Kendati Allah memiliki tujuan dalam
menciptakan setiap kita, kita semua telah mengambil banyak jalan memutar dalam
hidup ini, sembari berpikir bahwa kita lebih tahu daripada Dia. Oleh karena
itu, Allah telah mengutus Yesus sebagai juruselamat kita – untuk menebus dosa
kita, untuk mengatur ulang arah kehidupan kita dan untuk mengembalikan kita
kembali ke tujuan awal Allah bagi hidup kita (membawa kita kembali kepada
Allah).
Kita tidak hanya diselamatkan dari
kejahatan, kita juga diselamatkan dari kebaikan! “Dan Kristus telah mati untuk
semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri,
tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka (2 Kor
5:15)”.
Selama lebih dari tiga puluh tahun,
ayat yang mewarnai hidup saya adalah Kisah Para Rasul 13:36; Daud melakukan
kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat. Frasa ini “ia melakukan
kehendak Allah pada zamannya”, merupakan defenisi utama kehidupan yang
dijalani dengan sangat baik.
Kita memakai hidup kita untuk
melakukan hal itu yang merupakan (tujuan Allah) yang bersifat abadi dan kekal
dengan cara yang tepat pada waktunya dan modern (pada zaman kita). Kita
melakukan kehendak Allah yang tidak berubah (yakni firman Tuhan) di tengah situasi
yang selalu berubah (yakni dunia).
Inilah yang dimaksud dengan menjalani
kehidupan yang memiliki tujuan dan tidak ada petualangan yang lebih besar,
tidak ada hal yang lebih memuaskan, tidak ada hal yang lebih baik dari itu
untuk meninggalkan warisan kekal terhadap hidup kita. Bayangkan frasa itu
ditulis di atas batu nisan kita. Saya berdoa semoga orang lain akan mengatakan
hal itu tentang kita ketika kita meninggal dunia, yakni kita melakukan kehendak
Allah di zaman kita.
Tidak ada penggambaran yang lebih
baik daripada itu tentang kesuksesan. Allah menciptakan kita, Allah membentuk
kita, memberi hadiah kepada kita, memanggil kita dan pada akhirnya
menyelamatkan kita dengan penuh tujuan. Itulah sebabnya alkitab mengatakan;
Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk
dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada
Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang
hidup.Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk
menjadi senjata-senjata kebenaran (Rm 6:13).
Tidak ada
yang bisa dibandingkan dengan getaran hati yang berlabuh karena dipakai oleh
Allah untuk suatu tujuan yang luar biasa. Ini merupakan kerinduan terdalam
dalam lubuk hati kita dan tidak ada pengalaman lain yang dapat menggantikannya.
Itulah sebabnya kita diciptakan oleh-Nya.
Dalam buku
The Porpuse Driven Life saya menjelaskan bahwa setiap orang hidup pada salah
satu dari ketiga level yang ada; bertahan hidup, kesuksesan atau signifikansi.
Kebanyakan orang di dunia ini hidup pada level yang pertama. Separuh dari enam
miliar orang di dunia hidup dengan uang kurang dari dua dolar perhari. Itulah
level bertahan hidup.
Jika kita
tinggal di Amerika Serikat, kita akan hidup pada level kesuksesan bahkan
tatkala kita merasa miskin. Dunia ini suka menampung masalah kita. Namun,
ternyata kesuksesan tidak memuaskan. Kita bisa memperoleh banyak hal untuk
bertahan hidup, tetapi masih tidak memiliki tujuan hidup.
Kita bisa
saja sedemikian sibuknya mencari penghasilan sampai kita gagal membentuk suatu
kehidupan dari yang seharusnya. Kita diciptakan untuk suatu tujuan yang jauh
lebih besar daripada kesuksesan belaka. Kita diciptakan untuk mendapatkan
signifikansi. Namun, kita tidak akan pernah menemukan signifikansi dalam harta benda,
kesenangan, ataupun kedudukan.
Signifikansi
berasal dari melakukan hal-hal yang berguna yakni menyerahkan hidup kita untuk
suatu tujuan yang lebih besar dari diri kita sendiri. Yesus
berkata; Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya,
ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan
menyelamatkannya (Mat 8:35).
Ketika pada akhirnya kita memenuhi tujuan-Nya yang
untuknya Allah menciptakan kita dan yang untuknya Yesus menyelamatkan kita, kita
akan menyadari “Inilah Tempatku! Inilah Alasan Mengapa Aku Hidup! Inilah
Alasan Mengapa Aku Diciptakan. Kini Aku Tahu Mengapa Aku Ada Di Dunia Ini.”
