Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Harian - Saat Teduh 1 Tesalonika 5:23 "Orang Kristen dan Allah" oleh J. Grant Howard

 

Renungan Harian - Saat Teduh 1 Tesalonika 5:23 "Orang Kristen dan Allah"

Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita (TB), Semoga Allah damai sejahtera itu sendiri menjadikan Saudara benar-benar bersih serta berserah kepada-Nya dan semoga roh, jiwa, dan tubuh Saudara tetap kuat dan tidak bercela sampai hari Tuhan kita Yesus Kristus datang lagi (FAYH). 1 Tesalonika 5:23

Keadaan tetap pada suatu saat tertentu. Nampaknya banyak orang Kristen yang sanggup mempertahankan keadaan semacam itu. Orang Kristen tidak hanya dilahirkan untuk hidup, tetapi juga untuk bertumbuh kearah Kristus dan menjadi serupa dengan Dia.

Tulisan ini akan berputar di area pertumbuhan batiniah anda dan saya – menunjukkan makna pertumbuhan relasi anda dengan Allah yang hidup. Tidak ada bagian yang paling menarik di dalam karya ciptaan Allah, selain membicarakan tentang bagaimana ciptaan-Nya mengenal Dia dan menjadi serupa dengan Dia di dalam setiap bagian-bagian hidup mereka.

Pertumbuhan batiniah mencakup akan perluasan dan perubahan – bersifat dinamis dan aktif (diusahakan oleh setiap orang di bawah pimpinan Roh Kudus)! Perluasan pengetahuan akan Allah, perubahan tingkah laku dan karakter serta nilai-nilai hidup. Pengetahuan seseorang akan Allah dan akan dirinya sendiri perlu diperluas dan seluruh hidupnya berubah agar tidak menjadi statis dan kaku serta tidak bertumbuh sama sekali. Bertumbuh kearah Kristus harus menjadi suatu proses yang dinamis!

Kita akan membahas beberapa bagian yang penting antara kita dan Allah dan karya Allah di dalam kita.

Memperluas Pengetahuan Kita Akan Allah

Yang pertama yang harus kita lakukan untuk memperluas pengetahuan kita akan Allah ialah memperbesar lingkaran dalam serta memahami kebenaran tertentu tentang Allah yang perlu kita ketahui dan lakukan.

Prinsip Keadilan Allah Oleh A.W. Tozer

Allah adalah pribadi yang Mahatahu, Mahaadil, tak terbatas oleh ruang dan waktu, Mahabenar, Mulia, Kudus, Kekal, dll. Semua istilah ini menunjukkan keadaan dan sifat-sifat Allah. Untuk mengembangkan relasi dengan Allah kita perlu mengetahui makna dan implikasi setiap keadaan dan sifat Allah dalam kehidupan kita. Kita memerlukan kebenaran, firman Allah berisi kebenaran.

Kita memerlukan kemampuan untuk memerlukan kebenaran – Roh kudus-Nya akan mengajar kita, sebab janji-Nya “Pengibur yang kumaksudkan ialah Roh Kudus – Ia akan mengajarkan banyak hal dan mengingatkan kalian akan segala sesuatu yang telah Kukatakan sendiri kepada kalian.

Dan kita juga memerlukan kekuatan untuk mengatasi kekacauan yang terdapat di dalam diri kita. Allah Mahakuasa. Kita memerlukan teladan untuk ditiru – Kristus adalah Allah dalam rupa manusia. Kita memerlukan berbagai standar – Allah itu benar.

Kita memerlukan dukungan – Allah itu kasih. Kita memerlukan pengetahuan akan siapa yang berkuasa dan bertindak. Allah yang berkuasa dan bertindak – Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya. Hanya Allah yang menetapkan dan berkuasa atas diri seseorang dan ciptaan-Nya secara luas.

Sifat dan keadaan Allah yang kita ketahui diatas adalah sebagai contoh dan bukan merupakan sesuatu yang lengkap. Tidak ada skala prioritas – sifat yang satu tidaklah lebih penting dari sifat-Nya yang lain. Pribadi yang satu di dalam Tritunggal tidak lebih penting daripada Pribadi lainnya. Kita terus bertumbuh sementara kita terus berinteraksi dengan setiap orang yang memiliki konsep yang sama dengan kita.

