Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Camping Di Gunung Putri Lembang - Dingin Pisan

 

Untuk sesaat tidaklah salah menarik diri dari keramaian dan menikmati akan alam ciptaan serta kembali kepada diri sendiri yang tanpa distraksi dari manapun. Tinggal sesaat di gunung merupakan salah satu obsi terbaik – kita dijauhkan dari distraksi-distraksi yang tanpa henti memborbardir kita setiap saat. Di gunung tidak ada wifi – tidak ada jaringan internet. Tidak ada suara tetangga yang menggelegar haha.

Sesaat itu menjadi moment dan waktu yang sangat berharga serta yang ditunggu-tunggu oleh sebagian orang yang tinggal di kota besar, bagaimana tidak? Dari waktu bangun tidur sampai kembali tidur kita mengalami distraksi demi distraksi dan distrupsi demi distrupsi yang terus membombardir kita tanpa ampun.

Disaat yang bersamaan ruang lingkup kita semakin luas karena teknologi, namun disaat yang bersamaan pula kita terpenjara oleh hal-hal itu dan tidak menikmati akan ciptaan Allah yang begitu indah – pepohonan yang tumbuh lurus melengkung, rimbun berguguran serta keindahan-keindahan lainnya yang tidak akan kita temui di perkotaan selain di hutan (di alam).

Kamipun mengalami hal yang sama – setiap hari adalah pertempuran yang sangat berat buat kami. Namun, kami berusaha untuk menyediakan sedikit waktu diantara ruang-ruang kesibukan dan kebisingan untuk berdiam dengan diri sendiri (berefleksi) mumpung masih diawal tahun, sebab perjalanan di 2024 masih sangatlah Panjang. INI MOMENT YANG HARGANYA MAHAL DI TENGAH MASYARAKAT MODERN HARI INI.

Banyak hal yang akan dilalui. Banyak hal yang akan dihadapi – siap tidak siap, kita “dipaksa” untuk menghadapinya, inilah proses hidup. Proses yang akan mendewasakan kita atau malah sebaliknya – pilihan ada di tangan kita.

Berikut Kisah Kami

Aku si pemilik blog; karena di tempat kerjaku diterapkan aturan kerja 6 hari seminggu, jadi Sabtu itu aku masih harus masuk kerja setengah hari. Satu temanku bekerja 3 hari seminggu jadi cukuplah waktu istirahat di hari itu untuk persiapan tenaga. Dan satu lagi temanku bekerja 7 hari seminggu di rumah alias nganggur (hahaha) jadi cukup banyaklah tenaga yang dipersiapkan untuk menjadi porter kami selama perjalanan ke arah puncak gunung.

Setelah pulang kerja pukul 16:00 kami mulai menyiapkan apa saja bahan makanan dan keperluan lainnya selama camping. Kami seperti para pendaki lain pada umumnya, ada saja barang bawaan yang tak pernah ditinggalkan yaitu, Indomie dengan berbagai macam cita rasa, kopi dengan berbagai macam pilihan dan ya anda tentu sudah tahu peralatan masak hahaha.

Kami berangkat dari rumah sekitar pukul 17:30 ditemani hujan rintik-rintik dan jalanan yang begitu padat dan macet. Ya anda tentu sudah tau jalan ke arah Lembang – satu jalur. Tidak ada pilihan lain selain menikmati perjalanan macet-macetan ini.

Perjalanan ke Bascamp Jayagiri kami tempuh dalam sejam (1 Jam). Tiba di Bascamp kami beristirahat sambil merapikan ulang barang-barang bawaan. Ow ya si bapa dan kang yang berjaga di tempat parker basecamp Jayagiri lumayan ramah dan bersahabat, selain itu sudah ada caffe yang menyajikan berbagai macam jenis Kopi, kalian bisa coba jika kesana. Dan satu lagi untuk biaya parkir motor semalam Rp 15.000 dan untuk simaksi masing-masing orang Rp 20.000 – harga tiket dan simaksi selalu berubah-ubah ya guys tergantung mood si kang dan si bapak yang jaga – hahaha

Sebenarnya terdapat basecamp yang lebih dekat dari puncak Gunung Putri dan anda hanya berjalan beberapa meter dan welcome to puncak Gunung Putri – anda sudah tiba di puncak. Kami memilih jalur yang lain dan harus berjalan 1 jam untuk sampai ke puncak Jayagiri, lalu dari Puncak Jayagiri anda hanya butuh 30-45 menit untuk sampai ke gunung Putri. Dari Puncak Jayagiri ke Gunung Putri tidak ada tanjakan, jalannya lebih flat dan berbatu – mungkin karena sering dilewati oleh mobil-mobil offroad, tantangan tersendiri bagi mereka.