Seluruh kesuksesan di dunia ini tidak akan pernah
memberikan kepada kita kepuasan yang mendalam seperti itu. Akan selalu ada
lubang di hati kita karena sesungguhnya kita diciptakan untuk mengenal,
mengasihi, mempercayai dan melayani Allah – dalam bahasa yang seirama Blaise
Pascal memberi komentar bahwa “Ada kekosongan yang dibentuk Allah dalam hati
setiap manusia yang tidak dapat diisi oleh sesuatu hal yang diciptakan, tetapi
hanya oleh Allah, Sang Pencipta, Allah yang dapat dikenal melalui Yesus Kristus penyelamat kita.”
Saya hendak menanyakan kepada anda dua pertanyaan yang
sangat tajam; setelah mengetahui tak ada hal yang selama ini kita usahakan yang
benar-benar memuaskan kerinduan di dalam jiwa kita, maka apa yang sedang kita
tunggu kini? Mengapa anda tidak menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
anda? Masa lalu kita akan diampuni, kita akan mendapatkan tujuan hidup dan
lebih dari itu kita akan mendapat tempat di surga.
Tak seorangpun dapat memberikan penawaran semacam ini.
Hanya Allah yang dapat memberikannya melalui Putra-Nya Yesus Kristus.
Yesus Datang Untuk Menyelamatkan Kita Oleh Karena
Kasih Karunia-Nya
Dalam setiap bidang kehidupan – sekolah, olahraga,
pekerjaan – kita dinilai melalui penampilan kita. Etos kerja orang Amerika
dibangun diatas usaha keras, keringat, kompetisi dan kerja keras.
Setelah tumbuh dewasa orang Amerika diajar bahwa tidak
ada makan siang gratis; anda mendapatkan apa yang anda bayar, apa yang terjadi;
itu terserah anda; jika anda menginginkan sesuatu untuk dikerjakan dengan baik,
kerjakan sendiri dan Allah akan menolong orang yang mau menolong diri mereka
sendiri.
Lalu, ketika tiba saatnya sampai pada hal-hal rohani,
banyak orang menganggap bahwa Allah menjalin hubungan dengan kita dengan
prinsip yang sama seperti di atas. Mungkin kita merasa bahwa kita harus
mendapatkan perkenanan Allah, berhak mendapat kasih Allah dan bekerja dengna
cara kita sendiri agar masuk surga dengan melakukan perbuatan baik atau usaha
untuk menjadi orang yang sempurna.
Jika selama ini kita berpikir demikian, saya memiliki
berita bagus untuk anda; itu sama sekali bukan cara kerjanya! Berikut ini
adalah apa yang alkitab katakana tentang apa yang harus anda lakukan agar
diselamatkan;
“Lalu kata mereka kepada-Nya; apakah yang harus kami
perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah? Jawab Yesus
kepada mereka: inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu
percaya kepada Dia yang telah diutus Allah”.
Keselamatan bukanlah masalah usaha keras, melainkan
sikap percaya. Keselamatan bukanlah masalah pembuktian bahwa kita berhak
mendapatkannya, melainkan menerimanya dengan iman sembari menyadari bahwa
sesungguhnya kita tidak layak mendapatkannya.
Pandangan tentang kasih karunia tidak ada hubungannya
dan berlawanan dengan kesalahpahaman populer tentang Allah dan bahkan
agama-agama lainnya, yakni bahwa ketika alkitab berbicara tentang keselamatan
sebagai hadiah Cuma-Cuma karena kasih karunia Allah, banyak orang menanggapinya
dengan tatapan mata yang kosong.
Ada semacam keterputusasaan hubungan secara mental dan
emosi. Kita telah sedemikian terbiasa menerima kasih yang bersyarat (saya akan
mengasihi anda jika…..” atau “saya mengasihi anda karena…..”) sampai kasih
karunia yang tak bersyarat menjadi konsep yang tidak lazim dan bahkan terasa
tidak nyaman.
Agama adalah upaya manusia untuk menyenangkan hati
Allah. Kasih karunia adalah tindakan Allah menjangkau manusia. Setiap agama
mempersingkatnya menjadi satu kata “lakukan!” lakukan sederet pekerjaan anda,
anda akan memperoleh kasih Allah. Setiap agama memiliki sederet peraturan
uniknya sendiri dan jika anda membandingkan daftar-daftar itu, anda akan
mendapati semua itu semua kerapkali bertentangan.
Namun ide besar di balik semua agama adalah bahwa anda
harus bekerja, berjuang dan berusaha keras agar Allah menyukai anda. Jadi, pada
dasarnya Allah datang kedunia untuk berkata “kalian semua telah melakukan
kesalahan! Tentu saja melakukan hal-hal yang baik itu berarti, tetapi hal itu
tidak membuat-Ku mengasihimu lebih ataupun kurang dari biasanya.