Tanggungjawab kita ialah untuk berpengang teguh pada semua kebenaran Allah. Itulah sebabnya Paulus berkata kepada jemaat di Efesus bahwa ia tidak lalai dalam memberitakan apa yang baik bagi mereka dan seluruh maksud Allah (KPR 20:20,27). Kemudian ia menulis kepada jemaat yang sama sambil mengajak mereka untuk menjadi “penurut-penurut Allah” (Ef 5:1), dan untuk mengenakan “seluruh perlengkapan senjata Allah” (Ef 6:11).

Falsafah kehidupan Paulus mencerminkan harapannya, karena ia ingin “mengenal Dia” (Fil 3:10) karena “di dalam Dia berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan” (Kol 2:9). Petrus mengakhiri seluruh surat kirimannya yang kedua dengan berkata kepada pembaca suratnya bahwa satu-satunya jalan untuk menghindar dari penyesatan adalah dengan cara bertumbuh di “dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus” (2 Pet 3:17-18).

J.I. Packer berkata bahwa kita telah “berkompromi dengan semangat modern yang menghasilkan pemikiran-pemikiran besar karya manusia dan hanya menyediakan tempat untuk sedikit pemikiran tentang Allah.” Kita telah “membiarkan pemikiran tentang Allah menjadi tergeser.”

Orang kristen yang tidak memiliki pengetahuan akan Allah secara mendalam dan meluas sama seperti para pemain yang tidak memiliki pelatih, tidak memiliki buku peraturan main, tidak memiliki jadwal permainan, tidak memiliki lapangan permainan dan tidak memiliki program latihan. Semua pemain hanya bergantung pada satu hal – pakaian seragam.

Dalam Mazmur 139 Daud menunjukkan bahwa ia mengenal Allah dan sifat-sifat Allah dan ia telah merelasikan sifat-sifat Allah pada pengalaman manusiawinya. Dalam ayat 106 ia merelasikan kemahaberadaan Allah dengan dirinya sendiri, dengan mengatakan “Tuhan Engkau menyelidiki dan mengenal aku” (139:1). Dalam ayat 7-12 ia merelasikan kemahaberadaan Allah dengan keterbatasan dirinya “kemanakah aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, kemana aku dapat lari dari hadapan-Mu?” (139:7).

Dalam ayat 13-16 ia merelasikan kemahakuasaan Allah dengan dirinya sendiri “sebab Engkaulah yang membentuk buah pinganggku, menenun aku dalam kandungan ibuku” (139:13). Dalam ayat 19-24, ia memperhadapkan dosa manusia dengan kekudusan dan kebenaran Allah, serta menjadi amat terlibat sehingga ia berkata “masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya Tuhan” (139:21).

Dalam bagian yang terakhir ia lebih menyatakan keterlibatannya dengan cara memohon kepada Allah yang kudus untuk menyelidiki hatinya sendiri (139:23-24). Seperti itulah manusia menempatkan Allah pada urutan pertama. Bukan karena ia menempatkan Allah pada puncak daftar prioritasnya, tetapi karena ia melaksanakan tanggungjawabnya terhadap Allah dan terhadap dirinya sendiri dengan cara lebih mengenal Pencipta dan Penyelamatnya.

Kita dipanggil untuk mengasihi Allah. Mengasihi Allah berarti melaksanakan perintah-perintah-Nya. Allah memerintah kita untuk mengenal Dia. Mengenal Allah merupakan tugas seumur hidup yang menempati kedudukan paling penting dalam hidup setiap orang percaya. Kita juga dipanggil untuk bertumbuh kearah Kristus disetiap harinya – “…meskipun manusia lahiriah kami merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari hari ke sehari.”

Makin kita mengenal Dia, makin kita berusaha untuk memenuhi kebutuhan kita. kita perlu mengenal Dia. Interaksi konsisten dengan pribadi dan karya Allah merupakan dasar tanggungjawab Kristen. Hal ini merupakan prioritas utama.  

Makin Mengenal Diri Sendiri

Kita sedang bertumbuh terdiri dari perpaduan yang mengherankan antara tubuh, roh dan jiwa – yang material dan yang immaterial. Beberapa hal yang perlu dimengerti dan disesuaikan dengan kehendak Allah. Beberapa hal lainnya perlu ditanyakan. Bidang apa dari diri sendiri yang paling penting? Yang mana yang merupakan prioritas? Yang mana yang dapat ditunda beberapa minggu atau bulan ke depan.

Yang mana yang merupakan pilihan? Yang mana yang untuk mereka yang sungguh bertobat? Semuanya penting. Kita perlu memahami firman Allah dalam setiap bidang kehidupan kita. Kita perlu menunjukkan aplikasi kebenaran itu bagi kita dan kita harus mematuhinya.