Perjalanan ke Puncak Gunung Putri Dimulai

Tidak ada tanda-tanda hujan akan berenti, akhirnya kami memutuskan untuk berangkat dengan segala resikonya – jalanan yang licin dan harus basah-basahan.  Tidak selang lama berjalan kami bertemu dengan beberapa hikers yang baru pulang dari Kawah Upas.

Di dalam rombongan ini terdapat empat orang wanita dan dua orang pria – mereka bercerita kalau tadi sempat tersesat di jalan, namun ditolong oleh warga dan diarahkan untuk kembali ke rute awal mereka datang – namun naasnya warga yang telah menolong dengan menunjukkan rute yang sebenarnya malah meminta bayaran sebesar Rp 400.000, sungguh terlalu. Karena merekapun dalam posisi panik dan tidak bisa berbuat apa-apa ya terpaksa merekapun menyanggupi permintaan si Bapak – semoga berkah ya Pak.

Kami bertigapun menunjukkan rasa empati terhadap apa yang dialami oleh teman-teman ini -karena sedang basah-basahan dan semakin malam kamipun meminta untuk terus melanjutkan perjalanan. Kami bertiga terus membicarakan apa yang barusan kami dengar dan masing-masing kami menyampaikan pendapat yang beragam dan tentu anda dapat menebak endingnya.

Sekitar dua jam berjalan kamipun tiba di puncak Gunung Putri dengan selamat dan basah poll. Kamipun mencari tempat yang aman untuk menderitakan tenda. Setelah mendirikan tenda, kamipun berbagi tugas, ada yang memasak, ada yang bertugas membuat api unggun dan saya sendiri mendapat tugas mengabadikan moment itu.

Ow ya… dua temanku ini tidak membawa pakaian ganti yang artinya malam itu mereka harus tidur dengan pakaian yang basah dan ya anda dapat menebaknya sendiri. Tak ada sleeping bag, tak ada pakaian ganti, saya si paling prepair dan selalu dengan prinsip lebih baik lebih daripada kurang (saya sendiri membawa 2 potong baju lengan Panjang dan 1 celana panjang). Aman.

Camping Gunung Putri Lembang Via Jayagiri

Setelah menunggu 30 menit, akhirnya sop yang ditunggu-tunggu siap diii……..hahahaha – makan makan makan (manga ita hafefu). Setelah makan dan ngopi sambil ngerumpi sana-sini, satu-persatu mulai masuk tenda dan tidur. Kami bangun sekitar pukul 06:00 agar bisa melihat sunrise – pergi ke tugu gunung Putri yang sudah dipenuhi oleh pendaki lain yang bersante dan menikmati matahari terbit.

Ada yang sedang asyik berfoto dengan berbagai macam pose dan ada juga yang menikmati segelas kopi – sesaat itu menjadi sangat indah. Tidak ada ekspresi kusut, tidak ada muka yang sedih dan kehilangan semangat hidup, semua orang disana saat itu sedang menikmati dan antusias dengan hidupnya.

Seolah-olah mereka sudah hidup di dalam keabadian yang mana tidak ada ratap dan tangis. Tidak ada kekesalan, tidak ada keputusasaan – semua orang menikmati akan karya yang kuasa saat itu. Ragam rasa syukur sedang diekspresikan dengan jepret, jepret dan jepret. Semua orang sedang mengabadikan moment keindahan terbitnya matahari – tak seorangpun dapat menciptakan daya Tarik ini selain yang kuasa.

Lebih dari itu semua Gunung Putri juga telah mengingatkan “Aku” tentang sosok si Putri yang pernah menjadi bagian dari kisah cintaku…..hahahahah

Posting Komentar untuk "Cerita Camping Di Gunung Putri Lembang - Dingin Pisan"