Kasih-Ku kepadamu tidak terbatas, tidak bersyarat,
tidak berubah dan tidak layak engkau terima. Aku hendak mengajarkan kepadamu
konsep baru yang disebut kasih karunia. Kamu tidak dapat membelinya, bekerja
keras untuk mendapatkannya atau bersikap baik untuk mendapatkan pujian. Kasih
karunia adalah hadiah yang akan mengurbankan diri-Ku, tetapi akan
membebaskanmu.
Segala yang kulakukan bagimu, kepadamu, di dalam kamu
dan melalui kamu – setiap berkat yang anda peroleh dalam hidup – merupakan
hadiah karena kasih karunia-Ku. Aku melakukan itu semua bagimu.”
Sementara banyak agama didasarkan pada kata
“lakukanlah”, keselamatan di dasarkan pada kata “sudah selesai”. Seruan, “sudah
selesai” sangat penting untuk diperhatikan bahwa Yesus berkata, “Aku sudah
selesai”. Dia masih mempunyai banyak pekerjaan lain yang harus dikerjakan. Tiga
hari kemudian, dia bangkit, bangkit dari kematian dan berjalan mengelilingi
Yerusalem selama empat puluh hari.
Dia berjumpa dengan orang-orang, baik secara
perorangan maupun berkelompok sampai sejumlah lima ratus orang sebelum akhirnya
dia naik ke surga. Lalu, apanya yang sudah selesai? Penebusan-Nya untuk
mendapatkan keselamatan bagi anda! Frasa “sudah selesai” sebenarnya terdiri
dari satu kata saja dalam bahasa Ibrani yang Yesus serukan.
Rekening tagihan telah dicap lunas dan hukuman penjara
telah dinyatakan sudah dilaksanakan. Itu artinya “dibayar penuh” agama
menyatakan “lakukan” Yesus berkata “sudah selesai!” Dia telah mengurus biasa
keselamatan anda. Bertahun-tahun yang silam seorang pria bertanya kepada saya “apa
yang harus saya lakukan agar masuk surga?” jawaban saya mengejutkannya, “anda
sudah terlambat!” ia tidak mengharapkan jawaban itu dan setengah gelisah
menyahut, “apa maksud anda, apakah saya sudah terlambat untuk melakukan
sesuatu?” jawab saya “apa yang harus dilakukan telah dikerjakan bagi anda dua
ribu tahun yang lalu oleh Yesus di salib.
Yang perlu anda lakukan sekarang hanyalah menerima apa
yang telah Dia kerjakan bagi anda. Tidak perlu ada tambahan lagi. Itu adalah
kasih karunia tanpa embel-embel lagi.
Alkitab mengungkapkan – “karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu
bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri. perhatikan
bahwa hadiah natal anda dari Allah berasal dari kasih karunia melalui iman di
dalam Yesus Kristus Tuhan kita.
Yesus Menawarkan Kepada Kita Damai Sejahtera Dari
Allah
Begitu anda berdamai dengan Allah, anda akan mulai
merasakan damai sejahtera dari Allah di dalam hati dan pikiran anda. Semakin
sering anda berdoa, semakin berkurang rasa panik anda. Semakin sering anda
menyembah, semakin berkurang kekhawatiran anda.
Anda akan merasakan kesabaran anda bertambah dan rasa
tertekan anda berkurang. Alkitab memberi tahu kita bahwa “yang hatinya teguh
Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya”.
Apa yang merenggut kedamaian anda saat ini? Kebanyakan
penyebabnya adalah salah satu dari ketiga kategori ini; keadaan yang tidak
dapat dikendalikan (seperti penyakit, kematian dan kehilangan pekerjaan),
orang-orang yang tidak dapat diubah (yang menolak untuk bekerja sama dengan
rencana anda untuk mengubah mereka), dan masalah-masalah yang tidak dapat
dijelaskan (ketika hidup itu tampaknya tidak adil).
Orang-orang merespon perampok-perampok kedamaian ini
dengan salah satu dari tiga cara berikut ini; mereka berusaha lebih keras lagi
untuk mengontrol segalanya, tetapi bisa dipastikan mereka akan gagal. Mereka
menyerah dengan sikap begitu saja, mereka merasa dikontrol oleh keadaan sekitar
mereka. sebaliknya, mereka mendapatkan kedamaian pikiran yang sejati dengan
cara merespons keadaan sesuai dengan cara Yesus dan bergantung pada Roh-Nya
untuk menguatkan mereka dalam melakukan hal ini.