Memang kita tidak mungkin melakukan semuanya itu dalam sekejab mata. Tapi kalau di dalam diri kita ada pertumbuhan yang sehat dan utuh, maka hal itu akan menarik perhatian kita akan setiap bidang yang ada di bawah ini.

Beberapa hal yang menjadi bagian penting dari diri seorang kristen; kesadaran, manusia baru, keistimewaan, kehendak, gambar Allah, cobaan, disiplin, konsep diri, kesombongan, iman, karunia-karunia, kesehatan, hidup kudus, seksualitas, rendah hati, rasa bersalah, penipuan, manusia lama, talenta, kedangingan, tubuh, Roh Kudus, dll.

Tujuan dari ini semua adalah pengudusan seutuhnya (1 Tes 5:23) dan menyerupai Kristus (Gal 4:19). Karena itu kita harus mempersembahkan seluruh kemampuan kita sebagai alat kebenaran (Rm 6:13); agar seluruhnya diubahkan menjadi kehidupan yang kudus (Rm 12:1-2).

Bidang tertentu merupakan basis dan dasar untuk bidang lainnya. Mengetahui merupakan dasar untuk bertindak, tapi hal itu tidak berarti bahwa mengetahui lebih penting daripada bertindak. Yakobus menjelaskan bahwa keduanya sama penting dan tidak terpisahkan (1:22-25; 4:17). Pengetahuan akan kematian Kristus (Rm 6) merupakan basis bagi pengertian akan kehidupan kristen (Rm 8), tapi keduanya sama penting.

Setiap tanggungjawab memerlukan waktu. Kita berdoa dengan tidak berkeputusasaan (1 Tes 5:17), kita harus menggunakan karunia rohani kita (1 Tim 4:14), dan harus selalu menyelidiki alkitab dengan cermat (2 Tim 2:15). Masing-masing dari semua itu dapat menyita waktu kita. Kita bertanggungjawab dan selalu berusaha untuk memastikan dan mengingatkan diri kita bahwa kita melakukan ketiganya dan karena itu kita harus disiplin dalam membagi waktu kita.

Hal-hal yang terdapat diatas merupakan pilihan seseorang. Hasilnya masih dapat berubah atau digabungkan. Allah menghendaki bekerja di dalam diri kita seutuhnya dan amat kompleks. Perintah Allah berkaitan dengan semua bidang kehidupan tersebut baik secara umum maupun khusus.

Perintah Allah juga berkaitan dengan keharusan bagi kita untuk tetap bertumbuh, meluas dan berubah dalam semua bidang kehidupan tersebut. Tunduk kepada Allah dan mengasihi diri sendiri ialah mengetahui dan melakukan kehendak Allah dalam setiap segi kehidupan. Artinya diri kita sendiri merupakan prioritas utama. Ada banyak sumber yang saat ini mampu menolong orang kristen untuk mengembangkan kesadaran serta mengubah tingkah laku dalam berbagai segi kehidupannya.

Saya tidak akan menguraikan hal itu secara terperinci dalam pokok-pokok tertentu. Sebalinya, saya memilih dua bidang dan menunjukkan cara menggunakannya.

Pembedaan

Proses kehidupan orang kristen mencakup kepercayaan, pemahaman, pembedaan dan tindakan. Sedikitnya empat hal tersebut yang digunakan alkitab untuk menjelaskan proses itu. Pada bagian ini saya akan membahas tentang proses Pembedaan.

Pembedaan berada diantara pemahaman dan tindakan. Kita harus merelasikan apa yang kita ketahui (pahami) dengan situasi hidup serta membedakan atau menetapkan apa yang sebaiknya kita lakukan.

Sebagai contoh tujuan pembaharuan pikiran dalam Roma 12:2 – “Jangan meniru tingkah laku dan kebiasaan dunia ini, melainkan jadilah orang dengan kepribadian yang sama sekali baru dalam segala perbuatan dan pikiran, niscaya Saudara akan mengerti dari pengalaman sendiri bahwa jalan-jalan Allah itu sempurna dan sungguh-sungguh memuaskan Saudara (FAYH).” Untuk membuktikan kehendak Allah.

Pembuktian berarti menguji, menyelidiki, menyisihkan sebagian dan menggumulinya. Mengetahui fakta memang penting, tetapi fakta itu sendiri tidak menghasilkan apa-apa. Fakta yang terkumpul harus dimanfaatkan dengan cara memikirkan penerapannya dalam situasi tertentu. Berdasarkan proses pembedaan kita memutuskan untuk melakukan tindakan tertentu yang selaras dengan kehendak Allah.

Alat pembeda kita harus selalu dalam keadaan siap pakai dan teruji dengan baik, karena keanekaragaman situasi hidup yang ada. Karena itu Paulus berkata kepada jemaat Tesalonika untuk “ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik, jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan” (1 Tes 5:21-22).

Penulis surat Ibrani mengatakan bahwa kedewasaan merupakan akibat kemampuan persepsi seseorang yang telah teruji “untuk membedakan yang baik dan yang jahat” (5:14). Inilah cara kerja proses pembedaan. Dalam keadaan tertentu proses pembedaan memerlukan waktu. Kita perlu menyediakan waktu dan menampung berbagai masukan.

Dalam keadaan lainnya, hal itu dapat diatasi dalam sekejab mata. Kadang-kadang baru setelah keadaan tersebut berlalu kita barulah menyadari bagaimana seharusnya untuk bertindak. Itulah pertumbuhan. Pada kesempatan yang lain kita mungkin telah terbiasa sehingga secara otomatis kita bertindak dengan tepat.

Alkitab menyadarkan kita bahwa berbagai macam situasi hidup menyajikan tantangan bagi kita untuk melakukan tindakan tertentu dan proses membedakan dengan memutuskan ini merupakan wilayah pertumbuhan kita. Kita mungkin tergoda untuk mengesampingkan proses pembedaan ini.

Proses ini memerlukan banyak waktu dan tenaga. Kita perlu mengalami hal serupa. Kita tahu apa yang harus kita lakukan. Mungkin demikian, tetapi sebenarnya banyak hal baru yang dapat membuat kita berhenti sejenak, menimbang dan memutuskan. Allah ingin kita bertindak dengan bijaksana. Kita tidak selalu dapat melakukannya dengan otomatis.

Sebaliknya ada orang yang seumur hidupnya selalu memilih-milih sekalipun tanpa membuat keputusan. Allah ingin agar kita mengetahui, memilih dan bertindak. Dengan demikian kita akan membuat kesalahan, tapi orang yang tidak pernah membuat kesalahan juga tidak akan menghasilkan penemuan. Tujuan kita menjadi seorang yang berpikir dan bertindak cermat.

Hal ini merupakan salah satu bidang pertumbuhan pribadi yang menempati prioritas utama dalam kehidupan kekristenan kita. Kita perlu untuk mengupayakan akan pertumbuhan batinian dan diri kita disetiap harinya di dalam kasih karunia Allah dan oleh pimpinan Roh-Nya.

Perasaan

Pikirkan dengan cermat sebuah perasaan yang tidak pantas bagi orang yang percaya. Jawabannya; tidak ada. Perasaan itu sendiri tidak salah. Perasaan dapat menjadi benar atau salah, tergantung pada alasan kita mengalaminya dan bagaimana kita mengungkapnnya. Sukacita karena diselamatkan adalah benar.

Bersukacita atas musuh kita yang sedang dipermalukan adalah salah. Marah terhadap berbagai akibat dosa adalah benar (Mar 3:5). Kemarahan yang timbul akibat “aku” yang terluka atau tersinggung adalah salah. Semua perasaan sama pentingnya. Allah memampukan kita untuk mengalami dan mengungkapkan segenap perasaan kita. Kita bertanggungjawab untuk melakukannya secara alkitabiah.

Perhatian, kekuatiran dan kegelisahan dapat menjadi perasaan yang dibenarkan. Allah mengaruniakan kepada kita kemampuan untuk memikirkan orang lain. Allah ingin agar kita memanfaatkan kesempatan tersebut sebaik-baiknya dan untuk kemuliaan diri-Nya.

Allah juga memampukan kita untuk memikirkan diri sendiri. Allah juga ingin kita menanfaatkan kemampuan tersebut. Kristus terganggu oleh peristiwa salib yang akan dialami-Nya (Yoh 12:27). Itu merupakan pengalaman yang sama sekali baru bagi-Nya. Kristus menanggapi dengan penuh perasaan, secara manusiawi dan benar.

Kita pernah mengalami situasi semacam itu ketika menghadapi ujian, wawancara untuk melamar pekerjaan, berkhotbah atau ke dokter. Perasaan semacam itu normal. Paulus menggunakan kebenaran untuk mempertobatkan jemaat Korintus yang lebur di dalam dosa. Mungkin jemaat Korintus terluka perasaannya, dan hal itu tidak menyenangkan mereka. Pada Analisa akhir ketidaksenangan mereka menjadi suatu kebaikan (2 Kor 7:8-13).