Mungkin anda sudah pernah mendengar Doa Damai, yang
dijadikan terkenal oleh Reinhold Neibuhr, tetapi mungkin anda belum pernah
membaca keseluruhan isi doa itu. sepertiga dari doa itu kerap dikutip dan
ditulis pada poster-poster. Namun, untuk dapat merasakan kedamaian yang
disebutkan di dalam sepertiga isi doa itu, anda harus mengikuti langkah-langkah
yang dituturkan pada isi doa selebihnya;
Allah memberiku kedamaian agar aku dapat menerima
hal-hal yang tidak dapat kuubah; keberanian untuk mengubah hal-hal yang dapat
kuubah; dan hikmat untuk mengetahui perbedaan di antara keduanya. Menjalani kehidupan
setiap hari setiap waktu; menikmati setiap momen setiap waktu; menerima
kesulitan sebagai jalan menuju damai sejahtera; sebagaimana Dia, terimalah
dunia yang penuh dosa ini apa adanya, tidak seturut kehendakku; mempercayai
bahwa Dia akan membereskan segalanya jika aku menyerah pada kehendak-Nya;
mempercayai bahwa aku akan bahagia dalam hidup ini dan sangat bahagia
bersama-Nya untuk selamanya di kemudian hari.
Jalan menuju damai sejahtera Allah berasal dari
menjalani dan menikmati kehidupan setiap hari setiap waktu, menerima apa yang
tidak dapat diubah dan bukannya mengkhawatirkan hal itu, mempercayai
pemeliharaan Allah yang penuh kasih dan hikamt-Nya dan menyerahkan diri pada
tujuan dan rencana-Nya bagi hidup anda.
Yesus berjanji “Marilah kepada-Ku, semua yang letih
lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang
Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan
jiwamu akan mendapat kelegaan.
Yesus Menunjukkan Kepada Kita Cara Untuk Berdamai
Dengan Sesama
Segera setelah kita berdamai dengan Allah dan kita
mulai merasakan damai sejahtera dari Allah di dalam hati kita, Allah
menginginkan kita mengalami sukacita karena hidup berdamai dengan semua orang
di dalam hidup kita. Dia melakukan hal ini dengan cara mengubah kita menjadi
pembawa damai. Allah akan memberikan kepada kita Hasrat, lalu kemampuan dan
kekuatan untuk hidup damai dengan sesame di dalam hidup kita yang sebelumnya
pernah terlibat konflik dengan anda.
Semua ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah
mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang selanjutnya memanggil kita untuk
berdamai dengan sesama. Ketika Kristus masuk ke dalam kehidupan kita, salah
satu hal yang kita lihat bedanya adalah di dalam hubungan kita dengan sesama.
Apakah kita menginginkan perkenanan Allah dalam hidup
dan karier kita? Yesus berfirman “Berbahagialah orang yang membawa damai,
karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Kapanpun anda berusaha memperbaiki
suatu hubungan yang rusak, anda sedang melakukan apa yang akan Allah lakukan.
Dan ketika anda membantu mendamaikan orang lain yang memiliki hubungan yang
telah retak, anda sedang bertindak seperti Kristus.
Alkitab menyebut hal ini “Pelayanan Pendamaian”. Allah
memandang anda dan berkata “itulah anak-Ku! Mereka sedang melakukan apa yang
akan Kulakukan.” Anak Allah yang sejati adalah pembawa damai, bukan pembawa
masalah. Perhatikan Yesus tidak berkata, “Berbahagialah orang yang mencintai
kedamaian,” karena semua orang mencintai kedamaian.
Dia juga tidak berkata “Berbahagialah orang yang penuh
kedamaian,” yang tidak pernah ternganggu dengan apapun. Yesus berkata
“Berbahagialah orang yang membawa damai.” Apa yang dimaksud dengan seorang
pembawa damai? Itu tidak berarti orang yang menghindari konflik. Itu tidak
berarti lari dari masalah atau berpura-pura bahwa masalah itu tidak ada.
Manakala seseorang berkata “saya tidak mau
membicarakan hal ini,” itu adalah sifat pengecut, bukan membawa damai. Saat
anda menunda dalam menghadapi konflik, konflik itu akan semakin lama semakin
besar. Membawa damai juga tidak berarti penenangan. Bersikap selalu mengalah
dan membiarkan orang lain mengikuti kemauan mereka sendiri adalah sikap pasif,
bukan membawa damai.
Yesus tidak mengatakan bahwa anda harus mau
diinjak-injak orang atau menjadi orang yang tidak berpendirian dan kehilangan
identitas diri yang sejati. Sesungguhnya, Yesus tidak pernah mengijinkan orang
lain membatasi diri-Nya.
Membawa damai artinya secara aktif anda berusaha
mengakhiri konflik, anda berinisiatif untuk berdamai ketika hubungan hancur dan
anda mengampuni mereka yang telah melukai hati anda. Allah telah memberikan
kasih karunia kepada anda dan anda diminta untuk meneruskannya kepada sesama.
Anda mendamaikan bukan memecah belah. “Buah yang
terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan
damai.” Banyak orang enggan berdamai di tengah hubungan yang tegang karena
mereka tidak mengerti perbedaan antara pengampunan dan sikap percaya atau perbedaan
antara rekonsiliasi dan resolusi.
Mereka takut bahwa jika mereka berdamai, mereka akan
kembali ke hubungan yang sangat menyakitkan atau tidak pada tempatnya itu tanpa
terjadi perubahan sedikitpun. Itu merupakan kesalahpahaman tentang
rekonsiliasi.
Pertama-tama, rekonsiliasi tidak sama dengan resolusi.
Rekonsiliasi mengakhiri permusuhan. Rekonsiliasi tidak berarti anda telah
menyelesaikan semua masalah dalam hubungan yang ada. Anda menghentikan
peperangan, bukan masalahnya. Biasanya anda tidak henti-hentinya membicarakan
masalah yang ada dan menanganinya, tetapi kini anda melakukannya dengan sikap
menghargai dan dengan kasih, bukan dengan sarkasme (kata-kata sindiran yang
pedas) dan amarah.
Anda tidak bisa sepakat dengan tetap menampilkan sikap
yang menyenangkan. Rekonsiliasi berfokus pada hubungan, sedangkan resolusi
berfokus pada masalah. Mula-mula berfokuslah senantiasa pada rekonsiliasi.
Ketika anda melakukan hal itu, berbagai masalah akan mulai mereda dan kadang
kala menjadi tidak siginifikan atau malah terselesaikan dengan sendirinya.
Kedua, ada perbedaan yang besar antara pengampunan dan
sikap percaya. Pengampunan bersifat instan dan cuma-Cuma. Kita mengampuni orang
lain seperti halnya Allah mengampuni kita. kita mengampuni supaya kita dapat
melanjutkan kehidupan kita dan bukannya terjebak di masa lalu karena adanya
kebencian dan kepahitan.
Kita juga ingat pada perkataan Yesus “Jikalau kamu
tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” Namun,
memulihkan rasa percaya adalah masalah yang berbeda. Pengampunan berfokus pada
masa lalu. Kepercayaan membicarakan akan masa depan dan itu pasti bisa
diperoleh pada akhirnya.
Kepercayaan dapat hilang dalam sekejab, tetapi
dibutuhkan waktu yang lama untuk membangunnya kembali. Jika anda pernah berada
di tengah hubungan yang diwarnai aniaya secara fisik, Allah berharap anda
mengampuni orang itu supaya kepahitan hati tidak meracuni hidup anda. Akan
tetapi, Allah tidak berharap anda kembali dianiya terus-menerus.
Berikut ini beberapa langkah sederhana untuk menjadi
pembawa damai;
·
Rencanakan
pertemuan damai, sembari mengambil inisiatif.
·
Berempati
dengan perasaan orang lain, sembari mendengarkan mereka untuk menunjukkan
betapa anda peduli.
·
Seranglah
masalahnya, bukan orangnya, sembari menyatakan kebenaran dengan kasih.
·
Bekerjasamalah
dimanapun anda berada, sembari mencari kesepakatan.
·
Tekankanlah
rekonsiliasi dan bukan resolusi.
Apakah saat ini anda tengah membiarkan orang yang
dulunuya telah melukai hati anda, kini melukai anda kembali? Setiap kali anda
menceritakan dan mengingat kembali dalam pikiran anda tentang apa yang terjadi
dahulu, sesungguhnya saat itu anda membiarkan semua kenangan itu melukai anda
kembali.
Itulah yang disebut kebodohan. Alkitab mengatakan
“Engkau menerkam dirimu sendiri dalam kemarahan.” Kebencian itu merusak diri
karena perasaan selalu sangat melukai anda dan memperpanjang kepedihan hati
anda. Sementara orang yang melukai hati anda melanjutkan hidup mereka,
kebencian membuat anda terikat pada masa lalu. Anda harus melepaskannya!
Natal, masa “damai sejahtera di bumi diantara manusia
yang berkenan kepada-Nya,” adalah waktu yang tepat untuk memberikan hadiah
berupa kemurahan hati kepada orang lain, sementara merayakan anugerah yang
telah Allah tunjukkan kepada kita semua. Dengan siapa anda perlu berdamai pada
hari natal ini? Mungkin anda berpikir, aku tidak akan pernah sanggup mengampuni
orang itu. Kenangan itu terlalu menyakitkan dan luka batin itu terlalu dalam.