Tapi perasaan memiliki sisi lain. Kristus berkata bahwa Ia akan meninggalkan murid-murid-Nya (Yoh 13:31-38). Hal itu menguncangkan perasaan mereka, sama seperti seorang anak balita yang pertama kali ditinggalkan di rumah bersama dengan pengasuhnya. Tuhan berkata bahwa mereka tidak perlu merasa demikian (Yoh 14:1). Sama seperti seorang pengasuh yang mengasuh asuhannya. Dalam kasus para murid Tuhan, kegelisahan seperti itu tidaklah benar.  

Apa yang Tuhan lakukan untuk menolong mereka? Ia memberikan fakta yang relevan dengan situasi – kemana Ia akan pergi, apa yang akan Ia lakukan, serta tentang kedatangan-Nya kembali (Yoh 14:2-27). Namun, karena mereka tidak memiliki semua fakta itu, pada saat yang sama Kristus juga mendorong mereka untuk mempraktekkan iman (Yoh 14:1).

Kegelisahan kita menjadi salah kalau kita tidak melakukan kebenaran Allah dan mempercayakan diri kepada-Nya. Kalau kita sungguh menerapkan kebenaran dan mempercayakan diri kepada Allah, perasaan apapun yang timbul adalah benar.

Misalkan anda adalah seorang pemain basket yang tiba-tiba mengalami cedera lutut, bagaimana perasaan anda? Agak tertekan dan frustrasi, sedih dan mungkin marah. Cara mengatasinya adalah dengan fakta yang relevan. Lutut anda cedera. Itu fakta yang harus anda terima.

Perasaan anda tidak akan pernah mengubah fakta itu. Mungkin anda tidak puas atas fakta yang ada. Namun iman anda mengatakan bahwa “Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan.” Perasaan anda menjadi benar dan anda akan memiliki damai sejahtera.

Salah satu cara mendapatkan fakta dan mempraktekkan iman adalah dengan berkonsultasi dengan seseorang yang anda percayai. Alkitab menyebut hal itu sebagai doa “janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Fil 4:6).

Hasilnya adalah damai sejahtera yang melampaui segala akal; yaitu yang mencakup fakta namun terus mencapai dunia iman (4:7). Orang kristen harus memiliki perasaan yang peka dan stabil. Tujuannya adalah – menjadi seorang yang memiliki perasaan yang dalam dan terkendali. Ini bidang lain dari pertumbuhan pribadi yang menempati prioritas utama.

Sementara itu………

Mengasihi diri sendiri? lakukanlah itu dengan menemukan kehendak Allah bagi anda dan diri anda sendiri.

Temukanlah iman itu dan cara mempraktekkannya.

Berlajar bagaimana berdoa dan bertindak.

Temukanlah kebanggaan itu dan cara mengendalikannya.

Kembangkanlah suatu konsep pribadi yang sesuai dan tepat.

Uraikanlah nilai-nilai yang anda anut.

Kenalilah semua talenta anda.

Gumulilah fakta, makna dan penerapan seksualitas anda.

Nyatakanlah kebenaran Allah bahwa anda adalah gambar dan rupa Allah.

Gunakanlah karunia rohani anda.

Perjelas kesadaran anda.

Milikilah perasaan yang dalam.

Nikmatilah hidup – hadapilah kematian.

Rawatlah tubuh anda secara tepat.

Kalahkanlah kedangingan – bergantunglah pada Roh Kudus. Rendah hatilah.

Terdengar seperti kurikulum yang terpusat pada pribadi. Memang, karena itu yang kita perlukan. Allah ingin bekerja dan mengubahkan setiap bidang kehidupan kita, sehingga kita akan mempengaruhi diri sendiri, dunia kita, gereja kita, rumah tangga kita, pemerintahan kita dan pekerjaan kita sesuai dengan kehendak-Nya. Kalau diri kita sendiri tidak mendapat prioritas utama, semua itu tidak akan terjadi.

Beberapa bagian disunting ulang oleh pemilik blog dengan referensi utama dari buku “Prioritas: Mana Yang Lebih Dulu?” oleh J. Grant Howard.

1 komentar untuk "Renungan Harian - Saat Teduh 1 Tesalonika 5:23 "Orang Kristen dan Allah" oleh J. Grant Howard"