Aku tidak dapat melepaskannya begitu saja.
Itulah sebabnya anda membutuhkan Yesus sebagai
juruselamat anda. Hanya ketika kita sendiri merasa diampuni sepenuhnya, kita
akan sanggup mengampuni mereka yang sangat melukai hati kita. Hanya benar-benar
ketika hati kita dipenuhi oleh kasih Kristus, kita akan sanggup melepaskan luka
batin dan melanjutkan hidup ini bersama Kristus.
Natal Adalah Waktu Untuk Merayakan Betapa Allah
Mengasihi Kita
Pernyataan
yang paling terkenal di dalam alkitab adalah penjelasan Yesus tentang mengapa
Allah mengutus-Nya ke dunia: “Karena Allah begitu mengasihi manusia di dunia
ini, sehingga Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan mendapat hidup sejati dan kekal
(BIMK), Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (TB).
Alasan
keseluruhan munculnya natal adalah kasih Allah. Allah sangat mengasihi kita
sehingga Dia datang kedunia sebagai manusia supaya dapat mengenal-Nya dan
belajar mempercayai-Nya dan mengasihi-Nya kembali. Para teolog menyebut ini
sebagai inkarnasi. Allah menjadi salah satu diantara kita, seorang manusia
supaya kita dapat memahami seperti apa Dia sesungguhnya.
Allah telah
memberikan kepada kita, manusia kemampuan untuk mengenal-Nya dengan cara-cara
yang tidak dapat dilakukan oleh hewan. Dia menciptakan kita menurut gambar dan
rupa-Nya. Yang mencakup kemampuan untuk menikmati hubungan pribadi dengan-Nya.
Kemudian, Dia berinisiatif untuk mengutus Yesus agar kita dapat mengerti
kasih-Nya dan kebutuhan kita akan Dia.
Tentunya,
kita tidak dapat mengenal sedikitpun tentang Allah hanya dengan mengamati
ciptaan-Nya. Sebagai contoh dengan menatap alam, kita mengetahui bahwa sang
pencipta kita menyukai akan keberagaman; Dia menciptakan alam semesta yang
penuh dengan keberagaman.
Renungkan
tentang susunan tanpa batas yang ada pada tanaman, hewan, formasi batu karang,
butiran salju dan manusia. Tidak ada dua manusia bahkan saudara kembar yang
sama persis. Allah tidak menciptakan kembaran yang sama persis, setiap kita itu
unik. Setelah kita lahir, Allah membentuk sifat manusia sendiri-sendiri.
Dengan
menyurvei fenomena alam, kita juga mengetahui bahwa Allah itu dahsyat dan
tertib dan bahwa Dia mencintai keindahan. Kita semua tahu bahwa Allah pasti
senang melihat kita bersuka atas apa yang telah Dia ciptakan. Sebaliknya,
mengapa Dia akan memberikan kepada kita begitu banyak cara agar kita dapat
menikmati ciptaan-Nya?
Dia
mengaruniakan kepada kita sekelompok sel di dalam lidah sebagai pengecap rasa,
kemudian memenuhi dunia dengan aroma-aroma yang luar biasa seperti cokelat,
kayu manis dan semua bumbu lainnya. Dia mengaruniakan kepada kita mata untuk
menerima warna dan kemudian mengisi dunia ini dengan pelangi. Dia mengaruniakan
kepada kita telinga yang peka dan kemudian memenuhi dunia ini dengan irama dan
musik.
Kemampuan
anda untuk menikmati adalah bukti kasih Allah bagi anda. Allah bisa saja
membuat dunia ini tanpa citarasa, tanpa warna dan bunyi. Alkitab menyatakan
bahwa Allah “dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk
dinikmati.” Dia tidak wajib melakukan hal itu, tetapi Dia tetap melakukannya
karena Dia mengasihi kita.
Akan tetapi,
pemahaman tentang kasih Allah masih terbatas sampai Yesus datang. Dengan
demikian Allah memasuki dunia! Itu merupakan invasi besar dalam sejarah dan
sejak saat itu segalanya berubah. Semestinya Allah dapat memilih ribuan cara
untuk berkomunikasi dengan kita, tetapi karena Dia menciptakan kita, Dia tahu
cara yang paling tepat untuk berkomunikasi dengan kita adalah bertatap muka.
Andai Allah
ingin berkomunikasi dengan burung, Dia akan menjadi seekor burung. Andai Allah
ingin berkomunikasi dengan sapi, Dia akan menjadi seekor sapi. Namun, Allah
ingin berkomunikasi dengan kita, sehingga Dia menjadi salah satu diantara kita.
Dia tidak mengutus seorang malaikat ataupun seorang nabi atau seorang politisi
atau seorang duta besar. Dia datang sendiri!
Jika anda
benar-benar ingin tahu, betapa anda sangat mencintai mereka, anda tidak dapat
mengutus wakil untuk mengkomunikasikan hal itu. Anda harus mengatakan hal itu
secara pribadi, itulah yang Allah lakukan di saat natal. Alkitab menyatakan
bahwa Allah itu kasih. Disitu tidak dikatakan bahwa Allah memiliki kasih,
tetapi Allah itu kasih.
Kasih adalah
esensi dari karakter Allah. Itu adalah natur-Nya. Alasan keberadaan segala
sesuatu di alam semesta ini adalah karena Allah ingin mengasihi alam semesta
ini. “TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang
dijadikan-Nya.
Renungkanlah
hal ini, jika Allah tidak ingin mengasihi sesuatu, Dia tidak akan
menciptakannya. Segala yang anda lihat dan sangat banyak hal yang tidak anda
lihat, diciptakan oleh Allah karena sukacita di dalam hati-Nya. Dia mengasihi
semua itu, bahkan tatkala kita mengacaukannya dengan dosa kita.
Dia masih
mempunyai tujuan untuk ciptaan-Nya, setiap bintang, setiap planet, setiap
tanaman, setiap hewan, setiap sel dan setiap manusia diciptakan karena kasih
sayang Allah. Anda diciptakan sebagai objek kasih sayang Allah. Dia menciptakan
anda dengan tujuan untuk mengasihi anda!
Kasihnya
adalah alasan mengapa saat ini anda hidup dan bernafas. Setiap kali jantung
anda berdetak dan setiap kali anda menarik nafas Allah berkata “Aku
mengasihimu.” Anda tidak akan ada di muka bumi ini jika Allah belum
menginginkan anda. Walaupun ada orangtua yang tidak direncanakan, tetapi tidak
ada bayi yang tidak direncanakan. Orangtua bisa saja belum merencanakan
kelahiran mereka, tetapi Allah merencanakan.
Tahukah anda
bahwa Allah memikirkan anda bahkan jauh sebelum Dia menciptakan dunia,
sesungguhnya itulah alasan mengapa Dia menciptakan dunia! Dia merancang
lingkungan planet ini dengan karakteristik yang tepat supaya manusia dapat
hidup di dalamnya. Alkitab mengatakan “atas kehendak-Nya sendiri Ia telah
menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu
menjadi anak sulung diantara semua ciptaan-Nya.
Bagi Allah
kita lebih berarti lebih dari apapun lainnya yang telah Dia ciptakan. Karena
kasih Allah kepada kita tidak bersyarat, kasih-Nya kepada kita sama besarnya,
baik manakala kita berada di tengah masa-masa yang sulit maupun masa-masa yang
indah. Kasih-Nya kepada anda sama besarnya, baik manaka anda tidak merasakan
kasih-Nya maupun tatkala anda merasakan kasih-Nya.
Dia
mengasihi anda tanpa mempedulikan penampilan anda, suasana hati anda, perbuatan
anda ataupun pikiran anda. Kasih-Nya terhadap anda tidak akan pernah berubah. Segala
sesuatu lainnya akan berubah di sepanjang umur anda, tetapi kasih Allah bagi
anda itu bersifat konstan, teguh dan tiada berkesudahan. Inilah landasan iman
yang tidak tergoyahkan.
Tidak ada
yang dapat anda perbuat untuk menghentikan Allah mengasihi anda. Anda boleh
mencoba, tetapi akan gagal – karena kasih Allah terhadap anda berdasarkan
karakter-Nya, bukan berdasarkan perilaku anda. Hal itu berdasarkan siapa Dia,
bukan apa yang telah anda perbuat.
Alkitab
menyatakan “(Kasih Kristus) melampaui segala pengetahun. Aku berdoa supaya kamu
dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.” Sebuah masalah dalam merayakan
natal setiap tahun adalah bahwa banyak orang hanya memikirkan Yesus sebagai
seorang bayi! Konsep mereka tentang Yesus hanyalah Dia adalah seorang bayi baru
lahir yang tidak berdaya yang berada di dalam gendongan seorang ibu.
Jika Yesus
tidak pernah tumbuh dewasa untuk melakukan tugas-Nya, Dia tidak memiliki kuasa
untuk mengubahkan hidup kita. namun, bayi yang dilahirkan di Betlehem itu tidak
selamanya menjadi seorang bayi. Yesus tumbuh menjadi pria dewasa, memberikan
teladan kepada kita tentang kehidupan yang menyenangkan hati Allah, mengajarkan
kebenaran kepada kita, membayar lunas setiap dosa yang kita perbuat dengan cara
mati diatas kayu salib, lalu membuktikan bahwa Dia adalah Allah dan sanggup
menyelamatkan kita dengan cara bangkit kembali.
Inilah kabar
baik itu. ketika orang-orang Romawi memaku Yesus di atas kayu salib, mereka
merentangkan tangan-Nya selebar mungkin. Dengan tangan terentang lebar, Yesus
mengungkapkan “Betapa Aku sangat mengasihimu! Aku sangat mengasihimu! Aku lebih
baik mati daripada hidup tanpamu!”
Di waktu
yang akan datang apabila anda melihat gambar atau patung Yesus dengan tangan
terentang di kayu salib, ingatlah betapa Dia ingin berkata “Betapa Aku sangat
mengasihimu.”
Natal
Adalah Waktu Untuk Merayakan Betapa Allah Menyertai Kita
Sebagaimana
telah disebutkan tadi bahwa banyak orang kerap kali merasa kesepian di saat
natal. Sekarang ini mungkin kita merasa sepertinya Allah tidak beserta kita. Akan
tetapi, kehadiran Allah di dalam hidup kita tidak ada hubungannya dengan perasaan
kita. Emosi kita rentan terhadap segala bentuk pengaruh sehingga acap kali
tidak dapat dipercaya.
Kadang nasehat
terburuk yang bisa kita dapatkan adalah “Lakukan apa yang anda rasakan.” Kerapkali
apa yang kita rasakan itu tidaklah riil dan tidak benar. Keadaan emosi kita
dapat berasal dari efek kenangan, hormon, obat, kondisi kurang tidur, ketengangan
ataupun rasa takut. Tiap kali kita mulai merasa gelisah tentang sebuah situasi
kita perlu mengingatkan diri kita bahwa rasa takut itu kerap kali merupakan bukti
palsu yang tampaknya riil atau nyata.
Allah datang
ke dunia di hari natal untuk mengingatkan kita bahwa Dia senantiasa menyertai
kita dimanapun kita berada. Itu merupakan sebuah kenyataan, entah kita
merasakannya atau tidak. Alkitab menyebutkan bahwa “Kemana aku dapat menjauhi
roh-Mu, kemana aku dapat lari dari hadapan-Mu?” namun, kita harus bersekutu
atau mendengarkan di hadirat-Nya dari waktu ke waktu dan ini adalah
keterampilan yang dapat dipelajari.
Kadang kala
bayi-bayi diberi dua atau tiga nama tengah untuk menghormati kerabat. Allah memerintahkan
agar Yesus diberi beberapa nama untuk menjelaskan tujuan kedatangan-Nya di
dunia. Salah satu nama Yesus adalah Imanuel. Nama itu berarti Allah menyertai
kita. Tidaklah heran malaikat berbicara kepada para gembala, “Jangan takut.”
Anda tidak
akan merasa takut ketika Allah berada di dekat kita. Kehadiran Allah menenangkan
kepanikan kita. Mungkin kita telah ditinggalkan dalam kehidupan kita – oleh pasangan
anda, oleh orang tua, oleh anak-anak ataupun oleh orang yang dulunya kita
anggap sebagai teman. Setiap orang pernah menghadapi kepedihan dan rasa sakit
hati karena ditolak.
Mungkin kita
pernah mengalami sakitnya terkena deskriminasi ras, etnis, kefanatikan gender
ataupun kepicikan religius. Jika itu yang kita alami – kita semua patut
bersedih. Namun, Allah tidak pernah meninggalkan kita! Dia tidak akan pernah
meninggalkan kita! alkitab menyatakan “Allah telah berfirman: Aku sekali-kali
tidak akan membiarkan engkau dan aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”
Salah satu
janji Allah yang luar biasa di dalam alkitab adalah: Apabila engkau menyeberang
melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau
tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan
dihanguskan dan nyala api tidak akan membakar engkau.”
Apapun masalah
yang kita alami – Allah peduli, Dia mengetahuinya dan mengerti tentang hal itu
serta akan berjalan melewati semua itu dan Ia menyertai kita. Kita tidak
berjalan seorang diri – janji-Nya “Aku menyertai engkau, Akulah Imanuel”.
Disadur dari buku “The Porpuse Of Christmas (Tujuan Natal)” oleh Rick Warren
Posting Komentar untuk "Renungan Harian Kristen - Refleksi 2023 Oleh Rick Warren"